Jakarta, MINA – Seminar Awam dan Media tentang penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue (DBD) diadakan Rabu (13/2) di Gedung IMERI FKUI, Salemba, Jakarta Pusat.
Tampil sebagai pembicara, Dr. dr. Leonard Nainggolan, SpPD-KPTI, dr. Mulya Karyanti, SpA (K), MSc, Prof. dr. Saleha SungkarDAP&E, MS, SpPark dan dari berbagai media.
Dr. Nainggolan mengatakan, seiring dengan intensitas curah hujan yang tinggi, meningkat pula wabah DBD.
Beberapa daerah di Indonesia yang tercatat memiliki angka kejadian DBD yang cukup tinggi seperti Kediri, Jakarta, Manado, Sragen, Ponorogo, Jawa Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Baca Juga: Pasangan Ridwan Kamil-Suswono dan Dharma-Kun tak jadi Gugat ke MK
Ia mengatakan, DBD merupakan suatu penyakit akibat infeksi virus Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Kasus DBD sangat sering ditemukan di negara tropis seperti di Indonesia.
Hal ini menyebabkan peningkatan kasus DBD secara drastis yang mengancam berbagai daerah di Indonesia akhir-akhir ini.
Dia menjelaskan, tanda dan gejala DBD meliputi demam tinggi mendadak, dapat bersifat hilang timbul atau terus menerus, dan bisa hanya 1-2 hari saja nyeri pada sendi, tulang dan otot nyeri pada daerah belakang mata, sakit kepala hebat, gangguan pencemaan diare, konstipasi, mual muntah atau nyeri ulu hati sena bintik atau bercak merah pada kulit.
Sementara pada kondisi yang Iebih Ianjut dan berat, dapat ditemui gejala seperti perdarahan spontan dari gusi, hidung maupun bawah kulit menjadi memar, gangguan sesak napas; ujung tangan dan kaki menjadi dingin; nadi sangat cepat atau bahkan teraba lemah, serta tekanan darah yang sangat rendah bahkan tidak terukur.
Baca Juga: Cuaca Jakarta Berpotensi Hujan Kamis Ini, Sebagian Berawan Tebal
Secara umum, prinsip penanganan DBD adalah mencegah terjadinya perburukan kondisi dengan cara menjaga sirkulasi cairan. Pemberian cairan melalui infus serta minum yang cukup, karena menjadi salah satu tatalaksana utama pada kasus DBD.
Selain itu, mobilisasi juga harus dikurangi, sehingga pasien DBD harus banyak istirahat atau bed rest untuk mencegah perburukan.
Obat-obatan yang diberikan pada kasus DBD hanya bersifat simptomatik, atau hanya menghilangkan gejala yang muncul sesuai indikasi dan bersifat sementara.
Penyakit DBD tentunya dapat dicegah dengan cara melakukan pemberantasan sarang nyamuk pembawa virus Dengue dan ientikjentiknya. Cara ini dikenal dengan gerakan 3M, yaitu mengubur barang bekas, menguras tempat penampungan air serta menutup genangan air.
Baca Juga: Workshop Kemandirian untuk Penyandang Disabilitas Dorong Ciptakan Peluang Usaha Mandiri
Selain itu, kata Dr. Nainggolan, cegah gigitan nyamuk dengan cara pemasangan kelambu atau penggunaan lotion anti nyamuk.
DBD dapat berlanjut menjadi komplikasi yang berbahaya jika tidak ditangani dengan benar, seperti perdarahan hebat hingga kematian. Segera periksa ke dokter jika muncul salah satu dari tanda dan gejala DBD agar dapat ditangani sejak dini. (L/Gun/P1)
Miraj News Agency (MINA)
Baca Juga: Update Bencana Sukabumi: Pemerintah Siapkan Pos Pengungsian