MESKI dilanda kehancuran dan reruntuhan bangunan, umat Muslim di Jalur Gaza tetap gembira menyambut kehadiran bulan suci Ramadhan tahun 1446 Hijriyah.
Kios-kios yang menjual dekorasi Ramadhan tampak tersebar di sepanjang jalan-jalan Jalur Gaza.
Mereka menyambut kehadiran bulan suci Ramadhan yang akan dimulai Sabtu , 1 Maret 2025.
Beberapa lentera dan hiasan Ramadhan terpasang di jalan-jalan, di alun-alun, dan di pasar-pasar utama.
Baca Juga: Sekjen PBB Kecam Israel Atas Serangan Militer di Gaza
Para pedagang setempat memperdengarkan lagu-lagu tradisional Ramadhan yang memotivasi masyarakat untuk membeli.
Di tengah kurangnya daya beli warga, beberapa segmen masyarakat tetap bersemangat untuk membeli dekorasi sedapatnya.
Warga pun berbondong-bondong menghias rumah-rumah mereka menyambut Ramadhan, meski ada tragedi perang di depannya. Kebiasaan menyambut Ramadhan yang tak pernah hilang, apapun kondisinya.
“Saya berusaha membeli dekorasi Ramadhan dari toko di pusat Kota Gaza, untuk mempersiapkan diri menghadapi bulan suci,” kata Wafaa, Hajjaj salah seorang Muslimah.
Baca Juga: Korban Syahid dalam Serangan Genosida Israel pada Selasa 404 Orang
Ia mengatakan, dekorasi Ramadhan adalah kebiasaan yang tidak pernah berhenti selama bertahun-tahun, dan dia menolak untuk meninggalkannya meskipun ada tragedi perang.
Hajjaj menambahkan, meskipun kehilangan sejumlah anggota keluarganya, namun hal itu tidak menghalanginya untuk mempersiapkan diri menghadapi Ramadhan.
“Tahun lalu saya terpaksa tidak bisa melakukannya, dan tahun ini saya tidak akan mengulanginya itu,” ujarnya.
Ia menambahkan, “Saya ingin membawa kegembiraan ini ke hati ibu saya dan keponakan saya, serta ingin menjauhkan mereka sementara dari suasana kematian dan kehancuran yang telah mereka alami selama berbulan-bulan. Gencatan senjata di Gaza adalah kesempatan untuk itu, dan saya tidak akan pernah melupakan kegembiraan mereka saat saya memberi mereka dekorasi dan lentera.”
Baca Juga: Anggota Knesset Sebut Gaza Punya 30.000 Orang Bersenjata, Perang Gagal Capai Tujuan
Iyad Al-Khawli, salah seorang kepala rumah tangga warga Gaza, berkata, meskipun keadaan sulit dan kurangnya dana yang cukup, tapi ia menyetujui permintaan istri dan anak-anaknya untuk membawa hiasan Ramadhan guna menghiasi tenda darurat mereka.
Tenda sederhana yang ia bangun di atas reruntuhan rumahnya yang hancur di Jalur Gaza utara, setelah kembali dari perjalanan pengungsian yang panjang.
Al-Khawli menjelaskan kepada Sky News Arabia, Jumat, 28 Februari 2025, bahwa ia terbiasa mendekorasi rumah menjelang ramadhan, untuk meningkatkan kondisi psikologis keluarganya.
“Anak-anak sangat menantikan bulan suci ini, dan lampion merupakan simbol penting bulan suci ini bagi keluarga, yang mendorong mereka untuk meminta lampion,” katanya,
Baca Juga: Perwira Israel Dipecat karena Kehilangan Dokumen Rahasia di Tempat Parkir
“Tidak ada salahnya jika anak-anak meminta menyediakan hiasan dan lampion Ramadhan bagi mereka,” imbuhnya.
Ada tekad dari warga untuk mengembalikan kehidupan dan membawa kegembiraan pada bulan Ramadhan.
Mohammed Al-Saqa, seorang pedagang di Gaza, mengatakan bahwa ia berhasil menyediakan sejumlah kecil barang dagangan untuk dekorasi Ramadhan, walaupun tampak lebih sederhana.
Ia tahu bahwa warga sangat bergantung pada bantuan untuk menyediakan makanan sahur dan berbuka selama bulan suci Ramadhan.
Baca Juga: Gedung Putih: Israel Konsultasi Sebelum Serang Gaza
“Daya beli warga sangat lemah, tetapi sejauh ini dengan meningkatnya masuknya makanan dan bantuan serta membaiknya kondisi kemanusiaan penduduk di Jalur Gaza, menjadi semakin kondusif,” lanjutnya.
Ya, bagi warga di sana, lentera Ramadhan bukan sekedar lampu biasa, tetapi mengekspresikan kegembiraan warga dalam menyambut bulan suci Ramadhan. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Sidang Korupsi Netanyahu Kembali Ditunda Menyusul Serangan Terbaru di Jalur Gaza