Bandung, 21 Jumadil Akhir 1436/10 April 2015 (MINA) – Sekolah Pengolahan Sampah pertama di Indonesia hadir di Kabupaten Bandung yang dikelola oleh aktivis Kampung Swakelola Sampah di Kampung Jatibaru, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
“Mungkin ini sekolah pengolahan sampah pertama di Jawa Barat, juga di Indonesia. Sekolah ini terbuka untuk umum, masyarakat yang ingin belajar mengelola sampah,” kata Penggerak Kampung Swakelola Sampah Jatibaru, Wawan di Bandung, sebagaimana ANTARA News yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA) melaporkan, Jumat (10/4).
Lokasi sekolah itu di sebuah lahan lapang di bawah permukiman Kompleks Jatibaru, Sekolah itu berupa ruangan berukuran lima kali delapan meter yang dilengkapi dengan kursi, layar monitor, alat beraga serta berdampingan dengan tempat pengelolaan sampah organik.
Bangunan sekolah itu merupakan kerja sama dengan CSR PT Indocement (Tbk) dan menjadi desa binaan dari produsen semen itu.
Baca Juga: Prediksi Cuaca Jakarta Hujan Ringan Kamis Ini
“Kami banyak menerima kunjungan baik dari luar provinsi maupun dari beberapa negara seperti Jepang, Korea dan beberapa negara ASEAN,” kata Wawan.
Terakhir sebanyak 20 delegasi dari negara-negara ASEAN datang dan melakukan audiensi pengelolaan Kampung Swakelola Sampah termasuk sekolah pengolahan sampah.
Menurut Wawan, sekolah pengolahan sampah itu didirikan untuk mengedukasi warga sekitar, termasuk juga mereka yang berminat untuk mengelola sampah.
Sementara itu Ny Nining, salah seorang petugas instalasi pengolahan sampah di Jatibaru, menyebutkan pada pelatihan itu diajarkan cara memanajemen sampah organik dan non organik, daur ulang, sistem kompos, pengolahan biodegester, kerajinan dari bahan sampah, dan lain-lain.
Baca Juga: Banjir dan Longsor Hantam Sukabumi
“Kami melibatkan warga lanjut usia untuk program ini, karena biasanya lanjut usia yang masih sehat cocok untuk menyampaikan edukasi kepada anak-anak atau cucu mereka. Mereka juga aktif membuat kerajinan dan produk kuliner,” kata Nining.
Ia menyebutkan, kampung itu sudah berhasil melakukan swakelola sampah. Setiap dua rumah wajib memiliki satu tong sampah dan pengolahan sampah biodegester yang air lindinya menjadi pupuk.
Selain itu juga terdapat kelompok masyarakat pengrajin kerajinan tangan berbahan baku sampah plastik, stereofoam, kertas dan lainnya. (T/P001/R05)
Baca Juga: Bandara Frans Seda Maumere NTT Kembali Beroperasi
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)