Semaraknya Pemuda Islam Memperingati Maulid Nabi Muhammad di Sydney Australia

(Foto: Istimewa)

Oleh: Rizqa Nuzula, Pengajar di Ashabul Kahfi Islamic Centre ()

Ashabul Kahfi Islamic Centre (AKIC) mengadakan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di rumah wakaf AKIC Sydney, Australia, pada Ahad, 23 Oktober 2023.

Acara tersebut dimeriahkan dengan kehadiran murid-murid yang berusia dari 4 sampai 18 tahun. Kegiatan yang mereka laksanakan termasuk memperbanyak Shalawat kepada Baginda Nabi Muhammad SAW secara berjamaah.

Pendiri AKIC Dr. Teuku Chalidin Yacob pada saat menyampaikan sambutan, bahkan Allah SWT tidak akan menerima ibadah shalat jika tidak mengikuti apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW sebagaimana disebutkan di dalam sebuah hadit yang maksudnya “Shalatlah sebagaimana Kamu melihat aku shalat.”

“Di samping itu juga mengingat di bulan Rabiul Awal sebagai napak tilas sejarah kelahiran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam,” tuturnya.

Sementara arahan dari koordinator acara Ustadz Teuku Muhammad Ziyad bahwa Sirah Rasul merupakan momentum untuk menumbuhkan dan memotivasi anak-anak agar lebih giat, tekun dan istiqomah selalu belajar membaca Al-Quran dan sejarah kehidupan Rasulullah SAW.

Teuku Muhammad merupakan murid AKIC waktu pertama awal-awal didirikan pada tahun 1998.

Para peserta, pemuda pemudi sangat semangat bershalawat sehingga berdiri dalam lingakaran, dan ketika bertambah ramai anggota yang ikut hadir maka para fasilitator telah menyiapkan kegiatan pawai sebagaimana yang dilaksanakan setiap tahun bila buulan Rabiul Awal tiba.

Prosesi pawai mulai dari Rumah Wakaf AKIC dimana anak-anak yang berasal dari berbagai bangsa berbaris sambil pegang banner Ashabul Kahfi dan berjalan ke tempat umum.

Bass dari speaker nyaring ke seluruh taman, hari Ahad merupakan hari istirahat bagi masyarakat Australia, seketika semua pengunjung taman Wiley Park tersebut berhenti kegiatan dan ikut serta menonton pawai.

Semangat yang luar biasa dari anak-anak tersebut membuat orang-orang nonmuslim yang ada di taman tersontak teralih perhatian pada anak-anak tersebut, mereka sangat kagum melihat nilai Islam yang ditampilkan, dengan beragam bangsa suku adat yang berbeda tetapi kita bersatu dalam tujuan sama, melakukan hal-hal baik bersama dan saling terkait antar satu dan lainnya.

Sungguh terharu pertunjukan yang di laksanakan dimana anak-anak berumur 5 tahun, berbusana Islam berpeci Aceh yang bersimbulkan AKIC dan wajah-wajah ceria bersorak ke dalam microphone “Shalli wa Sallim Yaa Rabbi – Ya Rabbi!!”

Populasi Muslim di seluruh negara Australia tidak mencapai 3%, akan tetapi Syiar Agama Islam, Shalawat atas Nabi, serta kebebasan dan hak pribadi dalam merayakan Maulid Nabi, menjadi sebuah kemuliaan bagi Orang Islam di Australia.

Bulan September merupakan Bulan Semi, dimana cuaca Sydney tidak bisa ditebak. Awal pagi cerah matahari tiba-tiba di tengah perjalanan hujan rintis mulai menurun. Akan tetapi hujan yang turun dari langit pun tidak mampu memadamkan api semangat dari pemuda pemudi, semua yang hadir terlihat makin bersemangat dengan teriakan anak-anak makin meningkat suara sambil berlari kembali ke Rumah Wakaf untuk berlindung dari hujan.

Tiba di Markaz kembali, anak-anak semua berkumpul dan saling membagi “lolly bags” sebelum masuk ke Mushalla untuk mendengar anekdot-anwkdot dari alumni Ashabul Kahfi. Yang pertama Isyak Bahrum, 26 tahun, putra darah campur dari bapak orang Medan dan ibu orang asli Australia, bercerita ke murid betapa bersyukur dia mengikut ngaji di masa kecilnya. Beliau membukakan isi hati, bahwa ketika pertama mulai bekerja sempat merasa minder untuk meminta Shalat. Tapi mengingat pelajaran di masa kecil beliau beranikan diri dan sekarang sudah mempunyai pekerjaan yg mengizinkan dia Shalat kapanpun saja.

Bambang Durrani, 26 tahun, putra asal Meulaboh lahir dan besar di Australia, menasehatkan kepada murid-murid untuk selalu menjaga persahabatan di tempat mengaji AKIC karena persahabatan di tempat mengaji bakal kekal hingga dewasa kelak.

Bakay Kay, 24 tahun, putra asal Burma besar di Australia sharing dengan murid-murid betapa sering dia di masa kecil selalu kena hukuman karena tingkah lakunya. Tapi sekarang sangat bersyukur karna Teuku Syiek (panggilan anak-anak AKIC) kepada Founder AKIC Dr Teuku Chalidin Yacob, atas ketegasan dalam mendidik meraka.

Di akhiri dengan Tausiah oleh Sandy Muchtarudin, 29 tahun, putra asal Padang lahir dan besar di Australia, tentang Surat Adh-Dhuha serta asbabul nuzul yang di turunkan kepada Rasulullah SAW di tahun sedih baginya.

Semua pemuda, koordinator acara, pembawa acara dan motivator yang sharing pengalamannya merupakan alumni Ashabul Kahfi Langguage School.

Mereka turut hadir sebagai murid senior di acara Maulid hari ini khususnya sharing pengalaman pribadi selama mereka menuntut ilmu dan belajar membaca Al-Quran di AKIC, yang mana sharing tersebut bertujuan untuk menyemangati adik-adik yang masih belajar membaca Al-Quran, Iqra’ dan Islamic Studies.

Diakhir acara ini ibu-ibu pun semangat menghidangkan makanan-makanan istimewa dan kue-kue klasik dari Timur dan Barat. Daging dan sosis BBQ (daging bakar) tentunya tak ketinggalan karena merupakan makanan khas Australia.

Tak terhingga rasa kesyukuran dan terimakasih kepada para umi bunda mak-mak yang hadir dengan kreasi hidangannya dan juga mempersiapkan anak-anak dengan tampilan muslim wear-nya yang indah serta ikut serta dalam jalan pawainya.

Mengingatkan suasana maulid di kampung halaman kepada generasi sekarang di negara minoritas muslim sudah menjadi sebuah realita.

Semoga Allah melancarkan setiap kegiatan ataupun acara-acara ke depannya untuk menuju Ridha Allah Ta‘ala.(AK/R1/P1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)