Yerusalem, MINA – Satu bulan telah berlalu sejak pasukan Israel membunuh jurnalis Al Jazeera Shireen Abu Akleh saat meliput di Tepi Barat, 11 Mei 2022, tetapi investigasi untuk mencari pertanggungjawaban masih buntu.
Pada 26 Mei 2022, Jaringan Media Al Jazeera yang berbasis di Qatar mengumumkan telah menugaskan tim hukum untuk merujuk kasus Abu Akleh ke Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) di Den Haag, Belanda.
Dalam sebuah pernyataan, Sabtu (11/6), Al Jazeera mengatakan akan “mengikuti setiap jalan untuk mencapai keadilan bagi Shireen dan memastikan mereka yang terlibat atas pembunuhan Abu Akleh dibawa ke pengadilan dan dimintai pertanggungjawaban.
Koalisi hukum Al Jazeera saat ini sedang mempersiapkan berkas kasus untuk diserahkan ke Kepala Kejaksaan ICC Karim Khan.
Baca Juga: Sebanyak 110 Warga Palestina akan Dibebaskan Pada Pertukaran Tahanan Kamis Ini
Otoritas Palestina (PA) juga telah secara resmi meminta ICC untuk menyelidiki kematian Abu Akleh.
Terpisah dari ICC, seruan sedang berlangsung untuk penyelidikan independen segera, terutama karena penyelidikan ICC akan membutuhkan waktu untuk menyimpulkan.
Namun, para pejabat di Amerika Serikat menolak campur tangan eksternal dengan dalih Israel memiliki sarana dan kemampuan untuk melakukan penyelidikannya sendiri.
Presiden AS Joe Biden baru-baru ini juga bersikeras, Israel harus menjadi pihak yang memimpin penyelidikan.
Baca Juga: Israel Terima Daftar Sandera yang akan Dibebaskan Selanjutnya
Pada 8 Juni 2022, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, muncul di sebuah acara di Los Angeles, sedikit menyimpang dan mengatakan dia mendukung penyelidikan independen atas pembunuhan tersebut.
Ketika ditanya oleh seorang reporter mengapa “sama sekali tidak ada dampak” bagi Israel atas pembunuhan Abu Akleh, Blinken berkata, “Kami sedang mencari penyelidikan yang independen dan kredibel. Etika penyelidikan itu terjadi, kami akan mengikuti fakta, ke mana pun mereka mengarah. Ini sesederhana itu”.
Kesaksian dan investigasi beberapa saksi oleh media serta kelompok hak asasi menyimpulkan, Abu Akleh dibunuh oleh pasukan Israel.
Saksi, rekan dan wartawan lain yang hadir di tempat kejadian mengatakan peluru Israel yang membunuhnya dan tidak ada sumber api lain di tempat kejadian, bertentangan dengan klaim awal yang dibuat oleh pejabat Israel bahwa dia bisa saja dibunuh dengan senjata orang Palestina.
Baca Juga: 45 Truk BAZNAS Bantuan Masyarakat Indonesia Berhasil Masuk Gaza
Israel telah mengubah ceritanya tentang insiden itu beberapa kali, mulai dari menyangkal tuduhan, menyalahkan pembunuhan pada tembakan nyasar dari pejuang Palestina, hingga mengakui seorang tentara Israel bisa saja keliru menembak Abu Akleh.
Jaksa militer Israel pada awalnya meminta tentara untuk melakukan penyelidikan mendalam, sebelum media Israel melaporkan militer tidak memiliki rencana untuk meluncurkan penyelidikan kriminal.
PA mengakhiri penyelidikannya pada 26 Mei 2022, dengan mengatakan, pasukan Israel dengan sengaja menembak reporter veteran itu.
Para pejabat mengatakan otopsi dan pemeriksaan forensik yang dilakukan di Nablus setelah kematian Abu Akleh menunjukkan dia ditembak dari belakang setelah berusaha melarikan diri dari tembakan pasukan Israel yaang terus-menerus ke arah kelompok wartawan.
Baca Juga: Israel Halangi Dokter AS Tinggalkan Gaza
Palestina menolak untuk menyerahkan peluru yang membunuh Abu Akleh kepada Israel, dengan alasan tidak dapat dipercaya.
Selama serangan itu, jurnalis Al Jazeera lainnya, Ali al-Samoudi juga terluka setelah ditembak di punggung. Namun dia telah pulih. (T/RE1/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Hamas Upayakan Pembentukan Pemerintahan Persatuan Nasional di Gaza