Cox’s Bazar, MINA – Sekitar 20.000 pengungsi Rohingya baru telah memasuki Bangladesh dalam tiga bulan terakhir. Mereka melarikan diri dari kondisi yang memburuk di negara bagian Rakhine, Myanmar, kata para pengungsi dan pejabat setempat.
Dilansir dari Radio Free Asia (RFA), Ahad (14/9), peningkatan jumlah pengungsi terjadi saat Bangladesh mengalami kekacauan politik dan di tengah memburuknya kekerasan di Rakhine, yang terletak tepat di seberang perbatasan tenggara.
Pemberontak Tentara Arakan telah melancarkan operasi sengit untuk merebut kendali negara bagian dari pemerintah militer Myanmar.
“Situasi di Rakhine sangat buruk. Tidak ada kondisi untuk tinggal di sana. Tidak ada makanan, tidak ada tempat berteduh, tidak ada perawatan untuk orang sakit,” kata Mohammed Feroz Kamal, yang tiba pekan lalu dari distrik Maungdaw, Rakhine.
Baca Juga: Kepada Sekjen PBB, Prabowo Sampaikan Komitmen Transisi Energi Terbarukan
“Serangan pesawat nirawak sedang dilakukan, terutama terhadap orang-orang yang berkumpul untuk melarikan diri ke perbatasan di negara itu,” katanya kepada BenarNews. “Ratusan orang meninggal. Saya melihat banyak mayat di jalan.”
Pemimpin komunitas Rohingya sekaligus Ketua Masyarakat Arakan Rohingya untuk Perdamaian dan Kemanusiaan, Mohammed Jubair, mengatakan, sedikitnya 20.000 orang telah menyeberang ke Bangladesh selama tiga bulan terakhir. Namun, seorang pejabat Bangladesh memperkirakan jumlahnya sekitar 16.000.
Menurut pejabat, sebagian pendatang baru berlindung di rumah-rumah sewaan di luar kamp-kamp yang dikelola PBB. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Presiden Brazil: Tak Ada Perdamaian di Dunia tanpa Perdamaian di Gaza