Jakarta, 25 Sya’ban 1434/4 Juli 2013 (MINA) – Sejarawan Prof. DR. Anhar Gonggong mengatakan bahwa negara-negara asing yang mengeruk dan menguasai kekayaan negara lain adalah penjajah.
“Negara-negara asing yang mengeruk dan menguasai kekayaan negara-negara lain yang kaya adalah penjajah,” tegas Anhar kepada wartawan Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj News Agency) di kompleks Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata, Jakarta, Kamis (4/7).
Putera bangsawan Bugis ini mengatakan bahwa negara asing yang mengambil kekayaan negeri-negeri kaya di masa sekarang, masih layak disebut penjajah.
“Negara-negara kaya adalah negara-negara yang menderita, akan selalu menderita, sama seperti di Timur Tengah dan Afrika. Timur Tengah dijajah bukan karena ideologinya, tapi karena kekayaannya,” kata Anhar.
Baca Juga: Presiden Prabowo Beri Amnesti ke 44 Ribu Narapidana
Dia mencontohkan provinsi Papua, yang menurutnya tidak akan pernah bisa damai, karena di sana banyak sumber-sumber kekayaan alam, seperti gula-gula yang mengundang banyak semut.
Para penjajah tersebut, kata Anhar, adalah mereka negara-negara yang kaya karena mengambil kekayaan dari negara-negara lain yang kaya.
“Di negara-negara kaya, yang enak adalah penguasanya, sementara rakyatnya menderita. Kekayaan kita lebih banyak dinikmati oleh orang lain. Contoh kelapa sawit yang kuasai oleh Malaysia,” katanya.
Ketua Departemen Politik, Hukum dan Keamanan Serikat Petani Indonesia, Agus Ruli Ardiansyah dalam sebuah diskusi mengatakan bahwa industri perkebunan kelapa sawit Indonsia dikuasai oleh tujuh negara, dan yang paling utama adalah Malaysia.
Baca Juga: Prediksi Cuaca Jakarta Akhir Pekan Ini Diguyur Hujan
Data lain mengungkapkan, perusahaan kelapa sawit dari Malaysia menguasai sekitar dua juta hektar perkebunan kelapa sawit Indonesia atau sekitar 24,7% dari total perkebunan kelapa sawit di tanah air.
Kalangan pengamat menilai dominasi asing di sektor pertambangan saat ini dinilai mengkhawatirkan karena telah menguasai sumber daya alam Indonesia yang terus menerus mengeksploitasi hasil tambang yang ada di dalam perut bumi. Hal tersebut diperparah dari kebijakan pemerintah yang terlalu membuka lebar pintu investasi bagi investor asing.
“Saat ini saja sebanyak 75 persen sektor pertambangan telah dikuasai asing, besarnya dominasi asing disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang terlalu membuka lebar pintuk investasi bagi investor asing di sektor strategis,” kata Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Migas Indonesia (KSPMI) Faisal Yusra beberapa bulan lalu kepada Jaringnews.com.
Saat ini penguasaan cadangan migas oleh perusahaan asing menurut Faisal, dengan mendominasi sebanyak 225 blok migas yang di kelola KKKS non Pertamina, 120 blok dioperasikan perusahaan asing, 28 blok yang dioperasikan perusahaan nasional, serta sekitar 77 blok dioperasikan perusahaan patungan asing dan nasional. (L/P09/E1).
Baca Juga: Menag Tekankan Pentingnya Diplomasi Agama dan Green Theology untuk Pelestarian Lingkungan
Mi’raj News Agency (MINA).