Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sembilan Orang Ini Mengaku Nabi

illa - Senin, 8 Agustus 2016 - 00:42 WIB

Senin, 8 Agustus 2016 - 00:42 WIB

1008 Views

Oleh: Illa Kartila – Redaktur Senior Miraj Islamic News Agency/MINA

Satu orang lagi warga muncul dan mengaku dirinya sebagai nabi, dia adalah Abdul Muhjib – penduduk Medal Sari, Kecamatan Tegal Waru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Sebagai nabi, pria ini menjanjikan pengikutnya bisa masuk surga, asalkan mereka membayar uang Rp 2 juta.

Menurut seorang warga setempat, Asep (26), dalam ajarannya Muhjib menyebutkan kalau melakukan shalat di rumahnya sama dengan melakukan shalat di Masjid Nabawi di Madinah. Disebutkan pula, air zam-zam yang ada di Mekkah telah pindah ke sumur pribadinya.

Abdul Muhjib menyebarkan aliran sesat dan melakukan penipuan. Dia juga mengubah dua kalimat syahadat dengan Asyhadu an-laa ilaaha illallaah wa asyhadu anna muhjib da rasulullaah. “Dia meminta pengikutnya untuk mengucapkan syahadat yang telah dia rombak,” kata Kasubag Humas Polres Karawang, AKP Marjani.

Baca Juga: Dari Bandung untuk Palestina, Langkah Solidaritas yang Menggetarkan Jiwa

Menurut Marjani, kasus ini berkembang setelah adanya laporan warga terkait ajaran sesat terlapor di Padepokan Syekh Sangga Bintang Pratama miliknya itu. “Intinya warga resah dan meminta terlapor pergi dari tempatnya yang ada di kampung tersebut.”

Pria itu mulai menyebarkan paham sesatnya sejak bulan Januari 2015. Diawali dengan mendirikan padepokan tersebut dibantu lima rekannya. Kemudian warga Medal Sari melaporkan Muhjib ke MUI Karawang. Setelah itu, MUI meminta Muhjib dan lima rekannya untuk bertobat.

Dia juga menandatangani surat perjanjian dengan MUI dan warga untuk tidak menyebarkan ajarannya. Mereka diminta pihak MUI untuk kembali ke syahadat yang sesuai dengan ajaran agama Islam. Namun pada 3 Agustus 2016, Muhjib berulah lagi. Dia kembali menyebarkan ajarannya. Warga pun geram karena perjanjian tersebut dilanggar.

Abdul dan lima rekannya akhirnya kemudian ditangkap polisi. Pada saat bersamaan, warga setempat merusak sejumlah bangunan yang digunakan sebagai tempat tinggal Muhjib. Kapolsek Pangkalan Kompol Agus Wahyudin membenarkan adanya aksi pembakaran rumah Abdul Muhjib karena dia diduga melakukan penistaan agama.

Baca Juga: Masjidil Haram, Pusat Peribadatan Islam Terbesar di Dunia

Hanya saja, karena belum cukup bukti, polisi akhirnya mengembalikan pria itu ke keluarganya di Subang. “Untuk sementara status dia baru terlapor, tapi kemungkinan dia akan disangkakan pasal penistaan agama. Sedangkan untuk penipuannya kita masih kumpulkan bukti-bukti,” kata Kanit Reskrim Polsek Pangkalan, Ipda Rahmat Ginanjar.

Polisi belum mengetahui jumlah warga yang terkena tipu muslihat nabi palsu itu, sebab masih mencari alat bukti kasus tersebut lantaran belum ada korban yang melapor ke polisi. Kendati demikian, Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, meminta masyarakat tidak mudah percaya pada hal-hal seperti itu.

“Jika ada hal aneh jangan diterima. Laporkan saja pada pihak berwajib. Mungkin masyarakat di sekitar resah. Karena pasti ketika ada yang aneh, itu sesuatu yang dikatakan salah,” kata Aher.

Aher mengaku tidak bisa menghakimi apakah ajaran disampaikan Muhjib sesat atau tidak. Akan tetapi dia meyakini masyarakat bisa menilai bahwa ajaran Muhjib tidak tepat. “Kalau sesat atau tidak itu urusan MUI. Atau juga kita sudah tahu kan, enggak ada ajaran begitu. Sebenarnya  ajaran itu tidak benar.”

Baca Juga: Zionis Israel, Monster yang Kejahatannya Tak Bertepi di Gaza

Sembilan “Nabi Palsu”

Dengan munculnya Ahmad Nahjib, maka jumlah warga yang mengaku nabi atau rasul di Indonesia menjadi sembilan orang yakni Gus Jari bin Supardi (44) yang bikin heboh karena mengaku nabi. Pria yang tinggal di Dusun Gempol, Desa Karangpakis, Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur sempat menjadi sorotan banyak pihak.

Dia sempat mendeklarasikan diri sebagai nabi terakhir setelah Nabi Muhammad SAW dan mengaku mendapatkan wahyu dari Allah SWT. Sebagai nabi penutup, Jari menyebut dirinya adalah Nabi Isa Al Habibullah. Lewat pondok pesantren yang diasuhnya, Kahuripan Ash-Shiroth di Dusun Gempol, ia memiliki 100 pengikut.

“Nabi” lainnya adalah Lia Aminuddin alias Lia Eden  – pendiri agama Salamullah. Wanita kelahiran Surabaya, Jawa Timur, 21 Agustus 1947 itu dan memimpin kelompok kepercayaan bernama Kaum Eden ini mengaku mendapat wahyu dari malaikat Jibril. Dia pun mengklaim sebagai nabi dan rasul serta Imam Mahdi.

Baca Juga: Raja Ampat, Surga Bawah Laut yang Wajib Dikunjungi di Indonesia

Lia yang berusia 69 tahun ini mengaku bisa meramalkan kiamat dan klaimnya itu sempat membuat para cendikiawan, seniman dan artis terpikat. Namun, pengaruh Lia Eden perlahan terkikis setelah Mahkamah Agung memvonis dia 3 tahun penjara pada 2007 lalu.

“Rasul” lainnya adalah Ahmad Musadeq yang mulai terkenal karena mengaku sebagai nabi pada 23 Juli 2006. Dia menjadi nabi dan rasul aliran Alqiyadah Al-Islamiyah serta menafsirkan kitab suci dengan cara sendiri dan tidak mewajibkan pengikutnya shalat serta puasa.

Musadeq mengaku mendapatkan wangsit bertapa di gunung Bunder, Bogor Jawa Barat selama 40 hari 40 malam. Musadeq akhirnya diamankan polisi dan mengaku bertaubat pada 9 November 2007. Namun, dia sempat kembali muncul lewat organisasi dan aliran Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) dan menjadi nabi serta rasulnya para pengikut gerakan tersebut.

Adalah Cecep Solihin yang juga mengaku sebagai rasul. Pria kelahiran 2 Agustus 1965 itu juga mengajarkan doktrin-doktrin aneh yang membingungkan dan menyesatkan. Cecep menyuruh pengikutnya jihad ke Aceh, meminjam uang ke bank tanpa perlu mengembalikan, hingga mencuci otak pengikutnya untuk tidak mengakui NKRI.

Baca Juga: Tangan-Tangan Kecil untuk Palestina, Ketika Murid SD di Brebes Menolak Diam Melihat Derita Gaza

“Rasul” ini kemudian  ditangkap polisi di Jalan Cinta Asih, RT 01/ 11, Kelurahan Samoja, Kecamatan Bandung Wetan, Bandung, Jawa Barat. Tetapi ketika diciduk pihak berwenang,  Cecep ngotot mengaku dirinya bukan nabi, melainkan hanya penyampai risalah.

Musyawarah dengan jin

Pria miring lainnya yang mengaku nabi adalah Dedi Mulyana alias Eyang Ended berasal dari Banten.  Dia mengaku memperoleh wangsit dari musyawarahnya dengan jin di laut. Nabi palsu ini berprofesi sebagai dukun.

Eyang Ended merekrut pengikutnya dengan syarat menyetorkan uang senilai Rp5 juta. Nabi palsu ini juga menipu 30 wanita untuk melakukan ritual keagamaan dengan jalan berhubungan badan. Aksi cabul inilah yang mengantarkan Dedi Mulyana ke penjara setelah ditangkap pada Juni 2005 silam.

Baca Juga: Amerika Serikat Negara Adidaya, Moral Seadanya

Nabi gadungan lainnya adalah Ashriyanti Samuda yang mengklaim sebagai nabi sejak berusia 30 tahun. Warga Kepulauan Sula, Maluku ini menerbitkan buku yang dicetaknya sendiri kemudian disebarkan kepada masyarakat setempat.

Ashriyanti sempat berniat menyampaikan sabdanya kepada presiden pada 2014 lalu lewat bukunya berjudul Pemimpin yang Diutus Cahaya dari Indonesia Timur for Presiden RI 2014. Buku ilegal ini sampai ke MUI Maluku Utara. Nabi palsu ini akhirnya disidang pada 15 Juni 2012 lalu.

Sutarmin muncul di lereng Gunung Lawu pada 2013 lalu. Nabi palsu ini  adalah guru agama yang meneruskan ajaran pendahulunya Rochmad – pria yang diketahui membawa pengikutnya  menyimpang dari ajaran Islam. Mereka mengganti nama Nabi Muhammad dalam syahadat dengan nama Rochmad.

Nabi lainnya adalah Ahmad Mukti, anak lelaki Lia Aminuddin alias Lia Eden. Pria ini dipercaya oleh pengikutnya sebagai reinkarnasi Nabi Isa. Kepercayaan itu muncul lantaran Lia Eden pernah menerbitkan buku berjudul Perkenankan Aku Menjelaskan Sebuah Takdir (PAMST).

Baca Juga: Israel Bukan Negara, Tapi Mesin Pembantai!

Dalam buku itu dipaparkan bahwa sosok Lia Eden multifungsi. Dia tak hanya sebagai Imam Mahdi, tapi juga sosok Maryam yang melahirkan Nabi Isa. Raga Lia dijadikan media tempat Jibril memberi ilmu dan berbagai petunjuk mengenai dunia-akhirat. Ketika Jibril berbicara melalui raganya, Lia Eden mengaku dalam keadaan sadar, bukan kesurupan.

Jabar dan Jateng terbanyak

Ketua Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI, Utang Ranuwijaya mengungkapkan, majelis itu  sampai saat ini telah menemukan ratusan aliran sesat yang ada di Indonesia. Dari ratusan aliran tergolong sesat itu, ia menyebut Jawa Barat dan Jawa Tengah menjadi daerah dengan aliran-aliran sesat terbanyak.

Sayangnya, Utang mengaku belum memiliki data resmi dari MUI Jabar dan Jateng tentang angka pasti jumlah aliran-aliran sesat yang ada di kedua wilayah itu. Utang mengimbau kepada masyarakat agar senantiasa memegang teguh aqidah, lantaran Jabar dan Jateng tergolong daerah potensial pertumbuhan aliran-aliran sesat.

Baca Juga: Israel Biadab, Kemanusiaan Terluka, Kisah Luka dari Gaza

Meski begitu, ia menyebutkan, aliran yang tergolong sesat yang ada di Indonesia, memiliki penyebaran yang cukup merata atau berimbang di hampir seluruh daerah. “Tidak kurang dari 300 aliran keagamaan atau kepercayaan yang tergolong sesat, telah tersebar dan terpantau berkembang di hampir seluruh daerah di Indonesia.”

Menurut dia, aliran-aliran sesat yang ada di Indonesia acapkali melakukan perubahan nama dan bentuk, untuk mengelabui publik. Hal itu dilakukan untuk menjaga eksistensi aliran-aliran mereka, sehingga tidak tergerus atau diketahui sebagai aliran-aliran keagamaan atau kepercayaan yang tergolong sesat.

MUI Jabar juga memprediksi jumlah aliran sesat di wilayah itu lebih banyak ketimbang daerah lain di Indonesia. “Kami pernah mengidentifikasi jumlahnya 144. Ada yang terang-terangan dan ada yang sembunyi-sembunyi,” kata Sekretaris Umum MUI Jabar, Rafani Akhyar.

Ada beberapa faktor penyebab aliran sesat tumbuh subur di Jabar. Satu di antaranya penduduk di propinsi ini terbanyak di Indonesia, mencapai 46 juta jiwa. Menurut teori sosial, di daerah dengan populasi penduduk yang tinggi rentan terjadi pelanggaran dan penyimpangan.

Baca Juga: Masjid Al-Munawwarah, Destinasi Wisata Religi di Dataran Tinggi Gayo

“Apalagi Jabar dekat dengan DKI Jakarta. Sementara aktor-aktor intelektual aliran sesat itu ada di Jakarta. Musadeq misalnya mencoba operasi di Jabar tapi tinggal di Jakarta. Lia Eden beroperasi di Bogor dan Sukabumi, tapi tinggal di Jakarta,” kata Rifani.

Dia menduga ada upaya pihak luar untuk menghancurkan agama Islam agar terpecah. Salah satu buktinya banyak aliran sesat mengatasnamakan agama Islam. “Perlu dicari, sebab seperti ada penyandang dana yang menghidupkan aliran sesat. Karena itu semua pemimpinnya terlihat tidak wajar.”

Nabi palsu dari Karawang yang menawarkan tiket surga Rp2 juta, hanyalah satu dari 144 aliran sesat yang teridentifikasi. Namun seperti ditegaskan Ketua Bidang Pemberdayaan Umat DPP PKS, Hilman Rosyad, masyarakat tak perlu resah karena sudah merupakan kesepakatan ulama ahlussunah wal jamaah bahwa nabi terakhir umat Islam ialah Nabi Muhammad SAW. (R01/ R02)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Ini Pesan Insinyur Microsoft yang Dipecat karena Protes Keterlibatan Perusahaan dalam Genosida di Gaza

 

Rekomendasi untuk Anda

Feature