New York, 23 Dzulhijjah 1436/7 Oktober 2015 (MINA) – Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon mengekspresikan kekhawatiran, Selasa (6/10) waktu setempat, terkait kekerasan dan permusuhan di wilayah Tepi Barat dan Al-Quds yang diduduki Israel yang dinilai bisa di luar kendali.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh juru bicaranya, Ban mengutuk pembunuhan empat warga Palestina baru-baru ini. Ia mendesak pemerintah Israel untuk melakukan investigasi yang cepat dan transparan atas insiden itu, termasuk apakah penggunaan kekuatan oleh tentara Israel telah proporsional.
“Dia (Ban Ki-moon) tidak percaya bahwa pembongkaran rumah warga Palestina atau pembangunan permukiman baru Israel di tanah Palestina yang diduduki akan menghasilkan apapun selain mengobarkan ketegangan lebih lanjut,” ujar pernyaataan tersebut, seperti dilansir Anadolu, Selasa (6/10).
Ketegangan telah meningkat sejak Kamis (1/10) lalu, ketika pasangan suami-isteri pemukim Israel ditembak mati di Tepi Barat. Sejak itu, dua warga Israel telah tewas di Al-Quds dan empat warga Palestina tewas di tangan pasukan Israel.
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
Pada Ahad (11/10), Abd al-Rahman Obaid Allah, seorang anak Palestina berusia 13 tahun, tewas ditembak tentara Israel di Betlehem, kota di Tepi Barat. Seorang pemuda Palestina kedua, 18 tahun, juga dilaporkan dibunuh oleh pasukan Israel pada hari yang sama.
Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan, Senin (5/10), sedikitnya 500 warga Palestina telah terluka dalam bentrokan sejak Sabtu (3/10).
Komentar Ban datang saat Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu, dalam sebuah langkah keras, memerintahkan penghancuran rumah dua warga Palestina yang terlibat dalam serangan terhadap warga Israel lebih dari setahun yang lalu.
Hindari Kekerasan
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon
Di tempat terpisah, Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan pihaknya ingin menghindari eskalasi kekerasan dengan Israel. Itu merupakan komentar langsung Abbas sejak kerusuhan telah menyebar dalam beberapa hari terakhir dan memicu kekhawatiran pemberontakan (intifada) baru.
“Kami tidak ingin eskalasi militer dan keamanan dengan Israel,” kata Abbas pada pertemuan dengan para pejabat Palestina, seperti dilaporkan kantor berita resmi Wafa.
“Kami mengatakan kepada pasukan keamanan kami, gerakan politik kita, bahwa kita tidak ingin eskalasi, tetapi bahwa kita ingin melindungi diri kami sendiri,” ujar Abbas.
Komentar Abbas itu bertolak belakang dengan pernyatan PM Netanyahu yang lebih mengedepankan unjuk kekuatan, termasuk seruan untuk menghancurkan rumah-rumah milik dua warga Palestina yang melakukan serangan tahun lalu tersebut.
Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka
Rumah Ghassan Abu Jamal dan Muhammad Jaabis, sama-sama di Al-Quds Timur, telah dihancurkan oleh otoritas Israel pada Selasa (6/10) pagi.
Sementara itu, bentrokan lebih juga meletus pada Selasa (6/10), termasuk di Kota Betlehem menyusul pemakaman seorang bocah Palestina berusia 13 tahun yang dibunuh oleh tentara Israel selama kerusuhan di luar kota itu. (T/P022/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Hamas Sambut Baik Surat Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant