New York, MINA – Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres pada Senin (27/10) menyatakan keprihatinan yang mendalam tentang memburuknya konflik di Sudan, kata seorang juru bicara PBB.
Dilansir dari Arab News, juru bicara itu juga mengatakan, Guterres menyerukan pengiriman bantuan kemanusiaan yang aman ke Sudan.
“Sekretaris Jenderal mengecam keras laporan pelanggaran hukum kemanusiaan internasional serta pelanggaran hak asasi manusia di El Fasher, termasuk serangan tanpa pandang bulu dan penargetan warga sipil dan infrastruktur sipil, serta kekerasan berbasis gender, serangan bermotif etnis, dan perlakuan buruk,” kata juru bicara tersebut dalam sebuah pernyataan.
Sebelumnya pada hari itu, Guterres mengatakan kepada para wartawan bahwa campur tangan pihak luar di Sudan merusak prospek perdamaian.
Baca Juga: AS Terancam Tak Mampu Bayar Gaji Militer Akibat Penutupan Pemerintahan
Sejak meletusnya bentrokan antara Sudanese Armed Forces (SAF) dan Rapid Support Forces (RSF) pada 15 April 2023, negara yang terletak di tepian Afrika Utara ini memasuki krisis kemanusiaan yang sangat parah.
Konflik yang semula terbatas di ibu kota Khartoum kini meluas hingga ke wilayah Darfur, Kordofan, dan sejumlah daerah lainnya, sehingga lebih dari 11 juta orang terpaksa mengungsi secara internal dan jutaan lainnya mencari perlindungan ke negara tetangga.
Infrastruktur vital pendidikan, kesehatan dan pangan mengalami kehancuran serius, bahkan negara kini menghadapi salah satu kondisi pangan terburuk di dunia.
Dampak dari konflik yang berlarut-larut ini tidak hanya terlihat dari angka pengungsian, melainkan juga dari hancurnya ekonomi nasional dan melonjaknya inflasi. Produk Domestik Bruto (PDB) Sudan tahun 2023 diperkirakan menyusut hingga hampir 30 persen akibat rusaknya pusat-ekonomi di Khartoum serta terganggunya perdagangan dan produksi.
Baca Juga: Penutupan Pemerintahan AS Picu Penundaan 8.000 Penerbangan di Seluruh Negeri
Hampir dua-pertiga penduduk—atau lebih dari 30 juta orang—menghadapi kebutuhan bantuan kemanusiaan yang mendesak, sementara kelaparan dan wabah penyakit seperti kolera mulai merebak di kamp-kondisi pengungsian. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Ratusan Penulis dan Cendekiawan Boikot The New York Times Akibat Bias Anti-Palestina
















Mina Indonesia
Mina Arabic