PEMUDA biasa, dari keluarga miskin namun menjadi selebriti di langit. Apa kelebihan ia hingga bisa terkenal di langit?
Syaikhul Jihad Abdullah Azzam berkata: “Belum dikatakan sempurna keislaman seseorang, jika dia belum berbuat baik dan berbakti kepada kedua orang tuanya.”
Di Yaman tepatnya di sebuah desa yang bernama Qaran, hiduplah seorang pemuda dari suku murad yang bernama Uwais Al Qarni. Uwais adalah seorang pemuda fakir yang mempunyai penyakit sopak/kusta yang menyebabkan tubuhnya belang-belang.
Uwais adalah seorang pemuda soleh, setiap harinya ia berkerja menjaga ternak masyarakat di sekitarnya pada siang hari, sedangkan malam harinya, beliau menghabiskan waktu untuk bersama Allah. Walaupun kehidupannya jauh dari kecukupan, namun separuh dari penghasilannya disedekahkan kepada tetangganya yang senasib dengannya.
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Di sebuah gubuk kecil, ia hanya tinggal bersama ibunya yang sangat ia sayangi dan ia cintai. Ibunya adalah seorang wanita tua yang lumpuh dan buta. Tak pernah lelah Uwais merawatnya dan menuruti semua permintaan dari sang ibu, hanya satu permintaan yang belum ia turuti yaitu pada suatu hari sang ibu berkata kepada Uwais.
“Wahai anakku, mungkin Ibu tak lama lagi bersama dengan mu, ibu mohon ikhtiarkan agar ibu dapat mengerjakan haji.”
Permintaan itu membuat Uwais termenung, itu adalah permintaan yang sangat berat bagi Uwais. Perjalanan dari Yaman ke Mekah juga sangat jauh, biasanya orang-orang mengunakan unta dan membawa bnyak perbekalan. Lantas apalah dayanya yang hanya seorang fakir.
Lalu Uwais berpikir dan terberpikir, hingga ia mendapatkan jalan keluarnya. Akhirnya ia membeli seekor anak sapi. Kira-kira untuk apa anak sapi tersebut? Aneh bukan? sehingga orang-orang di sekitarnya juga sering mengejak “Uwais gila,Uwais gila.”
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Ibunya menginginkan berangkat haji, namun Uwais malah membeli seekor anak sapi, tidak mungkin naik haji ke Mekkah menggunakan anak sapi. Kemudian Uwais membuatkan kandang di puncak bukit.
Setiap hari di waktu pagi Uwais terus bolak-balik menggendong anak sapi tersebut naik turun bukit, lama kelamaan anak sapi tersebut semakin tumbuh dewasa.
8 bulan berlalu, sampailah pada musim haji, sapi telah mencapai kurang lebih 100 kg, maka terjawablah semua kebingungan tentang perbuatan aneh tadi. Ternyata itu sebagai latihan untuk menggendong Ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Mekkah!
Subhanallah… begitu besar perjuangan Uwais demi Ibunya. Uwais juga menggendong ibunya ketika melakukan rukun haji. Ibunya sangat terharu dan bercucuran air mata.
Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin
Di hadapan Ka’bah, Uwais berdoa kepada Allah,
”Ya Allah, ampuni semua dosa Ibuku.”
“Bagaimana dengan dosa mu?” tanya sang ibunya
Maka Uwais menjawab, “Dengan terampunnya dosa ibu, maka ibu akan masuk surga. Cukuplah ridha dari ibu yang akan membawaku ke surga.”
Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa
Sungguh tulus cinta Uwais kepada ibunya, maka Allah menyembuhkan penyakitnya, namun Uwais meminta agar ditinggalkan satu bulatan di tengkuknya agar ia bisa selalu bersyukur seperti Lukmanul Haqim.
Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan meminta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah membenci padamu banyak bicara, dan banyak bertanya, demikian pula memboroskan harta(menghamburkan kekayaan).” (HR. Bukhari dan Muslim).
Uwais juga termasuk pemuda yang hidup di zaman Rasulullah, seorang umat yang kerinduannya sangat mendalam kepada Baginda Rasul, ia sangat ingin dapat bersalaman dengan Rasul, memeluk Rasul, memandang wajah Rasul dan juga mendengar suara Rasulullah, bak seseorang yang rindu dengan kekasih lamanya.
Namun selalu ia berpikir bagaimana dengan kondisi ibunya yang tidak tega ditinggalkan sendirian. Hatinya semakin gelisah, siang malam pikirannya tak karuan. Karena kerinduannya yang tidak bisa dibendungkan lagi, akhirnya ia meluapkan isi hatinya pada sang ibu.
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
Sang ibu sangat terharu mendengar curhatan Uwais, seraya ia berkata, “Pergilah wahai Uwais, anakku! temui Rasullullah di rumahnya. Dan setelah berjumpa dengan Rasul, segeralah engkau kembali pulang!”
Betapa sangat gembiranya hati Uwais ketika mendengar ucapan ibunya. Ia langsung mempersiapkan keperlukan untuk ibunya. Sesudah berpamitan sembari mencium ibunya, berangkatlah Uwais ke Madiah menggunakan seekor keledai.
Karena perjalanan dari Yaman ke Madinah sangat jauh, lebih dari 500 km, hingga keledainya mati di perjalanan, tapi beliau hajatnya terlalu tinggi hingga tak mengenal kata-kata lelah, Uwais terus melanjutkan perjalanannya dengan berjalan kaki hingga ia pingsan dan di temukan oleh seorang penduduk Madinah.
Seketika Uwais sadar ternyata dia udah sampai di Kota Madinah, hatinnya sangat bergembira dan langsung mencari masjid Nabi (masjid Nabawi). Sesampainya di Masjid Nabawi Uwais duduk menunggu Rasul, namun keberuntungan belum berpihak kepadanya, karena saat itu Rasul sedang berperang di luar Kota Madinah.
Baca Juga: Menjaga Akidah di Era Digital
Uwais menunggu berhari- hari namun Rasul juga tak kunjung tiba, karena mengingat ibunya yang telah lama ditinggal dan akhirnya Uwais pulang dengan hati yang sangat sedih ke Yaman.
Sepulangnya Uwais ke Yaman, tidak lama kemudian Rasul sampai di Kota Madinah, datanglah Jibril memberitahu akan kedatangan Uwais ke Madinah. Lalu Nabi menceritakan panjang lebar tentang Uwais kepada para sahabat, hingga ada sahabat yang cemburu dengan Uwais.
Ini suatu hal yang unik bukan? seorang sahabat cemburu kepada tabi’in. Karena apa? Karena hadis Nabi yang memuji Uwais terus-terusan. Padahal para-para Tabi’in yang hebat kan banyak tu seperti Hasan al Basri, Ibnu Musyaiyab, dan lain-lain yang terkenal dengan ilmunya, tapi kenapa hanya Uwais yang dipuji, seorang yang fakir,yang tidak seorangpun mengenalnya dengan ketaata dan ilmunya? karena hanya Allah yang tau amalnya, sehingga ia terkenal di langit dan terkenal di kalangan orang-orang yang shaleh.
Sesudah itu Nabi Saw memandang kepada Ali bin abi Thalib ra dan Umar bin Khatab ra seraya bersabda, “Suatu ketika apabila kalian bertemu dengan Uwais, perhatikan tanda putih di tengkuknya, dan mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.”
Baca Juga: Amerika itu Negara Para Pendatang!
Di saat Rasulullah sedang menceritakan tentang Uwais al Qarani, Ketika itu ada sahabat yang dari Yaman merasa sangat senang. Lalu sahabat tersebut pulang dan memberitau kepada penduduk Yaman
“Siapa yang menemukan Uwais maka akan Saya berikan imbalan yang sangat besar. Uwais itu orang yang sangat luar biasa, ia membanggakan penduduk Yaman.”
Saat itu penduduk Yaman terus mencari-cari pemuda yang bernama Uwais. Setelah ditemukan Uwais, maka sahabat tersebut menceritakan cerita yang di sampaikan Rasulullah, Uwais seperti tidak percaya hingga diundang Uwais ke rumah sahabat, ternyata Uwais tidak mau pergi, bukan karena sombong, tapi Ia tidak ingin terkenal dan dipuji orang.
Pada akhirnya sahabat tersebut yang menyambangi Uwais ke rumahnya, sambil membawa makanan yang banyak. Uwais sangat merasa tidak enak, dan Uwais mengajak warga dan sahabat-sahabatnya makan bersama. Namun ternyata Uwais sendiri yang tidak makan, beliau sudah merasa kenyang dengan melihat kesenangan di wajah para sahabat dan orang-orang mukmin di waktu itu.
Baca Juga: Indonesia, Pohon Palma, dan Kemakmuran Negara OKI
Setelah kejadian itu, Uwais menghilang. Tidak seorang pun mengetahui kemana beliau pergi. Hingga Uwais muncul kembali di massa Khalifah Umar bin Khatab, saat itu sedang musim haji. Lalu Umar mendatangi jamaah yang dari Yaman, kemudian Umar bertanya kepada mereka.
“Adakah di antara kalian yang bernama Uwais?” seorang lelaki tua menjawab, “Ada ya Amirul Mu’mini, tetapi ia orang yang biasa saja, kenapa anda mencarinya?” mereka sudah lupa dengan kejadian beberapa tahun yang lalu. Tanya Umar “Di mana ia?” lalu lelaki tua itu menjawab lagi “Dia kami suruh menjaga kuda dan unta kami di ‘Arafah.”
Maa Syaa Allah… sungguh hebat keikhlasan Uwais, ia seseorang dipuji oleh Rasulullah sebagai pemuda yang luar biasa, tapi tak ingin di kenal oleh penduduk bumi dan tidak merasa berat di suru jaga kendaraan orang-orang biasa.
Sesampai Umar ra dan Ali ra di Arafah, Uwais sedang shalat. Setelah Uwais shalat, Amirul Mu’minin memberi salam dan menyapanya, “Apakah engkau Uwais al Qarni yang pernah diceritakan oleh Rasulullah.”
Baca Juga: Kemenangan Trump dan Harapan Komunitas Muslim Amerika
Lalu Uwais mengangguknya dan memperlihatkan bukti di tengkuknya. Umar dan Ali langsung memeluk Uwais seraya meminta untuk didoakan. Setelah Uwais mendoakan, Umar bertanya “Wahai Uwais, sekarang kamu mau kemana?”.
Uwais menjawab, “Wahai Amirul mu’minin Saya ingin ke Kuffah, ingin mencari ulama untuk belajar.”
Lalu Umar menawarkan hadiah beberapa dirham, namun Uwais menolaknya karna ia masi memiliki 4 dirham untuk pegangan dalam perjalan. Uwais menolaknya dengan alasan ia tidak tahu 4 dirham ini apakah bisa dihabiskan atau ia akan meninggal duluan. Karena 4 dirham ini bisa menimbulkan fitnah jika ia tidak bisa mempergunakan dengan cara yang halal.
Setelah Uwais berangkat ke Kuffah, berita tentang Uwais kembali menghilang. Namun kembali muncul pada masa Ali ra di dalam anggota perang di pihak Ali ra, dan akhirnya Uwais wafat di medan perang.
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-6] Tentang Halal dan Haram
Inilah cerita dari sosok pemuda yang sangat terkenal di langit,karena ketaatnya kepada Allah, Rasul dan Ibunya. Ia sangat ikhlas dalam melakukan suatu hal, hingga tidak ingin siapa pun mengetahui akan amalannya.[]
Mi’raj News Agency (MINA)