Oleh: Rendi Setiawan, Jurnalis MINA
Aksi teror Israel terhadap Jalur Gaza Palestina memasuki pekan keempat atau hari ke 23 sejak Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mendeklarasikan perang terhadap para pejuang Palestina di Jalur Gaza pada Sabtu, 7 Oktober 2023 lalu.
Israel dengan berbagai cara berusaha keras melenyapkan perlawanan para pejuang di Jalur Gaza Palestina. Tak tanggung-tanggung, AS sampai ikut terjun ke medan pertempuran, seperti dilaporkan media Iran, Presstv.
Setelah aksi teror lewat pengeboman udara menemui jalan buntu, Israel justru semakin membabi buta menargetkan sipil. Sejak Jumat (27/10) atau sehari setelah invasi darat, Israel memutuskan jaringan internet untuk menutupi aksi teror yang lebih beringas dari biasanya.
Baca Juga: Kelaparan Mencekam di Gaza: Ibu dan Anak Cari Makan di Tumpukan Sampah
Tim medis di Jalur Gaza Palestina dibuat gagap dan terkejut dengan jumlah kerusakan sipil yang sangat besar. Bahkan, Sekjen PBB Antonio Guterres melalui Instagramnya pun menyatakan keterkejutannya.
“Sayangnya, alih-alih jeda, saya terkejut dengan peningkatan pengeboman yang belum pernah terjadi sebelumnya dan dampak buruknya. Ini merusak citra kemanusiaan,” kata Guterres.
Sejumlah sumber lokal menyebutkan, ketika jaringan internet diputus, Israel mengirim tank jenis baru yang lebih bertenaga daripada tank Merkava andalan Zionis selama ini. Namun, sumber tersebut mengungkapkan, pejuang Palestina berhasil merontokkan 1 tank itu.
“Israel punya tank jenis baru namanya tank Tiger yang lebih superior daripada Merkava. Satu unit tank Tiger bisa diisi 14 tentara, dan para pejuang Palestina berhasil merontokkan 1 unik tank jenis baru ini,” kata sumber itu.
Baca Juga: Bahaya Zina dan Sebab Pengantarnya
Kebrutalan Israel membuat sedikitnya 8.000 orang meninggal dunia, menurut Kementerian Kesehatan Palestina melalui siaran persnya pada Ahad (29/10). Meski Presiden AS Joe Biden sempat meragukan data tersebut, faksi perjuangan di Jalur Gaza, Hamas merilis nama-nama korban lengkap dengan nomor induk, jenis kelamin, dan usia korban.
Sejak awal Israel sudah kalah
Pejuang Palestina melakukan perlawanan yang mengejutkan Israel, bahkan dunia pada Sabtu, 7 Oktober 2023 lalu. Kala itu, di pagi buta, pejuang Palestina meluncurkan 5 ribu roket disertai para pejuang yang menerobos dinding kawat perbatasan.
Hasilnya, lebih dari seribu orang Zionis dinyatakan tewas, dan ratusan orang disandera, termasuk seorang perwira tinggi Israel, Nimrod Aloni. Nimrod Aloni ini bukan sosok asing bagi rakyat Palestina. Dia sering membuat keputusan yang menyengsarakan rakyat Palestina, meski Israel membantah penangkapan Aloni.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-15] Berkata yang Baik, Memuliakan Tamu, dan Tetangga
Setelah aksi heroik perlawanan para pejuang Palestina, Israel menggunakan cara propaganda melalui media-medianya. Narasi “teroris” pun disematkan kepada kelompok perlawanan. Tak hanya itu, mereka juga menipu dengan kabar bohong bahwa pejuang Palestina memenggal 40 kepala bayi Israel.
Tindakan dan cara-cara Israel merespons perlawanan pejuang Palestina menunjukkan bahwa mereka sebenarnya sudah kalah sejak awal. Tindakan membunuh sipil sebanyak apa pun dilakukan Israel demi menutupi rasa malu atas kekalahannya.
Israel melakukan penembakan tanpa pandang bulu di Jalur Gaza yang terkepung. Israel pada hari Jumat terakhir meningkatkan serangannya di Jalur Gaza, menghancurkan sejumlah bangunan dan membunuh warga sipil.
Sangat jelas tergambarkan bahwa faktor utama di sini bukan lagi perang seperti yang Netanyahu nyatakan, tapi teror kemanusiaan, aksi genosida terang-terangan di muka publik internasional, seolah ingin menunjukkan bahwa mereka bisa membunuh sipil sebanyak apapun yang mereka mau.
Baca Juga: Aktivis Israel Gelar Protes Tuntut Diakhirinya Genosida di Gaza
Penulis sangat yakin, bahkan haqqul yakin, dan percaya bahwa Israel sama sekali tidak yakin dengan hasil serangan daratnya. Oleh karena itu, untuk saat ini, Israel lebih memilih membunuh sebanyak mungkin sipil Palestina.
Gagal memainkan narasi “teroris”, gagal memainkan propaganda di media, gagal melakukan invasi darat, hingga penargetan fasilitas sipil seperti rumah sakit, sekolah, masjid, gereja, dan membunuh secara acak rakyat sipil cukup menjadi bukti sejak awal Israel sudah kalah di Jalur Gaza. (A/R2/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Pemimpin Oposisi Israel Desak Gencatan Senjata di Gaza