Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selingkuh Itu Bukan Khilaf, Tapi Sengaja Dipilih

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 2 menit yang lalu

2 menit yang lalu

0 Views

Ilustrasi

SELINGKUH bukanlah terpeleset. Ia bukan kecelakaan kecil yang tiba-tiba terjadi tanpa rencana. Selingkuh adalah pilihan yang disusun diam-diam, dipupuk dengan pembenaran, lalu dilakukan dengan sadar penuh. Banyak orang menutupinya dengan kata khilaf, seolah dirinya korban keadaan.

Padahal, detik pertama seseorang membalas chat terlarang, menyembunyikan panggilan, atau mulai curi-curi waktu, di situlah ia sedang memilih jalan yang ia tahu sendiri salah. Yang menyakitkan bukan hanya pengkhianatannya, tapi keberaniannya untuk mengabaikan hati orang yang setia padanya.

Hubungan yang rusak jarang dimulai dari peristiwa besar. Biasanya dimulai dari hal kecil: chat yang dibiarkan terlalu lama, perhatian yang diberikan terlalu jauh, atau candaan yang sengaja dilebihkan. Orang yang selingkuh tahu betul batasnya. Mereka tahu kapan harus berhenti, tapi mereka memilih untuk terus melangkah.

Setiap langkah kecil itu adalah keputusan. Bukan angin yang menuntun, tapi nafsu yang disilakan masuk. Sementara pasangan yang menunggu di rumah percaya bahwa cinta masih aman dijaga, pengkhianatan justru disusun perlahan.

Baca Juga: Jebakan Pujian, Ketika Hati Terlena oleh Sanjungan

Yang lebih menyedihkan adalah ketika pelaku selingkuh berlagak paling tersakiti. Mereka merasa berhak dimengerti, berhak dimaklumi, berhak diberi alasan. Padahal, yang terluka justru orang yang tidak tahu apa-apa. Orang yang mencintai dengan jujur, yang menjaga dengan tulus, yang tidak pernah sekalipun berniat mendua. Luka karena selingkuh bukan cuma robek di hati, tapi juga runtuhnya harga diri, hilangnya rasa percaya, dan hancurnya gambaran masa depan yang tadinya begitu indah dibayangkan bersama.

Namun begini: orang yang diselingkuhi bukan orang lemah. Ia bukan korban yang tak berdaya. Justru sering kali hati yang mampu bertahan dari pengkhianatan adalah hati yang paling kuat. Ia belajar bahwa cinta bukan sekadar memberi, tapi juga menjaga tidak kehilangan diri sendiri. Ia belajar bahwa tidak semua orang yang kita perjuangkan pantas menerima seluruh hidup kita. Kadang, Allah meluaskan hati melalui patah. Kadang, pengkhianatan adalah jalan untuk menemukan versi diri yang lebih bijak, lebih kuat, lebih terhormat.

Selingkuh itu pilihan, maka meninggalkannya juga pilihan. Orang yang benar-benar ingin berubah tidak akan sekadar minta maaf, tapi memutus akar-akar yang membawanya ke sana. Ia akan jujur, akan memperbaiki, akan menanggung konsekuensi. Tapi jika seseorang terus mengulang kesalahan yang sama, itu bukan khilaf—itu tabiat. Dan tidak ada hubungan yang sehat jika salah satu pihak merasa hubungan itu bisa diperlakukan sesuka hati. Setia bukan bakat; setia itu komitmen. Orang yang tidak bisa menjaga dirinya sendiri, sulit diharapkan mampu menjaga orang lain.

Di zaman sekarang, selingkuh semakin dianggap biasa. Ada yang bilang hanya “teman curhat”. Ada yang bilang cuma “butuh perhatian”. Ada yang berdalih “pasangan sudah berubah”. Pembenaran bisa seribu macam, tapi inti pengkhianatan selalu sama: satu orang memilih orang lain di atas komitmen yang sudah ia janjikan. Pilihan itu boleh terasa manis di awal, tapi selalu pahit di ujung. Cinta gelap tidak pernah tumbuh menjadi terang.

Baca Juga: Hati-hati Jebakan Pengiriman Pasukan Perdamaian ke Gaza

Untukmu yang pernah dikhianati: jangan merasa kurang. Orang bisa selingkuh bukan karena kamu tidak cukup, tapi karena dia tidak mampu mengendalikan dirinya sendiri. Kamu berharga. Kamu layak dicintai dengan kesetiaan penuh, bukan setengah hati. Luka ini mungkin berat, tapi bukan akhir dari segalanya. Kadang, Allah menjaga kita dengan cara mematahkan sesuatu yang tidak layak kita pertahankan. Percayalah, apa yang hilang karena jujur akan diganti dengan yang lebih baik daripada hasil dari kebohongan.

Dan untukmu yang masih menjaga kesetiaan: terima kasih. Di dunia yang semakin bebas nilai, orang-orang setia adalah anugerah langka. Kamu layak dihormati. Kamu layak dicintai. Dan kelak, kesetiaanmu tidak akan sia-sia.

Selingkuh bukan khilaf. Ia adalah pilihan sadar yang diambil dengan keberanian untuk melukai. Jika seseorang bisa memilih untuk mengkhianati, maka kamu pun punya hak untuk memilih menjaga harga dirimu. Cinta yang sehat tidak dibangun dengan dusta, tidak dirawat dengan rahasia, dan tidak berakhir dengan air mata. Pada akhirnya, bukan tentang kehilangan seseorang—tapi tentang menemukan kembali dirimu sendiri.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Fitnah Takkan Menguasai Muslim yang Berjama’ah

Rekomendasi untuk Anda

Tausiyah
MINA Preneur
MINA Edu
MINA Health
Khadijah