Tripoli, 18 Dzulhijjah 1435/12 Oktober 2014 (MINA) – Sekjen PBB Ban Ki-moon dalam kunjungan mendadaknya ke Libya pada Sabtu (11/10), mendesak faksi-faksi yang bertikai di negara Afrika bagian Utara itu, untuk menghentikan pertikaiannya.
Pihak berwenang telah berjuang memaksakan kehendaknya untuk berdamai kepada seluruh faksi yang bertikai sejak penggulingan dan pembunuhan Pemimpin Libya, Moamer Kadhafi, pada 2011, namun masih belum berhasil. Faksi-faksi tersebut mempunyai pasukan dan persenjataan yang kuat.
“Jika konfrontasi kekerasan tidak segera dihentikan, perdamaian tidak dapat dikembalikan, kemakmuran dan kehidupan yang lebih baik akan menjadi mimpi yang jauh,” kata Ban kepada parlemen, NDTV yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Ahad.
Diplomat senior Korea Selatan itu mengatakan, kedatangannya adalah untuk menindaklanjuti keberhasilan Kepala Misi PBB untuk Libya, Bernardino Leon, yang telah berhasil mempertemukan semua faksi bertikai di kota oase terpencil, Ghadames, pada 29 September yang lalu.
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20
Ban terbang ke ibukota Tripoli hanya beberapa minggu setelah pemerintah mengaku keluar dari ibukota itu untuk mencari perlindungan aman di Tobruk di timur, saat kendali ibukota dikuasai oleh milisi bersenjata.
Panggung politik Libya terbagi antara pendukung Kongres Nasional Umum (GNC) di Tripoli dan saingannya DPR yang pindah ke kota pelabuhan Tobruk.
DPR pindah ke Tobruk setelah pejuang ‘Libya Dawn’ mengambil alih ibukota dan menghidupkan kembali GNC.
Sekjen PBB berbicara menjelang pertemuan dengan partai-partai politik untuk menopang dialog yang bertujuan mengakhiri perpecahan lebih jauh di negara kaya minyak itu.
Baca Juga: Rwanda Kirim 19 Ton Bantuan Kemanusiaan ke Gaza
Dialog akan melibatkan Wakil Presiden untuk DPR dan anggota dua parlemen yang saling berseberangan.
Ban mendesak pembentukan kabinet persatuan nasional dan menekankan pentingnya pemerintahan yang kuat dan mampu melaksanakan keputusan di negara di mana milisi memiliki kontrol wilayah yang sangat luas.
“Tidak ada alternatif untuk dialog,” kata Ban sebelumnya menjelang pertemuan anggota parlemen yang juga dihadiri oleh Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Menteri Luar Negeri Italia Federica Mogherini, serta utusan dari Inggris, Perancis dan Malta.
Kemudian Kepala Misi PBB di Libya, Bernardino Leon, berhasil membujuk faksi yang bertikai untuk melakukan pembicaraan di kota oasis terpencil, Ghadames, pada 29 September lalu.
Baca Juga: Korban Tewas Ledakan Truk Tangki di Nigeria Tambah Jadi 181 Jiwa
Ban menyebut dialog itu sebagai “langkah berani pertama”, dan dia menambahkan, kedatangannya untuk mendukung proses yang dimulai di Ghadames tersebut.
Parlemen Libya yang dipilih pada bulan Juni, diakui oleh masyarakat internasional, tetapi ditentang oleh milisi yang mengendalikan sebagian besar Tripoli dan oleh kelompok Islam yang menguasai banyak kota timur Benghazi. (T/P001/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Presiden Afsel Minta Dunia Tekan Israel Hentikan Serangan di Gaza