Terbatasnya lahan pertanian di Jalur Gaza tidak menyurutkan para petani untuk terus menanam tumbuhan sebagai pemenuhan kebutuhan hidup mereka. Para petani di Jalur Gaza memanfaatkan lahan kosong dekat perbatasan Israel untuk menanam berbagai jenis tumbuhan.
Salah satu lahan pertanian yang dekat dengan perbatasan Israel di Jalur Gaza, terletak di Bayt Lahiya, bagian utara dari daerah pesisir laut mediteranian tersebut. Jaraknya yang hanya ratusan meter dari perbatasan terkadang membuat para petani mempertaruhkan nyawanya ketika pergi ke lahan pertanian mereka.
Menara-menara pengawas tentara pendudukan Israel terdapat di setiap sudut dekat lahan pertanian tersebut, bahkan ketika tim Koresponden Kantor Berita Islam Mi’raj (Mi’raj Islamic News Agency-MINA) menyambangi sebuah lahan pertanian strawberry di Bayt Lahiya, menara pengawas dapat terlihat jelas.
Dari lahan pertanian menuju menara pengawas tersebut, tentunya dengan jarak yang cukup dekat itu, tentara pendudukan Israel dapat dengan mudah menembak ke arah para petani.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Bahkan dari berbagai informasi yang diterima Koresponden MINA di Gaza, banyak para petani yang tewas akibat ditembak oleh pasukan penduduk entitas Zionis itu.
Salah seorang petani yang lahan pertaniannya hanya 50 meter dari perbatasan menyatakan, jika dia pergi ke lahan pertanianya bisa dikatakan bahwa seolah sedang mengantarkan nyawanya. Meskipun demikian petani tumbuhan semangka dan kentang itu tetap melakukan ikhtiarnya dengan terus bertani untuk menghidupi keluarganya. Hanya ketika terjadi peperangan atau situasi genting dia dan keluarganya sama sekali tidak akan pergi ke lahan pertanian tersebut.
Lahan pertanian di Bayt Lahiya ini, cukup terkenal dengan Strawberry-nya, pada musim panen para petani strawberry di daerah tersebut dapat menghasilkan satu ton perseribu meter lahan sekali panen. Strawberry-nya pun cukup besar dan terbilang manis dengan kualitas ekspor yang cukup digemari di negara-negara Eropa.
Seorang petani Yusuf Al-Khatib mengatakan kepada MINA, lahan pertanian seluas 3.000 meter miliknya bisa menghasilkan tiga ton setiap kali panen. Bahkan, hasil panen strawberry dapat diekspor ke negara Eropa seperti Belanda dan Rusia dengan harga 10 NIS/KG atau kisaran Rp 34.000 per kilogramnya.
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Lain halnya jika mereka menjual di dalam Jalur Gaza sendiri, rendahnya daya beli di daerah terblokade tersebut menyebabkan harga strawberry cukup rendah. Di musim panen harga strawberry di pasaran Gaza, berkisar antara 3-5 NIS/KG atau Ro. 10.000 – 17.000 per kilogramnya.
Al-Khatib menyatakan, sejak dua tahun lalu para petani strawberry tidak dapat mengekspor hasil pertaniannya ke negera-negara Eropa, dikarenakan tertutupnya perbatasan sebagai perlintasan penjualan hasil pertanian mereka. Tentu saja keadaan ini sangat merugikan mereka, bahkan penghasilan mereka turun drastis semenjak tertutupnya perbatasan tersebut.
Pun demikian, mereka pantang menyerah dan terus berusaha, semangat mereka untuk terus bertahan hidup ditengah segala keterbatasan inilah yang patut diacungi jempol, soal hasil mereka serahkan kepada Allah yang Maha Pemberi Rezeki, begitu kira-kira pesan yang ingin mereka sampaikan. (K01/R05)
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)