Seberapa Berharga Waktu Kita?

Oleh Bahron Ansori, jurnalis MINA

Saudaraku, seberapa berharga waktu dalam hidup kita? Waktu, adalah penentu bagi setiap manusia dalam meraih kesuksesan hidup. Waktu adalah nafas kehidupan. Karena itu, sebagai muslim, kita mesti pandai memanfaatkan waktu dengan mengisi amal sebanyak dan sebaik mungkin. Sebab jika tidak, maka kita akan menjadi orang-orang yang merugi, tidak saja di dunia fana ini tapi juga di akhirat selamanya.

Benar kata Allah yang telah bersumpah atas nama waktu, “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS Al ‘Ashr : 1-3).

Bicara soal waktu, Allah Yang Maha Dahsyat telah mengajarkan kita bagaimana memanfaatkan dan menundukkan waktu. Allah juga mengajarkan satu rahasia yang maha dahsyat agar kita bisa sukses dengan memenej waktu sebaik mungkin. Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengajarkan kepada kita agar bisa hidup berkualitas dengan waktu-waktu yang berkualitas pula. Dalam Al Quran surat Al ‘Ashr di atas, Allah memandu setiap kita yang bertekad meraih kesuksesan hidup dunia akhirat.

Meski surat itu pendek, tapi punya kandungan makna sangat dalam. Sampai-sampai Imam Asy Syafi’i rahimahullahu berkata, “Seandainya setiap manusia merenungkan surat ini, niscaya hal itu akan mencukupi untuk mereka.” (Tafsir Ibnu Katsir 8/499).

Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullahu berkata tentang ucapan Imam Syafi’i tadi, “Maksud perkataan Imam Syafi’i adalah surat ini telah cukup bagi manusia untuk mendorong mereka agar memegang teguh agama Allah dengan beriman, beramal shalih, berdakwah kepada Allah, dan bersabar atas semua itu.”

Imam Syafi’i tidak bermaksud mengatakan bahwa manusia cukup merenungkan surat ini tanpa mengamalkan seluruh syari’at. Karena seorang yang berakal mendengar atau membaca surat ini, maka ia pasti akan berusaha untuk membebaskan dirinya dari kerugian dengan cara menghiasi diri dengan empat kriteria yang tersebut. Dalam surat ini, yaitu beriman, beramal shalih, saling menasehati agar menegakkan kebenaran (berdakwah) dan saling menasehati agar bersabar.” (Syarh Tsalatsatul Ushul).

Saudaraku, waktu ibarat pedang. Siapa pun yang tidak tepat menggunakannya, maka ia akan binasa. Waktu adalah sumber kekuatan setiap orang, disadari atau tidak. Nyatanya, banyak orang yang gagal karena tak bisa memanfaatkan waktu dengan baik. Sebaliknya, banyak juga orang yang sukses karena bisa memaksimalkan waktunya dengan baik. Bisa dibilang, waktu adalah sumber kesuksesan yang mesti dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Surat Al `Ashr, surat pendek yang terdiri dari tiga ayat. Tetapi merupakan surat yang agung disebabkan kandungan maknanya yang sangat dalam. Dalam surat ini, Allah bersumpah dengan masa (waktu). Masa yang merupakan tempat suatu kejadian, baik berupa kebaikan atau keburukan. Masa yang kelak akan menentukan akhir hayat seorang hamba; apakah ia akan sukses di dunia dan sukses di akhirat. Apakah akhir hayatnya husnul khatimah (akhir kematian yang baik) atau sebaliknya su’ul khatimah (akhir kematian yang buruk). Masa atau waktu menjadi sarana utama yang perlu dimaksimalkan dalam upaya menggapai kesuksesan.

Orang barat mengatakan “Time is Money“, “Waktu adalah Uang”.  Sebuah semboyan yang setidaknya benar-benar menggambarkan pola pikir mereka yang individualis, materialistis, dan kapitalis dalam menyikapi arti sebuah waktu. Setidaknya hal ini juga tercermin didalam pola bermuamalah yang mereka terapkan. Materialistis menjadi tujuan utama dengan mengeruk keuntungan sebesar-besarnya.

Sedangkan orang Arab mengatakan di dalam pepatahnya,

الوقت كالسيف إن لم تقطعه قطعك ، ونفسك إن لم تشغلها بالحلال شغلتك بالحرام والوقوع في الآثام

“Waktu ibarat pedang, jika engkau tidak memotongnya maka waktulah yang akan memotongmu, dan jika engkau tidak menyibukkan dirimu dengan sesuatu yang halal, maka dia akan menyibukkanmu dengan sesuatu yang haram serta perbuatan-perbuatan dosa.”

Saudaraku, bagaimana dengan kita? Pepatah di atas menjadi sebuah semboyan yang sangat indah serta menyentuh jiwa. Sudahkah kita berusaha memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin. Atau malah sebaliknya kita masih sering menyia-nyiakan waktu dengan sesuatu yang sama sekali tak memberi manfaat. Jangan sia-siakan hidup yang sekali ini. Isi dan hiasilah hidup yang sepintas ini dengan memanfaatkan setiap waktunya untuk menabung amal baik, ibadah dan bersungguh-sungguh dalam meraih ridha dan ampunanNya.

Kita adalah muslim. Jangan putus asa. Teruslah berusaha untuk memanfaatkan setiap kesempatan sebelum datang kesempitan, kesehatan sebelum datang sakit dengan ibadah-ibadah andalan seraya memohon pertolongan Allah dan tawakal hanya kepadaNya. Biarlah fisik kita bersusah payah menjalankan ketaatan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala di dunia yang serba sementara ini dari pada harus menanggung susah payah selamanya di akhirat. Wallahua’lam. (R02/P4)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.