Sekjen PLO Memperingatkan Rencana Pemukim Serbu Masjid Al-Aqsa

(Foto: WAFA)

Ramallah, MINA – Sekretaris Jenderal Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan (PLO), Hussein Al-Sheikh, memperingatkan, Sabtu (17/12), seruan oleh organisasi ekstrimis Yahudi Israel untuk menyerbu ke kompleks Masjid Al-Aqsa secara massal selama Hari Raya Hanukkah bertujuan untuk membagi tempat suci antara umat Muslim dan Yahudi.

Al-Sheikh menganggap otoritas pendudukan Israel bertanggung jawab penuh atas konsekuensi dari perkembangan tersebut.

“Dunia Arab dan Islam, serta komunitas internasional, harus memikul tanggung jawab mereka terhadap kota suci itu,” tegasnya dilaporkan Kantor Berita WAFA.

Jamaah Muslim Palestina hari ini menyerukan umat Islam di mana pun untuk hadir di situs suci mereka dalam jumlah besar dan berjaga di sana untuk menggagalkan upaya kelompok ekstrimis Yahudi untuk mengubah status quo di situs suci sebagai tempat ibadah khusus Muslim.

Komite Islam-Kristen untuk Mendukung Yerusalem dan Tempat Sucinya telah meminta Muslim Palestina di mana pun, terutama di kota Yerusalem yang diduduki dan di wilayah tahun 1948, untuk pergi ke Masjid Al-Aqsa Ahad ini, dan berjaga di sana untuk menggagalkan rencana Yahudi menyerbu Masjid secara massal.

Sebagaimana pernyataan resmi atas seruan yang dikeluarkan oleh kelompok-kelompok ekstrimis Yahudi, yang dipimpin oleh anggota parlemen fasis dan calon menteri kabinet, Itamar Ben Gvir, untuk penyerbuan massal Masjid Al-Aqsa jelang dimulainya liburan Hanukah Yahudi selama spekan, dimulai pada Ahad ini dan berlanjut hingga awal pekan depan.

Dikatakan bahwa kelompok-kelompok ini mulai pekan lalu  mempersiapkan serangan ini dan mempromosikannya melalui kampanye iklan skala besar, di mana mereka secara eksplisit menyerukan masuk dan menyalakan menorah di dalam Masjid Al-Aqsa yang melanggar status quo.

Komite menekankan, kelompok ekstremis Yahudi mencoba mengeksploitasi iklim politik di Israel dan kecenderungan fasis dari otoritas Israel berikutnya untuk mengabdikan program mereka mengubah status quo di Al-Aqsa yang telah berlangsung selama puluhan tahun.

Selain itu memaksakan aturan baru yang memungkinkan mereka untuk secara resmi melakukan ritual terbuka Yahudi secara provokatif dan memajukan rencana untuk membagi Masjid Al-Aqsa antara umat Muslim dan Yahudi.

Seruan tersebut juga membuat otoritas Israel bertanggung jawab atas akibat serius yang akan timbul dari serangan ini dan memungkinkan kelompok ekstremis untuk memaksakan program dan rencana mereka yang melanggar kesucian Masjid dan identitas Islamnya.

Kelompok ekstremis Yahudi menyerbu Masjid Al-Aqsa hampir setiap hari selama jam kunjungan tertentu, tetapi meningkat selama hari raya Yahudi. Mereka juga berusaha mengadakan ibadah secara terbuka di sana meskipun ada larangan ibadah apa pun di dalam kompleks Masjid Al-Aqsa yang bertembok, juga dikenal di Al-Haram al-Sharif, atau tempat suci.(T/R1/P1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.