Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Semakin Tinggi Tujuan Seorang Hamba, Semakin Cepat Langkahnya

Bahron Ansori - Rabu, 26 Juli 2023 - 12:38 WIB

Rabu, 26 Juli 2023 - 12:38 WIB

18 Views

Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA

Memang benar, semakin tinggi tujuan seseorang, maka makin cepat langkahnya. Tapi banyak di antara kita yang meletakkan langkah untuk menggapai tujuan itu kadang tidak bijak. Misalnya, saat panggilan azan berkumandang atau panggilan Allah, kita masih dengan langkah santai mendatanginya. Bahkan mungkin ada yang sama sekali tidak beranjak dari tempat duduknya, meski panggilan Allah itu terdengar cukup jelas.

­­Alangkah bijaknya jika setiap muslim bisa menempatkan langkah kakinya sesuai dengan betapa besar kepentingan yang akan diraih. Berikut ini ada empat tujuan yang akan diraih namun dengan langkah yang berbeda.

Pertama, dalam mencari rezeki, maka berjalanlah (Qs. Al Mulk/67: 15). Allah Ta’ala berfirman,

Baca Juga: Ternyata Aku Kuat

هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ ۖ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.”

Menurut tafsir Jalalain, (Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kalian), mudah untuk dipakai berjalan di atas permukaannya (maka berjalanlah di segala penjurunya) pada semua arahnya (dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya) yang sengaja diciptakan buat kalian. (Dan hanya kepada-Nyalah kalian dibangkitkan) dari kubur untuk mendapatkan pembalasan.

Dialah Allah yang menundukkan bumi untukmu agar kamu dapat memperoleh kebutuhanmu, seperti menanam, membangun, menggarap sawah ladang dan jalan-jalan untuk menyampaikanmu ke negeri yang jauh untuk mencari rezeki.

Ayat di atas mengajarkan kepada kita dalam mencari rezeki hendaknya kita berjalan. Berjalan keseluruh penjuru bumi jika perlu. Dan setiap penjuru bumi itu sudah Allah siapkan bagian jatah dari setiap rezeki hamba-Nya. Allah perintah kita untuk berjalan, bukan berlari atau tergesa-gesa dalam mencari rezeki. Mengapa? Sebab setiap rezeki seorang hamba itu sudah diatur dan dijatah.

Baca Juga: Amalan Pengundang Rezki Berkah lagi Melimpah

Kedua, ketika menuju shalat, maka bergegaslah (Qs. Al Jumu’ah/62: 91). Allah Ta’ala berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا نُودِىَ لِلصَّلَوٰةِ مِن يَوْمِ ٱلْجُمُعَةِ فَٱسْعَوْا۟ إِلَىٰ ذِكْرِ ٱللَّهِ وَذَرُوا۟ ٱلْبَيْعَ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ

 “Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”

Hikmah penting terkait surat Al-Jumu’ah Ayat 9. Ada sekumpulan hikmah penting dari ayat ini. Didapati sekumpulan penjabaran dari banyak mufassirin terhadap kandungan surat Al-Jumu’ah ayat 9, sebagiannya seperti berikut ini.

Pertama, tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia. Wahai orang-orang yang membenarkan Allah dan RasulNya serta melaksanakan syariat-Nya, bila muadzin menyerukan shalat pada Hari Jum’at, maka berangkatlah untuk menyimak khutbah dan menunaikan shalat, tinggalkanlah jual beli dan segala urusan yang menyibukkan kalian darinya. Apa yang Allah perintahkan kepada kalian ini adalah lebih baik bagi kalian. Bila kalian mengetahui kemaslahatan diri kalian, maka lakukanlah.

Baca Juga: Mendidik dengan Kasih Sayang

Dalam ayat ini terkandung dalil yang mewajibkan untuk bergegas, bersegera menghadiri Shalat Jum’at dan mendengar khutbah.

Kedua, Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah mengatakan,

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا نُودِىَ لِلصَّلَوٰةِ (Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat)

Yang dimaksud adalah seruan azan ketika khatib telah duduk di mimbar pada hari Jum’at, sebab pada masa Rasulullah tidak ada seruan untuk shalat jum’at selain seruan tersebut. Sedangkan azan pertama pada hari Jum’at adalah seruan yang di mulai pada masa khalifah Utsman bin Affan dengan persetujuan para sahabat ketika kota Madinah semakin meluas.

Baca Juga: Tadabur Surah Al-Baqarah 168, Makanan Halal dan Thayyib Kunci Kesehatan

فَاسْعَوْا۟ إِلَىٰ ذِكْرِ اللهِ (maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah). Yakni bergegaslah menuju zikir kepada Allah, yaitu khutbah dan shalat Jum’at di masjid. Dan sebelumnya sibukkanlah kalian dengan persiapannya seperti mandi, berwudhu, dan berangkat.

وَذَرُوا۟ الْبَيْعَ ۚ (dan tinggalkanlah jual beli). Yakni tinggalkanlah jual beli dan muamalat lainnya, sebab jika azan telah di kumandangkan untuk shalat jum’at maka jual beli haram dilakukan.

ذٰلِكُمْ (Yang demikian itu). Yakni bergegas menuju zikir kepada Allah dan meninggalkan jual beli.

خَيْرٌ لَّكُمْ (lebih baik bagimu jika kamu mengetahui). Yakni lebih baik daripada berjual beli dan lebih baik dari tidak bergegas, sebab dengan menjalankan perintah terdapat pahala yang besar.

Baca Juga: Menggali Makna Tauhid, Fondasi Keimanan Sejati

Ketiga, dalam mencari ampunan Allah, maka berlomba-lombalah (Qs. Al Hadid/57: 21). Allah Ta’ala berfirman,

سَابِقُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ بِٱللَّهِ وَرُسُلِهِۦ ۚ ذَٰلِكَ فَضْلُ ٱللَّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَآءُ ۚ وَٱللَّهُ ذُو ٱلْفَضْلِ ٱلْعَظِيمِ

“Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.”

Dalam tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram) mengatakan sebagai berikut.

Berlomba-lombalah kalian -wahai manusia- melaksanakan amal saleh yang dengannya kalian mendapatkan ampunan atas dosa-dosa kalian, seperti tobat dan berbagai macam ibadah lainnya, dan agar kalian mendapatkan dengannya Surga yang luasnya seperti luas langit dan bumi. Surga ini disiapkan Allah untuk orang-orang yang beriman kepada-Nya dan beriman kepada rasul-rasul-Nya. Balasan ini adalah anugerah dari Allah yang diberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya, dan Allah -Subḥānahu- mempunyai karunia yang agung untuk hamba-hamba-Nya yang beriman.

Baca Juga: Amalan yang Paling Banyak Membuat Masuk Surga

Sementara itu, Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah memaparkan sebagai berikut.

سَابِقُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ (Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu)

Yakni saling bergegaslah beramal shalih yang dapat mengundang ampunan dari Tuhan kalian. Di antaranya adalah dengan bergegas menuju ke masjid agar dapat bertakbir bersama imam pada takbir yang pertama, dan juga berusaha mendapatkan shaf pertama dalam shalat, serta membaikkan segala amalan yang dikerjakan.

وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَآءِ وَالْأَرْضِ (dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi). Dan jika luasnya demikian maka bagaimana dengan panjangnya.

Baca Juga: Meraih Syafaat Melalui Shalawat

أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ بِاللهِ وَرُسُلِهِۦ ۚ (yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya). Yakni tidak ada yang layak mendapatkannya kecuali orang yang menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Menurut tafsir as-Sa’di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, pakar tafsir abad 14 H sebagai berikut.

Selanjutnya Allah memerintahkan untuk berlomba-lomba menggapai ampunan, keridhaan, dan surgaNya. Hal itu bisa dicapai dengan melakukan berbagai sebab-sebab ampunan seperti taubat yang sungguh-sungguh, istighfar yang berguna, jauh dari dosa dan perantaranya, berlomba-lomba menggapai keridhaan Allah dengan amal shalih, berusaha terus melakukan semua amalan yang diridhai Allah berupa ibadah secara baik, bersikap baik terhadap sesama makhluk dengan berbagai perbuatan yang berguna.

Karena itu Allah menyebutkan amalan-amalan yang mewajibkan pelakunya mendapatkan semua itu seraya berfirman, “Dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya.” Termasuk iman kepada Allah dan RasulNya adalah seluruh pokok-pokok agama dan cabang-cabangnya.

Baca Juga: Kekuatan Sabar dalam Menghadapi Ujian Hidup

“Itulah karunia Allah, diberikanNya kepada siapa yang dikehendakiNya.”  Maksudnya, balasan untuk kalian yang berupa jalan yang mengantarkan kalian menuju surga dan jalan yang mengantarkan kalian menuju neraka, dan sesungguhnya pahala Allah yang diberikan dengan balasan yang besar merupakan pemberian dan karunia terbesar untuk hamba-hambaNya, “Dan Allah mempunyai karunia yang besar,”  yang pujian-Nya tidak terhingga, seperti Dia memuji diri-Nya, lebih dari pujian seluruh makhluk-NYa.

Keempat, saat akan menuju Allah, maka berlarilah sekencangnya (Qs. Adz Dzariyat/51: 50)

فَفِرُّوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ ۖ إِنِّى لَكُم مِّنْهُ نَذِيرٌ مُّبِينٌ

“Maka segeralah kembali kepada (mentaati) Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu.”

Dalam Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah, dikatakan sebagai berikut.

Baca Juga: Lima Kelemahan Manusia di Dalam Al-Quran

فَفِرُّوٓا۟ إِلَى اللهِ ۖ (Maka segeralah kembali kepada (mentaati) Allah). Dengan bertaubat dari dosa-dosa kalian.

إِنِّى لَكُم مِّنْهُ نَذِيرٌ مُّبِينٌ (Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu). Yakni pemberi peringatan dengan peringatan yang jelas.

Menurut Tafsir as-Sa’di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, pakar tafsir abad 14 H, mengatakan, “Tatkala Allah menyeru para hamba untuk melihat tanda-tanda kekuasaanNya yang mengharuskan mereka takut dan kembali pada-Nya, selanjutnya Allah memerintahkan sesuatu yang menjadi tujuan dari seruan itu, yaitu lari (mendekat) kepada-Nya, maksudnya lari dan menjauh dari semua yang dibenci Allah secara lahir dan batin menuju yang dicintai Allah secara lahir dan batin.

Lari dari kebodohan menuju ilmu, lari dari kekufuran menuju keimanan, lari dari kemaksiatan menuju ketaatan, lari dari kelalaian menuju kewasapadaan. Siapa pun yang memenuhi semua hal tersebut, maka dia telah menyempurnakan agama secara keseluruhan, semua yang ditakuti akan lenyap darinya dan akan memperoleh tujuan yang diinginkan.

Baca Juga: Komunisme, Ancaman bagi Peradaban

Allah menyebut kembali kepada-Nya sebagai lari, sebab kembali pada selain Allah terdapat berbagai hal yang ditakuti dan tidak diinginkan sedangkan kembali kepada Allah terdapat berbagai hal yang disenangi, keamanan, kesenangan, kebahagiaan dan keberuntungan. Manusia lari dari Qadha dan Qadar menuju Qadha dan Qadar.

Semua orang yang engkau takuti hendaklah engkau jauhi kecuali Allah, karena hanya sekedar takut saja, maka itu berarti engkau telah berlari menuju kepadaNya. “Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu,” yakni pemberi peringatan untuk kalian akan azab Allah serta agar kalian takut dengan peringatan yang jelas.

Jadi, berjalanlah saat kita mencari rezeki dan jangan tergesa-gesa. Lalu bergegaslah jika panggilan azan telah tiba. Dan berlomba-lombalah meraih ampunan Allah serta berlarilah sekencangnya jika Allah Ta’ala sudah memanggil, wallahua’lam.(A/RS3/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Tausiyah