Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah Al-Aqsa: Pusat Perjuangan Palestina dari Zaman ke Zaman

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 16 detik yang lalu

16 detik yang lalu

0 Views

Al Aqsa adalah bagian tak terpisahkan dari umat Islam (foto: ig)

Al-Aqsa adalah salah satu tempat paling suci dalam agama Islam, yang juga menjadi simbol perjuangan rakyat Palestina sepanjang sejarah. Kompleks Al-Aqsa yang terletak di Kota Tua Yerusalem ini memiliki arti yang mendalam bagi umat Islam karena sejarahnya yang kaya, nilai religiusnya yang tinggi, dan perannya dalam perjuangan politik, sosial, serta budaya bangsa Palestina. Artikel ini akan mengulas sejarah Al-Aqsa dari masa awal hingga zaman modern, menyoroti peran pentingnya dalam konteks perjuangan Palestina.

Al-Aqsa memiliki akar sejarah yang sangat tua, bahkan sebelum era Islam. Yerusalem, sebagai lokasi Al-Aqsa, telah menjadi pusat keagamaan dan peradaban sejak ribuan tahun yang lalu. Berdasarkan tradisi Islam, tempat ini dikaitkan dengan Nabi Ibrahim, yang dianggap sebagai bapak para nabi. Dalam agama Yahudi, lokasi ini dikenal sebagai Gunung Moria, tempat Bait Suci pertama dibangun oleh Nabi Sulaiman.

Dalam Al-Qur’an, Al-Aqsa disebut dalam Surah Al-Isra, yang mengisahkan perjalanan malam Nabi Muhammad (Isra Mi’raj). Nabi Muhammad dipandu oleh Malaikat Jibril dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa sebelum naik ke langit. Peristiwa ini menegaskan pentingnya Al-Aqsa sebagai tempat ibadah ketiga paling suci dalam Islam setelah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.

Masa Kekuasaan Romawi dan Bizantium

Baca Juga: Ingin Jadi yang Terbaik? Jadilah Manusia yang Paling Bermanfaat!

Pada abad pertama Masehi, Yerusalem berada di bawah kekuasaan Romawi. Setelah penghancuran Bait Suci kedua oleh Kaisar Titus pada tahun 70 M, kota ini berubah menjadi pusat kekuasaan Romawi. Ketika Kekaisaran Romawi beralih menjadi Kekaisaran Bizantium, Yerusalem menjadi kota Kristen yang penting. Meskipun demikian, tempat yang sekarang dikenal sebagai Al-Aqsa tetap dihormati oleh komunitas Yahudi dan beberapa kelompok Kristen.

Pada tahun 637 M, Yerusalem ditaklukkan oleh pasukan Islam di bawah kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab. Penaklukan ini dilakukan secara damai melalui perjanjian dengan penduduk setempat. Khalifah Umar menunjukkan sikap toleransi yang luar biasa dengan tidak mengganggu situs-situs suci agama lain. Beliau juga memerintahkan pembangunan sebuah tempat ibadah sederhana di lokasi Al-Aqsa.

Pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah, khususnya di bawah Khalifah Abdul Malik bin Marwan, pembangunan Kubah Batu (Dome of the Rock) diselesaikan pada tahun 691 M. Struktur ini menjadi ikon arsitektur Islam yang megah dan tetap menjadi simbol penting Yerusalem hingga hari ini. Kompleks Al-Aqsa terus diperluas dan diperindah oleh berbagai dinasti Islam, termasuk Abbasiyah, Fatimiyah, Ayyubiyah, dan Mamluk.

Periode Perang Salib

Baca Juga: Raih Surga Dengan Amalan Ringan Ini

Pada abad ke-11, Yerusalem menjadi pusat konflik besar ketika Perang Salib pertama dimulai. Pada tahun 1099, pasukan Salib merebut Yerusalem dan menjadikan Al-Aqsa sebagai markas mereka. Masjid ini diubah menjadi gereja dan istana. Periode ini merupakan masa penderitaan besar bagi umat Islam, yang kehilangan kendali atas situs suci mereka.

Namun, pada tahun 1187, Salahuddin Al-Ayyubi berhasil merebut kembali Yerusalem dalam Pertempuran Hattin. Salahuddin menunjukkan kemurahan hati yang luar biasa dengan mengizinkan umat Kristen meninggalkan kota dengan aman dan mengembalikan fungsi Al-Aqsa sebagai masjid. Kemenangan ini menjadi tonggak penting dalam sejarah perjuangan Islam untuk mempertahankan situs suci mereka.

Masa Kekhalifahan Utsmaniyah

Pada tahun 1517, Yerusalem menjadi bagian dari Kekaisaran Utsmaniyah setelah Sultan Selim I menaklukkan wilayah tersebut. Selama lebih dari 400 tahun, Yerusalem berada di bawah pemerintahan Utsmaniyah. Pemerintah Utsmaniyah memberikan perhatian besar terhadap perawatan dan renovasi kompleks Al-Aqsa. Beberapa proyek restorasi dilakukan untuk menjaga keindahan dan fungsi religiusnya.

Baca Juga: 5 Fakta Tentang Hari Sabtu Menurut Alquran

Selama masa ini, Yerusalem menjadi kota yang damai, di mana komunitas Muslim, Kristen, dan Yahudi hidup berdampingan. Namun, pada abad ke-19, pengaruh kolonialisme Barat mulai meningkat di kawasan Timur Tengah, yang memicu perubahan besar dalam dinamika politik Yerusalem.

Era Mandat Inggris dan Awal Konflik Modern

Setelah Perang Dunia I, Kekaisaran Utsmaniyah runtuh, dan Yerusalem berada di bawah Mandat Inggris pada tahun 1920. Periode ini menandai awal konflik modern antara komunitas Arab Palestina dan Yahudi Zionis. Inggris memberikan dukungan kepada gerakan Zionis melalui Deklarasi Balfour, yang berjanji untuk mendirikan “tanah air bagi orang Yahudi” di Palestina.

Kompleks Al-Aqsa menjadi pusat protes dan perlawanan terhadap kolonialisme Inggris dan imigrasi Yahudi. Pada tahun 1929, terjadi kerusuhan hebat yang dikenal sebagai Insiden Tembok Barat, di mana ketegangan antara komunitas Muslim dan Yahudi mencapai puncaknya. Peristiwa ini menunjukkan betapa pentingnya Al-Aqsa dalam perjuangan nasionalisme Palestina.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-34] Mengubah Kemungkaran

Pendudukan Israel dan Perjuangan Palestina

Pada tahun 1948, perang Arab-Israel pecah, yang mengakibatkan berdirinya negara Israel dan pengungsian besar-besaran rakyat Palestina. Yerusalem Timur, termasuk kompleks Al-Aqsa, berada di bawah kendali Yordania hingga tahun 1967. Namun, dalam Perang Enam Hari, Israel merebut Yerusalem Timur dan mendeklarasikan kota tersebut sebagai bagian dari ibu kotanya.

Pendudukan Israel atas Yerusalem Timur menandai babak baru dalam perjuangan Palestina. Al-Aqsa menjadi simbol perlawanan terhadap pendudukan. Umat Islam di seluruh dunia mengecam tindakan Israel yang dianggap mengancam status quo situs suci ini. Hingga kini, ketegangan di sekitar Al-Aqsa terus berlanjut, dengan bentrokan sering terjadi antara warga Palestina dan pasukan Israel.

Al-Aqsa dalam Konteks Perjuangan Modern

Baca Juga: Amalan yang Sia-Sia: Tafsir Surat Al-Kahfi Ayat 103-104

Dalam beberapa dekade terakhir, Al-Aqsa telah menjadi pusat perjuangan identitas dan hak asasi bagi rakyat Palestina. Masjid ini tidak hanya simbol keagamaan tetapi juga ikon perlawanan terhadap penjajahan dan ketidakadilan. Setiap upaya Israel untuk mengubah status quo di kompleks Al-Aqsa selalu memicu protes besar-besaran di Palestina dan dunia Islam.

Gerakan seperti Intifada pertama (1987-1993) dan Intifada kedua (2000-2005) dipicu oleh insiden-insiden yang terkait dengan Al-Aqsa. Selain itu, upaya masyarakat internasional untuk mencapai solusi damai sering kali terhambat oleh isu Yerusalem dan status Al-Aqsa.

Sejarah Al-Aqsa mencerminkan perjuangan panjang rakyat Palestina dari masa ke masa. Tempat suci ini telah menjadi saksi bisu berbagai peristiwa penting, mulai dari penaklukan hingga perang, dari masa damai hingga konflik berkepanjangan. Bagi umat Islam, Al-Aqsa adalah simbol iman dan keteguhan; bagi rakyat Palestina, Al-Aqsa adalah simbol perjuangan dan harapan akan kemerdekaan.

Hingga kini, Al-Aqsa tetap menjadi pusat perhatian dunia. Perlindungan terhadap tempat ini tidak hanya menjadi tanggung jawab rakyat Palestina tetapi juga umat Islam secara global. Semoga upaya untuk menjaga kesucian dan kedamaian Al-Aqsa dapat terus diperjuangkan di tengah berbagai tantangan yang ada.[]

Baca Juga: 10 Tips Menjadi Suami Ideal dalam Islam

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda