SELAT HORMUZ menjadi topik yang sedang tren setelah Amerika Serikat menyerang Iran pada Ahad Sabtu malam, 21 Juni 2025, kian menegaskan keterlibatannya bersama Israel memerangi Iran.
Pascaserangan yang menargetkan tiga situs nuklir Iran, yaitu Fordow, Natanz, dan Isfahan, Pemerintah Teheran segera mempertimbangkan untuk menutup Selat Hormuz yang menjadi wilayah airnya. Ancaman itu segera membuat dunia global khawatir karena eskalasi Israel dan AS yang melawan Iran akan memengaruhi kondisi dunia internasional.
Selat Hormuz, yang terletak di antara Iran dan Oman, merupakan salah satu jalur pelayaran laut paling vital dan strategis di planet ini. Dengan lebar hanya sekitar 33 km pada titik tersempitnya, selat ini menjadi koridor utama yang menghubungkan Teluk Persia dengan Teluk Oman dan Samudra Hindia. Meski ukurannya tergolong sempit, perannya dalam perdagangan global, terutama energi, sangat besar dan tidak tergantikan.
Lebih dari 20% pasokan minyak dunia, yaitu sekitar 18–20 juta barel per hari, melewati Selat Hormuz.
Baca Juga: [POPULER MINA] Perang Iran-Israel Memanas dan Masjid Al-Aqsa di Tutup
Negara-negara seperti Arab Saudi, Irak, Kuwait, Uni Emirat Arab, dan Iran sendiri mengandalkan Selat Hormuz untuk mengekspor minyak mentah mereka ke pasar dunia. Karena itulah, setiap ketegangan yang terjadi di kawasan ini langsung berdampak pada harga minyak global dan kestabilan pasar energi.
Iran, sebagai salah satu negara pesisir Selat Hormuz, memainkan peranan penting dalam dinamika geopolitik di Kawasan. Dalam beberapa dekade terakhir, selat ini kerap menjadi pusat perhatian dunia seiring meningkatnya ketegangan antara Iran dan negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat.
Iran sebelumnya pernah mengancam akan menutup Selat Hormuz sebagai respons terhadap sanksi atau serangan, yang tentu saja akan mengguncang pasar global. Kali ini, ancaman itu akan terlaksana sebagai respons serangan AS yang mengejutkan dunia, bahkan ditolak oleh Kongres AS sendiri.

Peta Selat Hormuz dan negara sekitarnya. (Gambar: X)
Dari sisi militer, selat ini menjadi titik rawan konflik. Armada militer negara-negara besar seperti AS, Inggris, dan Prancis secara rutin berpatroli di kawasan tersebut untuk menjamin kelancaran navigasi laut dan sebagai bentuk “pencegahan strategis” terhadap potensi gangguan. Di sisi lain, Garda Revolusi Republik Islam (IRGC) Iran juga memperkuat kehadirannya di wilayah perairan mereka, menciptakan lanskap pengawasan yang sangat intens.
Baca Juga: Semarak Bazar Tabligh Akbar: Ragam Stand, Ragam Keberkahan
Ketika dunia melangkah ke arah transisi energi dan diversifikasi sumber daya, peran Selat Hormuz mungkin berubah, tapi tidak akan hilang. Ia akan tetap menjadi denyut nadi penting dalam peta energi dan keamanan global.
Dampak buruk penutupan Selat Hormuz
Penutupan Selat Hormuz akan menimbulkan dampak buruk yang sangat luas, baik secara ekonomi, geopolitik, maupun sosial. Berikut beberapa konsekuensi utamanya:
- Lonjakan Harga Minyak dan Gas Dunia
Sekitar 20% pasokan minyak global dan sepertiga perdagangan gas alam cair (LNG) melewati Selat Hormuz setiap hari. Jika jalur ini ditutup, harga minyak mentah bisa melonjak tajam karena pasokan terganggu dan jalur alternatif sangat terbatas. - Guncangan Ekonomi Global
Negara-negara pengimpor energi seperti China, Jepang, Korea Selatan, dan negara-negara Eropa akan terdampak langsung. Biaya energi yang meningkat bisa memicu inflasi, memperlambat pertumbuhan ekonomi, dan memperburuk neraca perdagangan. - Dampak ke Indonesia
Indonesia sebagai negara pengimpor BBM juga akan terkena imbas. Lonjakan harga minyak bisa menyebabkan kenaikan harga BBM dalam negeri, menekan daya beli masyarakat, dan memperlambat pertumbuhan konsumsi rumah tangga. - Ketegangan Geopolitik dan Risiko Konflik Militer
Penutupan selat ini bisa memicu respons militer dari negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan sekutunya. Ketegangan di kawasan Timur Tengah bisa meningkat drastis, memperbesar risiko konflik terbuka. - Gangguan Rantai Pasok Global
Selain energi, banyak komoditas dan barang lainnya juga melewati jalur ini. Penutupan selat akan mengganggu logistik global dan memperparah krisis pasokan yang sudah rapuh sejak pandemi.
Selat Hormuz bukan sekadar jalur laut, ia adalah titik vital yang menjaga keseimbangan energi dan stabilitas global. []
Baca Juga: Dari Pusdai untuk Al-Aqsa: Seruan Ukhuwah Umat Islam Menggema di Jawa Barat
Mi’raj News Agency (MINA)