New York, MINA – Dalam sebuah peringatan untuk menolak operasi militer di Rafah, selatan kota Gaza, Sekretari Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres menyerukan kepada semua pihak yang memiliki pengaruh terhadap Israel untuk mencegah lebih banyak jatuhnya korban jiwa dan pengungsi.
“Serangan militer ke Rafah akan menjadi eskalasi yang tidak tertahankan, membunuh ribuan lebih warga sipil dan memaksa ratusan ribu orang mengungsi,” kata Guterres dalam konferensi pers di New York, Amerika Serikat, Selasa (30/4).
Menyoroti gawatnya situasi, Sekjen PBB menekankan, serangan militer tidak hanya akan mengakibatkan dampak menghancurkan bagi warga yang di Gaza tetapi juga dampak yang signifikan di kawasan tersebut.
Guterres menekan, memburuknya situasi di Gaza setelah serangan 7 Oktober 2023 dan mengatakan seruan yang konsisten untuk gencatan senjata kemanusiaan segera dan pembebasan semua sandera tanpa syarat serta peningkatan bantuan kemanusiaan dalam jumlah besar masih belum didengar.
Baca Juga: Inggris Hormati Putusan ICC, Belanda Siap Tangkap Netanyahu
“Demi masyarakat Gaza, demi para sandera dan keluarga mereka di Israel, dan demi kawasan dan dunia yang lebih luas, saya sangat mendorong pemerintah Israel dan pimpinan Hamas untuk mencapai kesepakatan,” katanya.
Guterres jug menyatakan keprihatinannya atas laporan meresahkan yang muncul dari Gaza, yakni ditemukannya kuburan massal di rumah sakit.
“Saya sangat khawatir dengan laporan bahwa kuburan massal telah ditemukan di beberapa lokasi di Gaza, termasuk Kompleks Medis Al Shifa dan Kompleks Medis Nasser,” kata Guterres.
Ia menekankan pentingnya penyelidikan internasional yang independen terhadap kuburan massal tersebut.
Baca Juga: Guido Crosseto: Kami akan Tangkap Netanyahu Jika Berkunjung ke Italia
“Sangat penting bagi penyelidik internasional independen, dengan keahlian forensik, untuk segera diberi akses ke lokasi kuburan massal tersebut, untuk mengetahui keadaan sebenarnya di mana ratusan kuburan massal tersebut berada. Warga Palestina kehilangan nyawa mereka dan dikuburkan, atau dikuburkan kembali,” tegasnya.
Sebelumnya, Perdana Menteri Pendudukan Israel Benjamin Netanyahu bersumbpah akan menyerang Rafah di Jalur Gaza selatan ‘dengan atau tanpa kesepakatan’.
Netanyahu meng-klaim evakuasi warga sipil dari Rafah telah dimulai.
Rafah saat ini, sebagai rumah bagi lebih dari 1,4 juta pengungsi Palestina dan wilayah terakhir yang tersisa di Jalur Gaza yang Israel belum secara resmi mengumumkan masuknya pasukannya untuk melanjutkan serangan gencar terhadap warga Palestina.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Mi’raj News Agency (MINA)