Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

SEJUMLAH 13 JUTA ANAK DI TIMUR TENGAH DAN AFRIKA UTARA PUTUS SEKOLAH AKIBAT KONFLIK

Rana Setiawan - Senin, 7 September 2015 - 23:44 WIB

Senin, 7 September 2015 - 23:44 WIB

448 Views

(Foto: Blog)
(Foto: Blog)

Sejumlah 13 juta anak-anak Timur Tengah dan Afrika Utara terpaksa putus sekolah akibat konflik.(Foto: Blog)

Kairo, 23 Dzulqa’dah 1436/7 September 2015 (MINA) – Peter Salama, Direktur UNICEF (United Nations Children’s Fund) kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara menyatakan, saat ini ada 13 juta anak-anak terpaksa putus sekolah akibat konflik.

Laporan terakhir UNICEF berjudul “Pendidikan di Garis Neraka”, menjelaskan bagaimana kekerasan dan konflik memengaruhi anak-anak usia sekolah dan perangkat sekolah di sembilan negara, baik secara langsung maupun tidak, demikian Atdik Kairo melaporkan sebagaimana dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Senin (7/9).

Peter menambahkan, hingga saat ini di Suriah, Irak, Yaman dan Libya ada 9.000 sekolah yang tidak dapat digunakan untuk kegiatan belajar-mengajar. Faktor penyebab utamanya antara lain adalah bahaya yang mengancam di lingkungan sekolah-sekolah tersebut, kerusakan, karena sekolah tersebut dijadikan tempat bernaung para pengungsi atau digunakan sebagai markas oleh salah satu pihak yang bertikai.

Faktor lain yang menyebabkan para guru berhenti mengajar dan para orang tua berhenti mengirimkan anaknya ke sekolah adalah ketakutan akan bahaya yang mengancam nyawa mereka atau anak mereka, baik dalam perjalanan menuju sekolah maupun di lingkungan sekolah sendiri.

Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata

Sementara itu, saat ini terdapat 700.000 anak usia sekolah yang sedang mengungsi ke Yordania, Lebanon dan Turki. Anak-anak pengungsi itu pun tidak dapat menikmati pendidikan di bangku sekolah karena fasilitas di negara tempat mereka mengungsi tidak dapat menampung beban tambahan siswa yang begitu drastis.

Kerugian material, menurut Peter, tidak seberapa bila dibandingkan dengan kerugian non materi yang dialami anak-anak pengungsi tersebut.

Mereka hanya bisa duduk termangu menatap masa depan mereka yang terancam hancur karena hilangnya kesempatan mereka untuk mendapatkan pendidikan. “Bila hal ini terus berlanjut, kehancuran masa depan mereka berarti kehancuran masa depan satu generasi secara keseluruhan,” ujar Peter.

Pada tahun 2013, UNICEF merilis program penyelamatan generasi muda “La Lidhaya’ Jil” untuk mengumpulkan sumbangan sebesar-besarnya dari penduduk dunia. Sumbangan tersebut digunakan untuk menyediakan perangkat dan fasilitas pendidikan bagi anak-anak usia sekolah yang mengungsi dari Suriah. (T/R05/R02)

Baca Juga: Agresi Israel Hantam Pusat Ibu Kota Lebanon

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Dunia Islam
Amerika
Timur Tengah
Internasional
Asia
Afrika