Berlin, 1 Safar 1436/23 November 2014 (MINA) – Sedikitnya 60 warga negara Jerman yang bergabung dengan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), telah tewas di Suriah dan Irak, kata seorang pejabat Jerman.
Kepala Kantor Perlindungan Konstitusi Jerman, Hans-Georg Maassen mengatakan, kepada suratkabar mingguan Welt am Sonntag, hingga kini sekitar 60 militan Jerman diketahui telah dibunuh atau bunuh diri di sana.
Ia juga memperingatkan tentang kemungkinan serangan teroris oleh militan ISIS yang telah kembali ke Jerman dari Timur Tengah.” Kita harus mempersiapkan diri, mereka juga bisa melakukan serangan di tanah air sendiri. Ada ancaman yang pasti,” katanya sebagaimana diberitakan Press TV dan dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Ahad.
Sementara itu Menteri Dalam Negeri Jerman, Thomas de Maiziere mengatakan pada 20 November yang lalu, sedikitnya ada 550 warga Jerman yang bergabung dengan kelompok-kelompok teroris di negara-negara Arab yang dilanda krisis.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Sebagian besar warga negara Jerman yang telah bergabung dengan militan ISIS adalah laki-laki, walaupun beberapa wanita juga telah memasuki Irak dan Suriah.
Maiziere mengungkapkan, para pejabat di Jerman saat ini mengawasi sekitar 230 orang lebih yang dapat menimbulkan ancaman di Jerman. “Sebenarnya sangat mungkin mereka sedang mempersiapkan serangan,” katanya.
Menurut laporan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bulan Oktober yang lalu, 15.000 orang asing telah berbondong-bondong ke Suriah dan Irak untuk berjuang bersama ISIS atau kelompok teroris lainnya.
Negara-negara Eropa, termasuk Jerman, telah berulang kali menyatakan keprihatinan atas ISIS dan pengaruhnya di seluruh Eropa. Kemudian pihak berwenang Eropa juga mengkhawatirkan pejuang ISIS asal Eropa akan menggunakan keterampilan tempur mereka terhadap negara mereka sendiri setelah kembali ke tanah air masing-masing. (T/P002/P2)
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas