Oleh: Rendi Setiawan, Jurnalis MINA
Kashmir, sebuah wilayah yang dikenal sebagai “surga di bumi” oleh sebagian orang karena keindahan alamnya yang menakjubkan. Di sisi lain, Kashmir juga menjadi salah satu wilayah konflik yang sudah berlangsung cukup lama. Bahkan lebih lama dari konflik Palestina-Israel.
Pada 2015 lalu, situs BBC menyebutkan, total populasi Kashmir sekitar 16,3 juta jiwa. Khasmir adalah negara mayoritas Muslim dengan persentase kira-kira 80 persen. Sebanyak 99,5 umat Muslim berada di wilayah yang dikuasai Pakistan. Umat Hindu, Sikh, dan Kristen turut menjadi bagian dari demografi penduduk negara sengketa ini.
Lukman Harun dalam buku ‘Potret Dunia Islam’ mengatakan, meski mayoritas, Umat Islam di Kashmir tidak sama seperti umat Islam di Indonesia yang bebas melakukan ibadahnya setiap waktu. Bahkan setiap menit. Islam di sana sering kali mendapat ancaman atau diskriminasi. Terlebih kaum wanita yang menonjolkan simbol-simbol keislamannya seperti memakai jilbab.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Sebelum Islam masuk, Kashmir telah memiliki peradaban yang mapan yaitu Hindu-Budha. Raja dari Hindu-Budha telah lama menancapkan kekuasaannya di wilayah Kashmir. Antara Hindu dan Budha sering ada benturan-benturan sehingga bisa dikatakan Kashmir salah satu tempat konflik antara Hindu-Budha.
Lukman, yang juga aktif memperhatikan perkembangan Muslim dunia ini mencatat bahwa ada tiga dinasti yang pernah memerintah Kashmir. Pertama, dinasti Gonanda yang sudah ada sejak sebelum masehi. Kedua, dinasti Karkota yang berdiri pada abadke-8 masehi. Ketiga, dinasti Utpal yang merupakan dinasti terakhir kerajaan pra-Islam.
Sedangkan raja Hindu Kashmir yang terakhir adalah seorang perempuan yang mati bunuh diri karena merasa tidak mendapat respon dari masyarakat umum. Untuk membantunya melawan tentara Islam, dan juga karena adanya keinginan Syah Mizra untuk menikahinya. Syah Mizra merupakan tokoh Islam berpengaruh di Kashmir.
Islam masuk di Kashmir pada masa Turki Usmani yang mengalami kemajuan sangat signifikan. Tentara Turki Usmani memasuki wilayah India atas dasar jalinan hubungan antara kedua wilayah tersebut. Sehingga secara alami Islam pun turut masuk di wilyah Kashmir.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Dakwah Islam masuk ke lembah Kashmir tidak melalui penaklukan berdarah, tetapi lewat perdagangan yang dilakukan bertahap oleh pendakwah. Howard Arnold Walter dalam ‘Islam in Kashmir’ menyatakan, pendakwah pertama yang mengunjungi Kashmir diketahui bernama Bilal Shah atau Bulbul Shah dari Turkistan.
Kesederhanaan Bulbul Shah menggerakkan hati penguasa Kashmir saat itu, Rainchan Shah, yang merupakan penganut Budha dari Ladakh. Ia memeluk Islam dan menjadi penguasa Muslim Kashmir pertama bergelar Sultan Sadr Ad-Din.
Islam berhasil membentuk tatanan masyarakat di Kashmir setelah empat ribu tahun pemerintahan Hindu. Menurut sebuah kisah, keluarga kerajaan beserta 10 ribu rakyat Kashmir memeluk Islam oleh karena terkesima dan takjub dengan keramahan para pendakwah Muslim. Mereka mendirikan masjid dan tempat perkumpulan di tepi Sungai Jehlum.
Seiring waktu, Islam semakin menyebar di kawasan ini, dan mulai menjadi dominan. Mereka merasa aman dalam berdakwah karena umat Islam tidak lagi menjadi minoritas. Kata ‘mayoritas’ pantas disanding umat Islam. Tapi tidak lama kemudian pada abad 19 masehi Kashmir ditaklukkan oleh raja Ranjit Singh. Sorang penguasa Punjab yang anti Islam.
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
Kondisi ini diperparah oleh kedatangan Inggris ke anak Benua India termasuk Kashmir. Pada saat itu imperalisme telah dimulai oleh bangsa Eropa yang dulu tertidur di pangkuan Gereja. Bangsa Eropa mencari tempat yang dapat memberi kontribusi untuk negaranya.
Kawasan Kashmir tidak lepas dari incaran tersebut. Karena memang Kashmir adalah wilayah yang subur yang dialiri sungai besar. Sebagaimana disebutkan di awal bahwa Kashmir oleh beberapa pihak dianggap sebagai surga di bumi.
Kedatangan Inggris di Kashmir memperparah kondisi umat Islam yang mulai dibatasi aktifitasnya. Secara jumlah umat Islam di Kashmir tetap menjadi mayoritas tapi tidak dengan perlakuan yang diterima umat Islam. Karena Kashmir dibawah kekuasaan raja Hindu-Budha. Perlakuan yang bersifat menindas tidak hanya dilakukan oleh umat Hindu-Budha saja tapi melainkan juga dilakukan oleh bangsa kulit putih.
Dengan kokohnya kekuasaan bangsa eropa membuat umat Islam semakin tertekan. Puncaknya semakin parah ketika bangsa Eropa menjual tanah Kashmir pada umat Hindu Dogra.
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Di bawah kekuasaan Hindu, umat Islam semakin tak memiki ruang dan ini diperparah saat umat Islam menelurkan gagasan ingin merdeka dari India. Dengan gagasan ini umat Hindu tambah menekan umat Islam. Kata ‘pemberontak’, ‘teroris’ dan semacamnya disandingkan ke umat Islam di Kashmir oleh pemerintah yang tidak ingin niat suci umat Islam tercapai.
Wilayah Kashmir memang diperebutkan oleh dua negara, Pakistan dan India. Masyarakat Kashmir sendiri yang memilih bergabung degan India saat terpecahnya India, tak berapa lama mereka ingin gabung dengan Pakistan yang merupakan negara muslim.
Tapi saat ini mereka tidak mau bergabung dengan Pakistan atau India, mereka ingin menjadikan negara sendiri. Pihak pemerintah terus mencegahnya, tidak hanya India. Bahkan Pakistan pun ikut-ikutan untuk menghambat Kashmir merdeka karena mereka tidak mau kehilangan wilayah yang sangat menggiurkan.
Keadaan seperti ini tidak mampu memadamkan semangat umat Islam dalam memperjuangkan hak-haknya. Perlawanan tak pernah surut yang dilakukan oleh umat Islam baik perlawanan yang bersifat demonstrasi atau perlawanan angkat senjata.
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Perlawanan yang dilakukan oleh umat Islam dengan membentuk organisasi Front Pembebasan Jammu-Kashmir (JKLF). Forum bagi mereka yang berjuang demi kemerdekaan Kashmir akibat dari penindasan dan penganiayaan yang dilakukan oleh pemrintah.
Mungkin salah satu sebab mereka cukup kesulitan untuk mendapatkan kemerdekaan disebabkan umat Islam di sana sendiri tidak satu suara. Sehingga memunculkan konflik internal dikalangan umat Islam sendiri. (A/R06/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin