Sekelas Nabi Musa Masih Allah Perintahkan Menuntut Ilmu

Pembina Jaringan Ponpes Al-Fatah se Indonesia, Imaamul Muslimin Drs. KH. Yakhsyallah Mansur, MA saat memberikan tausiyah pada Haflah Tasyakur Angkatan 30 MA Al-Fatah Lampung, Ahad (21/4), (Photo: Habib/MINA)

Orang yang berilmu Allah janjikan akan diangkat derajatnya. Tidak ada derajat yang lebih tinggi dari Nabi dan Rasul, tetapi Allah tetap perintahkan Musa untuk tetap menuntut ilmu meski dia sebagai seorang rasul.

Demikian dijelaskan Pembina Jaringan Ponpes Al-Fatah se-Indonesia, Imaamul Muslimin KH Yakhsyallah Mansur saat memberikan tausiyah dalam acara Angkatan 30 Tahun 2024 Pondok Pesantren Shuffah Hizbullah dan Madrasah Al-Fatah, Natar, Lampung Selatan, Ahad (21/4).

Imaam Yakhsyallah melanjutkan, Allah masih memerintahkan Nabi Musa menuntut ilmu. Dia pun bertanya kepada para santri, “Llalu bagaimana dengan kita sebagai manusia biasa, bukan nabi, bukan rasul, bukan juga alim ulama?”

“Maka kalian baru selesai di jenjang aliyah, itu belum selesai dan belum tercapai, sehingga setelah kalian selesai aliyah kalian harus sekolah lebih tinggi lagi. Saya bersyukur dari santri yang lulus ini 40 persennya sudah dinyatakan lulus seleksi perguran tinggi negeri,” katanya.

Baca Juga:  Peran Dakwah dalam Memperbaiki Akhlak Umat

Nabi Musa menuntut ilmu

Bercerita tentang Nabi Musa yang diperintah oleh Allah untuk menuntut ilmu, suatu saat Nabi Musa sedang mengajar, dengan karakter murid-muridnya yang terkenal nakal dan sulit diatur karena memang orang-orang dari Bani Israil memiliki karakter demikian.

Seorang murid Nabi Musa bertanya, “Adakah yang lebih pintar dari kamu?”

Maka Nabi Musa spontan menjawab, “Tidak ada.”

Memang benar, tidak ada Bani Israil yang lebih tinggi ilmunya dari Nabi Musa.

Namun, jawaban Nabi Musa dinilai keliru oleh Allah SWT. Dia kemudian diperintah untuk mencari orang yang lebih pintar darinya, yaitu di Majma’al Bahrain, Sudan. Ternyata itu adalah Nabi Khidir yang ilmunya lebih tinggi dari Nabi Musa.

Baca Juga:  Peran Dakwah dalam Memperbaiki Akhlak Umat

Kemudian Nabi Musa ingin menjadi muridnya Nabi Khidir, tetapi Nabi Khidir berikan satu syarat, yaitu sabar. Nabi Musa pun menyanggupi persyaratan itu.

Namun ternyata, di tengah perjalanannya untuk memenuhi syarat itu bersama Nabi Khidir, Nabi Musa gagal karena rasa lelah yang dihadapinya.

Mengambil pelajaran dari kisah tersebut, bahwa menuntut ilmu itu harus sampai selesai, sampai lelah, seperti dalam surah Al-Insyiroh, “Faragha” yang artinya selesai.

Imaam Yakhsyallah mengatakan, setelah selesai dari Aliyah, maka lanjut di tingkatan selanjutnya, yaitu “Fansob” kerja lagi sampai lelah, jadi tidak adan kata berhenti menuntut ilmu. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Habib Hizbullah

Editor: Rudi Hendrik

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.