Bumi kian hari kian berumur. Dengan adanya perkembangan industri besar-besaran, kondisi bumi terus memburuk ke arah yang lebih ekstrem. Saat ini, suhu udara di bumi yang kita pijak sedang merangkak dengan kenaikkan suhu rata-rata akan mencapai 2,7 derajat Celsius pada 2100.
Para ahli dan pemerhati lingkungan merasa khawatir kenaikkan suhu ini akan berbuntut pada bencana dengan intensitas dan kekuatan yang lebih besar pada masa mendatang. Pada beberapa tahun belakangan, hujan dan badai di sejumlah belahan dunia banyak memecahkan rekor baru.
Pada awal November 2013, Asia Tenggara diterjang angin Topan Haiyan. Haiyan merupakan topan paling kuat yang pernah tercatat dalam sejarah klimatologi pada abad modern. Sedikitnya, 6.300 orang tewas di Filipina dan hampir 10.000 orang tewas di Asia Tenggara.
Pelacak Aksi Iklim (Climate Action Tracker/CAT) menyatakan kenaikkan suhu pada September tahun ini mencapai 3,1 derajat Celcius. Kenaikkan itu menabrak batas standar peringatan yang pernah dikampanyekan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) sebesar 2 derajat Celcius.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Sebanyak 140 negara di dunia yang menyumbangkan emisi gas hampir sebanyak 80% telah mengirimkan laporan rancangan rencana mereka, termasuk negara-negara penyumbang gas emisi terbesar di dunia seperti China, Amerika Serikat (AS), dan 28 anggota Uni Eropa (UE).
“Batas pemanasan global yang diterapkan komunitas dunia memang sekitar 2 derajat Celsius,” terang CAT seperti dilaporkan Pakistan Today, dilansir Mi’raj Islamic News Agency (MINA). “Artinya, masih ada negara yang peudli lingkungan dengan meminimalisir emisi gas,” tambahnya. (T/P020/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat