Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejahtera

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - Kamis, 17 Oktober 2024 - 07:13 WIB

Kamis, 17 Oktober 2024 - 07:13 WIB

22 Views

Sejahtera dalam kehidupan (foto: ig)

Sejahtera berasal dari kata “sejahtera” yang dalam bahasa Indonesia berarti kondisi hidup yang baik, aman, dan harmonis. Dalam konteks ilmiah, kesejahteraan sering diartikan sebagai keadaan di mana individu atau masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka secara fisik, mental, dan sosial. Dalam perspektif syar’i, sejahtera mencakup kesejahteraan spiritual, fisik, dan sosial yang sesuai dengan ajaran Islam.

Kesejahteraan dalam ilmu sosial sering diukur dengan berbagai indikator, seperti pendapatan, pendidikan, kesehatan, dan kualitas hidup. Indikator ini membantu menilai sejauh mana individu atau kelompok dapat mencapai kualitas hidup yang baik. Penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor ini saling terkait, di mana peningkatan dalam satu aspek dapat mempengaruhi aspek lainnya secara positif.

Dalam ekonomi, kesejahteraan sering dikaitkan dengan konsep kesejahteraan ekonomi, yaitu kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dan memiliki akses ke berbagai layanan serta kesempatan. Pendekatan ekonomi terhadap kesejahteraan melibatkan analisis pendapatan, distribusi kekayaan, dan kesempatan kerja. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dianggap sebagai kunci untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.

Kesejahteraan sosial melibatkan hubungan antarindividu dan kualitas interaksi sosial. Faktor seperti dukungan sosial, keamanan, dan rasa komunitas sangat penting. Psikologis, kesejahteraan melibatkan kesehatan mental, kepuasan hidup, dan keseimbangan emosional. Penelitian psikologi menunjukkan bahwa individu dengan dukungan sosial yang baik dan kesehatan mental yang stabil cenderung memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi.

Baca Juga: Memperbarui Azzam

Dalam Islam, kesejahteraan tidak hanya mencakup aspek duniawi tetapi juga aspek akhirat. Kesejahteraan dalam konteks syari melibatkan keseimbangan antara hak dan kewajiban individu terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan Tuhan. Konsep ini diperoleh dari ajaran Al-Qur’an dan Hadis yang menekankan pentingnya hidup yang seimbang dan memenuhi kewajiban agama.

Kesejahteraan spiritual dalam Islam melibatkan kedekatan dengan Allah, pelaksanaan ibadah dengan ikhlas, dan pencarian keridhaan-Nya. Sejahtera secara spiritual berarti memiliki ketenangan hati dan pikiran yang diperoleh melalui ibadah, doa, dan zikir. Ini juga termasuk pemeliharaan akhlak yang baik dan menjaga hubungan yang harmonis dengan sesama.

Kesejahteraan fisik dalam Islam melibatkan perhatian terhadap kesehatan tubuh melalui pola makan yang sehat, olahraga, dan menjaga kebersihan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah, meskipun keduanya baik.” (HR. Muslim). Ini menunjukkan pentingnya menjaga kesehatan tubuh sebagai bagian dari kesejahteraan.

Kesejahteraan sosial dalam Islam melibatkan kewajiban untuk menjaga hubungan baik dengan sesama dan membantu mereka yang membutuhkan. Al-Qur’an memerintahkan umat Islam untuk saling membantu dan menjaga solidaritas sosial, seperti dalam firman-Nya, “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS. Al-Ma’idah: 2).

Baca Juga: Zona Nyaman

Islam mengajarkan pentingnya keseimbangan antara hak dan kewajiban. Setiap individu memiliki hak untuk mendapatkan kesejahteraan, namun juga memiliki kewajiban untuk memenuhi hak orang lain. Hal ini tercermin dalam prinsip keadilan sosial, di mana setiap orang harus mendapatkan bagian yang adil dari sumber daya dan manfaat sosial.

Kesejahteraan ekonomi dalam Islam mencakup prinsip-prinsip seperti zakat, sedekah, dan kewajiban untuk mencari rezeki yang halal. Allah berfirman, “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.” (QS. Al-Baqarah: 43). Kesejahteraan ekonomi juga melibatkan pengelolaan kekayaan dengan cara yang tidak merugikan orang lain dan tidak melanggar syariat.

Pemerintah dalam pandangan syari memiliki tanggung jawab untuk memastikan kesejahteraan rakyat melalui penerapan hukum-hukum Islam yang adil, penyediaan layanan publik, dan perlindungan terhadap hak-hak warga negara. Dalam sejarah Islam, Khalifah Umar bin Khattab dikenal karena kepeduliannya terhadap kesejahteraan rakyat, seperti yang tercermin dalam kebijakan sosialnya.

Dalam Islam, kesejahteraan bukan hanya tujuan hidup tetapi juga cara untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Kesejahteraan di dunia harus diimbangi dengan kesiapan untuk menghadapi kehidupan setelah mati, sehingga kehidupan yang sejahtera di dunia juga akan membawa kepada kebahagiaan di akhirat.

Baca Juga: Etos Kerja

Mencapai kesejahteraan tidaklah mudah, baik dari perspektif ilmiah maupun syari. Tantangan seperti kemiskinan, ketidakadilan sosial, dan konflik internal dapat menghambat pencapaian kesejahteraan. Dalam Islam, menghadapi tantangan ini memerlukan usaha yang konsisten, doa, dan tawakal kepada Allah.

Strategi untuk mencapai kesejahteraan melibatkan pendekatan multidimensional, seperti pendidikan, kesehatan, dan pembangunan ekonomi. Dalam Islam, strategi ini juga mencakup pemenuhan kewajiban agama, seperti zakat dan sedekah, serta upaya untuk memperbaiki diri dan masyarakat.

Kesejahteraan adalah konsep yang luas dan multidimensional, mencakup aspek fisik, mental, sosial, dan spiritual. Baik dalam pandangan ilmiah maupun syari, kesejahteraan melibatkan keseimbangan antara berbagai aspek kehidupan dan memenuhi hak serta kewajiban sesuai dengan ajaran agama. Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip ini, individu dan masyarakat dapat mencapai kehidupan yang sejahtera dan bermakna.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Man Jadda Wa Jada

 

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
MINA Preneur
MINA Preneur
Internasional