*Laporan Khusus Koresponden Mi’raj Islamic News Agency (MINA) di Jalur Gaza
Sudah tidak asing di telinga kita mengenai Palestina dan segala permasalahan yang ada di dalamnya, mulai dari penjajahan, pembantaian, perampasan lahan serta berbagai kekejaman yang dilakukan oleh penjajah Israel.
Namun tahukah kita bagaimana masalah tersebut bermula dan apa saja yang menyebabkan timbulnya permasalahan tersebut. Kali ini kita akan menggali akar dan sumber dari permasalahan tersebut dalam sejarah singkat permasalahan Palestina.
Letak geografis Palestina yang diberkahi Allah sangat strategis. Sekitar 6000 tahun yang lalu, orang-orang Yabus tinggal di salah satu daerah di Palestina yang saat ini bernama Al-Quds. Para pejuang dari kaum Kan’an juga ikut tinggal bersama mereka dan menetap di utara Palestina sehingga saat itu Palestina dikenal dengan Tanah Kan’an.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Ada pun nama Palestina berasal dari kaum yang bernama ‘Palestiya’ yang datang melalui laut dan menetap di sana dan sehingga saat ini terkenal dengan nama Palestina.
Pemerintahan di Palestina silih berganti hingga yang terlama jatuh di tangan Muslimin hingga kira-kira 1100 tahun lamanya. Pada masa pemerintahan Muslimin tersebut hiduplah berbagai umat beragama seperti umat Islam, umat Kristen dan umat Yahudi yang hidup secara berdampingan dan damai.
Pada abad ke-19 mulailah Zionis memetak-metak tanah Palestina dan terjadilah permasalahan pertama pada tanah Palestina. Pada masa tersebut, sekitar tahun 1878 masehi, penduduk Palestina berjumlah 460.000 jiwa, pada jumlah tersebut umat Yahudi hanya tiga persen saja.
Bersamaan dengan perkembangan pesat di Eropa, maka kaum Yahudi di Eropa saat itu mulai memikirkan kesatuan kaum mereka dan mencari tempat khusus sebagai tempat tinggal kaum mereka, akan tetapi pertanyaannya akan ke manakah mereka?
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Permasalahan inilah yang di jajaki oleh Theodore Hertzel yang telah membuat buku berisi pembahasan penyatuan umat Yahudi yang tersebar di seluruh dunia. Hertzel menyantumkan beberapa nama daerah di antaranya Palestina, Argentina, Uganda dan Mozambik.
Maka terjadilah konferensi yang berkelanjutan demi mendukung pembentukan negara Zionis sehingga kaum Yahudi menyepakati dan memilih Palestina sebagai tempat tinggal mereka. Sementara itu, Yahudi di Amerika dan Inggris menekan untuk segera dibuatkan negara guna mencapai tujuan mereka, maka saat itu mulailah perpindahan kaum Yahudi ke Palestina.
Sekitar 25.000 orang yahudi berpindah pada gelombang pertama tahun 1882-1903 dari timur Eropa dan Rusia, dengan demikian bertambahlah penduduk Yahudi menjadi lima persen dari penduduk Palestina.
Perpindahan demi perpindahan menyebabkan kehidupan penduduk asli Palestina menjadi sulit, dengan demikian para penduduk Al-Quds mengajukan permintaan atas nama pemerintahan Utsmaniyah untuk menghentikan masuknya orang-orang yahudi secara berangsur-angsur ke Palestina dan penguasaan mereka terhadap tanah Palestina. Akan tetapi hijrah kaum yahudi tidak berhenti, hijrah gelombang kedua tahun 1904-1914 masuklah 40.000 kaum Yahudi, sehingga menambah penduduk Yahudi menjadi delapan persen dari penduduk Palestina.
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
Seusai Perang Dunia I, Inggris dan Perancis mengadakan kesepakatan rahasia yang terkenal dengan nama Perjanjian Sykes-Picot. Nama Sykes–Picot diambil dari nama Diplomat Perancis Francois Georges Picot dan Diplomat Inggris Sir Mark Sykes. Dalam perjanjian yang ditandatangani 16 Mei 1916 tersebut disepakati pembagian kekuasaan di mana Suriah dan Lebanon di bawah pengaruh Perancis sedangakan Irak berada di bawah Inggris, sedangkan Palestina akan dijadikan daerah internasional dengan catatan pelabuhan Haifa dan Akka harus berada di bawah kekuasaan Inggris.
Kemudian dengan Konferensi San Remo dan dengan persetujuan LBB buatan sekutu; Suria dan Lebanon diletakkan di bawah mandat Perancis sedangkan Irak dan Palestina berada di bawah Inggris.
Lalu Inggris bersepakat untuk menerapkan janji Balfour, lalu apakah janji Balfour itu?
Deklarasi Balfour (Balfour Declaration) atau Janji Balfour adalah sebuah surat tertanggal 2 November 1917 yang ditulis oleh Menteri Luar Negeri Inggris saat itu, Arthur James Balfour kepada Lord Rothschild, pemimpin komunitas Yahudi Inggris yang berisikan sebuah janji rahasia kepada Yahudi bahwa pemerintah Inggris akan membantu Yahudi mendirikan negara di tanah Palestina dengan memudahkan hijrah kaum Yahudi ke Palestina dalam jumlah besar yang juga dikuatkan oleh pemerintahan Amerika.
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh
Maka ini sangat berdampak besar kepada permasalahan Palestina. Kemudian terjadilah hijrah gelombang ketiga dengan jumlah 35.000 kaum Yahudi pada tahun 1919-1923, sehingga bertambahlah prosentase penduduk Yahudi menjadi 12 persen dari penduduk Palestina, akan tetapi kepemilikan mereka atas tanah Palestina masih pada angka tiga persen.
Dengan perkembangan ini, berubahlah susunan penduduk Palestina dan terjadilah berbagai masalah antara penduduk Arab dan kaum Yahudi, dan mulailah konferensi besar pada tahun 1919 untuk menolak Perjanjian Balfour, maka meledaklah Intifadhoh Pertama dalam sejarah Palestina pada tahun 1920 yang menyebabkab 157 warga Palestina syahid dan 46 orang Yahudi tewas.
Pada tahun 1921, sebuah Dewan di Nablus memutuskan untuk memboikot perekonomian Yahudi. Pada tahun 1922, terbentuklah Dewan Tinggi Islam yang dipimpin oleh H. Amin Al-Husain salah satu Mufti Al-Quds, bersamaan dengan itu terbentukalah kelompok militer Zionis bernama Haganah dan merupakan cikal bakal dari pasukan pertahanan Israel IDF (Israel Defense Force) sebuah kelompok militer rahasia di mana pergerakannya adalah terus mempersenjatai Zionis dan menangkap setiap penduduk Arab yang menyembunyikan senjata di rumah mereka.
Hijrah kaum yahudi masih terus berlanjut, pada hijrah gelombang keempat ini, tahun 1924-1931, hijrahlah 78.000 penduduk Yahudi dari Belanda, Rusia, Jerman dan negara Eropa lainnya ke Palestina, sehingga bertambahlah prosentase penduduk yahudi di palestina menjadi 17 persen.
Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung
Mulailah mereka mendekati kependudukan sekitar tembok Al-Buroq, barat Masjid Al-Aqsha di Kota Al-Quds yang menyebabkan 116 syahid dari penduduk Palestina dan 133 dari Yahudi, demonstrasi semakin meluas di Al-Quds pada 1933, dua tahun setelahnya Syahidlah Al-Syaikh Izzuddin Al-Qassam dan teman-temanya di Junain pada perang Ya’bad saat memerangi pasukan Inggris.
Hijrah yahudi gelombang kelima terjadi pada tahun 1932-1939 yang berjumlah 225.000 kaum Yahudi, maka bertambahlah prosentasinya menjadi 30 persen dari penduduk Palestina.(K01/K03/R05)
Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel
Ini adalah bagian dari beberapa tulisan mengenai sejarah Palestina yang dipublikasikan Kantor Berita Islam Internasional Mi’raj islamic News Agency (MINA).
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel