Jalur Gaza, MINA – Sekitar 8.515 pasien kanker di Jalur Gaza, menghadapi nasib yang lebih buruk daripada kematian karena mereka tidak memiliki sumber daya yang memadai untuk mendapatkan perawatan medis, lapor Pusat Hak Asasi Manusia Al Mezan.
Pada Hari Kanker Dunia, pusat itu menerbitkan sebuah laporan tentang kondisi pasien kanker di Jalur Gaza, yang dibokade Israel, demikian Al-Ray yang dikutip MINA, Rabu (6/2).
Laporan itu menjelaskan, sebanyak 607 kasus kanker tercatat di antara anak-anak, yang merupakan 7% dari jumlah total penderita.
Sementara jumlah wanita penderita kanker mencapai 4.705, yang merupakan 55,3% dari jumlah total.
Baca Juga: Sejumlah Jenazah di Makam Sementara Dekat RS Indonesia Hilang
Pusat tersebut memperingatkan tentang penderitaan psikologis dan fisik pasien di Gaza sebagai akibat dari kemungkinan kelemahan serta kekurangan permanen peralatan dan peralatan diagnostik, obat-obatan juga peralatan medis dan terapi yang beroperasi.
Pusat itu menekankan bahwa tantangan besar yang dihadapi pasien kanker adalah kekurangan parah dalam pengobatan dasar.
Tingkat rata-rata defisit pada obat yang diperlukan untuk mengobati kanker dan penyakit darah adalah 58% selama 2018.
Blokade Israel di Jalur Gaza dan pembatasan pergerakan pasien merupakan pelanggaran yang mengancam kehidupan pasien karena hal itu membuat mereka tidak dapat mengakses perawatan yang diperlukam.
Baca Juga: Roket Hezbollah Hujani Tel Aviv, Warga Penjajah Panik Berlarian
Sebanyak 38% dari pasien kanker di Jalur Gaza tidak dapat meninggalkan Gaza untuk menerima perawatan medis di luar negeri sementara 5% dari pasien ditahan.
PCHR mendokumentasikan kematian 45 pasien kanker antara 2016 dan 2018 karena blokade Israel, terutama di perlitnasan perbatasan Beit Hanoun (Erez), di Jalur Gaza utara.(T/R01/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Sebanyak 1.000 Dokter dan Perawat Gugur akibat Agresi Israel di Gaza