New York, MINA – Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyambut baik gencatan senjata dalam Operation Peace Spring Turki di Suriah Utara sesuai dengan kesepakatan yang dicapai Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Wakil Presiden AS Mike Pence, Kamis (17/10) di Ankara.
“Sekretaris Jenderal menyambut baik segala upaya untuk mengurangi situasi dan melindungi warga sipil, sesuai dengan Piagam PBB dan hukum humaniter internasional,” kata PBB dalam sebuah pernyataan pada Kamis (17/10), Anadolu Agency melaporkan.
“Sekretaris Jenderal mengakui bahwa masih ada jalan panjang untuk mencari solusi yang efektif untuk krisis di Suriah,” ujar mereka.
Setelah pertemuan antara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Wakil Presiden AS Mike Pence dan delegasi mereka di Ankara, kedua belah pihak mencapai kesepakatan 13 pasal tentang timur laut Suriah.
Baca Juga: Pusat Budaya dan Komunitas Indonesia Diresmikan di Turki
Turki dan AS “menegaskan kembali hubungan tersebut sebagai sesama anggota NATO”, dan “pihak AS memahami kekhawatiran keamanan Turki di perbatasan selatannya,” katanya.
Kedua belah pihak menyetujui kondisi, terutama di Suriah timur laut, memerlukan koordinasi yang lebih erat atas dasar kepentingan bersama.
Dengan pemahaman “satu untuk semua dan semua untuk satu,” mereka juga tetap berkomitmen untuk melindungi wilayah NATO dan populasi NATO dari semua ancaman.
Turki dan AS juga menegaskan kembali “janji mereka untuk menegakkan kehidupan manusia, hak asasi manusia, dan perlindungan komunitas agama dan etnis.”
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina
Turki meluncurkan Operation Peace Spring di Suriah utara pada 9 Oktober untuk mengamankan perbatasan Turki, membantu pengembalian pengungsi Suriah dengan aman, dan memastikan integritas teritorial Suriah.
Ankara ingin membersihkan wilayah timur Sungai Efrat dari PKK teroris dan cabang Suriahnya, YPG.
Dalam lebih dari 30 tahun kampanye terornya melawan Turki, PKK yang terdaftar sebagai organisasi teroris oleh Turki, AS, dan Uni Eropa – bertanggung jawab atas kematian 40.000 orang, termasuk wanita, anak-anak dan bayi. (T/Ast/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan