Yerusalem, MINA – Puluhan ribu warga muslim melakukan shalat Jumat di Masjid Al-Aqsa yang diberkahi meski ada pembatasan ketat yang diberlakukan Otoritas Pendudukan Israel di gerbang masjid dan pintu masuk Kota Tua Yerusalem yang diduduki, Jumat (3/2).
Departemen Wakaf Islam di Yerusalem memperkirakan sekitar 60.000 jamaah yang berasal dari Yerusalem dan Tepi Barat melakukan shalat Jumat di sekitar Masjid Al-Aqsa, demikian PIC melaporkannya.
Sementara, sumber-sumber Yerusalem melaporkan, pasukan pendudukan dikerahkan di jalan-jalan kota tua dan sekitar Masjid Al-Aqsa untuk menghentikan jamaah dan memeriksa kartu identitas mereka.
Sebagai khatib Jumat, Syaikh Muhammad Hussein. Ia menegaskan, perdamaian dengan penjajahan merupakan kehinaan besar dan kesalahan yang fatal.
Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka
Syekh Hussein meminta orang-orang Palestina untuk tidak memperhatikan sikap lalai dan manifestasi dari normalisasi dengan pendudukan, di mana negeri-negeri yang mengadakan normalisasi akan dimusnahkan karena bertentangan dengan kebenaran atas hak warga Palestina.
Merujuk pada penyerbuan Masjid Al-Aqsa oleh Presiden Chad di bawah perlindungan pasukan pendudukan, Syaikh Hussein menganggap bahwa setiap pengunjung masjid tanpa berurusan dengan pemiliknya adalah gerakan mencurigakan yang tidak mengarah pada kompas kebaikan dan kebenaran.
“Serangan terhadap kesucian sudah jelas, di mana warga Palestina akan terkena celaka jiwa, kehilangan keluarga, uang, kesucian, tanah dan segala kemampuan rakyat Palestina, tanpa adanya solidaritas antar sesama,” ujarnya.
Dia memperjelas bahwa ribat (berjaga) di Yerusalem adalah tugas yang besar dan berat, di mana kemenangan itu akan datang di tangan yang benar, jelas dan bercahaya, karena mereka adalah orang pilihan dari bangsa Islam yang ditakdirkan oleh Allah atas jerih payah dan kesabaran. (T/R12/R1)
Baca Juga: Hamas Sambut Baik Surat Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Iran: Veto AS di DK PBB “Izin” bagi Israel Lanjutkan Pembantaian