Washington, MINA – Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan konsekuensi dari kemungkinan serangan penjajah Israel di kota Rafah, Jalur Gaza selatan, Palestina.
“Saya sangat khawatir dengan laporan bahwa militer Israel bermaksud untuk fokus operasi selanjutnya di Rafah, dimana tempat ratusan ribu warga Palestina terhimpit dalam upaya putus asa untuk mencari keselamatan,” kata Guterres kepada Majelis Umum PBB tentang prioritas tahun 2024, Rabu (7/2), Anadolu Agency melaporkan.
Pernyataannya muncul setelah Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan pada Senin kemarin bahwa target tentara berikutnya di Jalur Gaza adalah Rafah, mengklaim bahwa itu adalah benteng terakhir gerakan perlawanan Palestina Hamas yang tersisa.
“Tindakan seperti ini secara eksponensial akan meningkatkan apa yang sudah menjadi mimpi buruk kemanusiaan dengan konsekuensi regional yang tak terkira.
Baca Juga: Kurang Ajar! Tentara Zionis Israel Kencingi Al-Quran
“Sudah waktunya untuk gencatan senjata kemanusiaan segera dan pembebasan semua sandera tanpa syarat,” kata Guterres.
“Situasi di Gaza adalah luka yang membusuk pada hati nurani kita yang mengancam seluruh wilayah,” tambahnya.
“Tidak ada yang bisa membenarkan serangan teror mengerikan yang dilancarkan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober. Juga tidak ada pembenaran atas hukuman kolektif Israel terhadap rakyat Palestina.
“Namun, operasi militer Israel telah mengakibatkan kehancuran dan kematian di Gaza dengan skala dan kecepatan yang tiada bandingannya sejak saya menjadi Sekretaris Jenderal,” kata Guterres.
Baca Juga: Brigade Al-Qassam dan Al-Aqsa Hancurkan Tank dan Markas Israel
Israel telah melancarkan serangan mematikan di Gaza menyusul serangan Hamas pada 7 Oktober. Sedikitnya 27.700 warga Palestina terbunuh oleh serangan brutal pengeboman dan agresi Israel, serta melukai 66.978 warga lainnya.
Serangan Israel telah menyebabkan 85% penduduk Gaza menjadi pengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan, sementara 60% infrastruktur di wilayah kantong tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB.(T/R5/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Tolak Wajib Militer, Yahudi Ultra-Ortodoks Bentrok dengan Polisi Israel