PALESTINA, sebuah wilayah yang terletak di persimpangan Asia, Afrika, dan Eropa, memiliki sejarah panjang yang kaya akan peradaban, budaya, dan agama. Wilayah ini telah menjadi rumah bagi berbagai peradaban kuno, termasuk bangsa Kanaan, Filistin, dan Israel kuno. Pada abad ke-1 Masehi, Kekaisaran Romawi menguasai wilayah ini dan mengganti nama kawasan tersebut menjadi Palestina, mengacu pada bangsa Filistin.
Pada abad ke-7 M, Palestina ditaklukkan oleh bangsa Arab yang membawa agama Islam ke wilayah tersebut. Palestina kemudian menjadi bagian dari Kekhalifahan Islam, yang membawa masa damai dan stabilitas di tanah suci tersebut. Selama periode ini, penduduk Yahudi dan Nasrani hidup berdampingan dengan umat Islam dalam harmoni, tanpa adanya konflik besar.
Namun, pada abad ke-11 hingga ke-13, Palestina mengalami masa-masa sulit ketika Tentara Salib dari Eropa menguasai wilayah tersebut.Pada tahun 1187, Shalahuddin al-Ayyubi berhasil merebut kembali Yerusalem, dan kekuasaan Islam bertahan hingga masa Dinasti Mamluk.
Pada abad ke-19, gerakan Zionisme mulai berkembang dengan Theodore Herzl sebagai tokoh utamanya.Pada tahun 1897, Kongres Zionis pertama di Basel, Swiss, menuntut Palestina sebagai tanah air bagi bangsa Yahudi.
Baca Juga: 5 Tips Ampuh Memperkuat Aqidah di Era Modern
Setelah Perang Dunia I, wilayah Palestina berada di bawah kendali Inggris sebagai bagian dari mandat Liga Bangsa-Bangsa.Pada tahun 1917, Deklarasi Balfour dikeluarkan oleh pemerintah Inggris, yang mendukung pendirian “tanah air nasional bagi bangsa Yahudi” di Palestina.
Ketegangan antara komunitas Arab dan Yahudi meningkat seiring dengan meningkatnya imigrasi Yahudi ke Palestina. Pada tahun 1947, PBB mengusulkan rencana pembagian Palestina menjadi negara Arab dan Yahudi, yang diterima oleh pemimpin Yahudi tetapi ditolak oleh negara-negara Arab. Pada tahun 1948, negara Israel dideklarasikan, yang memicu perang Arab-Israel pertama.
Perang tersebut berakhir dengan Israel menguasai wilayah yang lebih luas daripada yang diamanatkan oleh PBB.Jalur Gaza berada di bawah pendudukan Mesir, dan Tepi Barat diperintah oleh Yordania, sebelum kedua wilayah itu diduduki oleh Israel dalam Perang Enam Hari 1967.
Pada tahun 1964, Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) didirikan dengan tujuan mendirikan negara Palestina yang merdeka. Pada tahun 1987, Intifada Pertama meletus sebagai bentuk perlawanan terhadap pendudukan Israel.
Baca Juga: Media Digital sebagai Sarana Dakwah Masa Kini
Intifada ini berlangsung hingga tahun 1993 dan berakhir dengan penandatanganan Perjanjian Oslo, yang menghasilkan pembentukan Otoritas Palestina sebagai badan pemerintahan sementara di wilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Namun, harapan perdamaian tidak bertahan lama.Pada tahun 2000, Intifada Kedua meletus, yang berlangsung hingga tahun 2005 dan menyebabkan banyak korban jiwa di kedua belah pihak.Konflik ini dipicu oleh kunjungan kontroversial pemimpin politik Israel, Ariel Sharon, ke Masjid Al-Aqsa di Yerusalem.
Sejak saat itu, berbagai upaya perdamaian telah dilakukan, termasuk Konferensi Annapolis pada tahun 2007 dan pembicaraan damai yang dimediasi oleh Amerika Serikat.
Namun, isu-isu utama seperti status Yerusalem, perbatasan, pemukiman Israel, dan hak kembali bagi pengungsi Palestina tetap menjadi hambatan besar dalam mencapai solusi damai yang berkelanjutan.
Baca Juga: Keutamaan Dakwah, Pahala yang Mengalir Tanpa Henti
Pada tahun 2021, ketegangan kembali meningkat di Yerusalem, yang memicu konflik bersenjata antara Israel dan kelompok Hamas di Jalur Gaza.Konflik ini menyebabkan banyak korban jiwa dan kerusakan infrastruktur di kedua belah pihak.
Hingga saat ini, Palestina terus berjuang untuk mendapatkan pengakuan sebagai negara merdeka dan berdaulat. Meskipun telah diakui oleh banyak negara, kemerdekaan penuh Palestina belum tercapai karena konflik berkepanjangan dengan Israel.
Kondisi masyarakat Palestina saat ini masih menghadapi berbagai tantangan, termasuk pelanggaran hak asasi manusia, pembatasan pergerakan, dan blokade ekonomi. Meskipun demikian, semangat perjuangan dan harapan untuk perdamaian tetap hidup di kalangan rakyat Palestina.
Upaya internasional untuk mencapai perdamaian terus berlanjut, dengan berbagai inisiatif dan negosiasi yang melibatkan banyak pihak. Namun, solusi yang adil dan berkelanjutan masih sulit dicapai tanpa adanya kompromi dan penghormatan terhadap hak-hak dasar kedua belah pihak.
Baca Juga: 5 Tanda Hubungan Suami Istri Sedang Bermasalah dan Cara Mengatasinya
Sejarah panjang Palestina, dari masa kejayaan hingga konflik berkepanjangan, menunjukkan betapa kompleksnya permasalahan yang dihadapi. Namun, dengan dialog yang konstruktif dan upaya perdamaian yang tulus, harapan untuk masa depan yang lebih baik bagi Palestina dan seluruh kawasan Timur Tengah tetap ada.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Zionisme dan Konflik Palestina, Sebuah Analisis Ilmiah dan Historis