Tel Aviv, 22 Dzulqa’dah 1435/16 September 2014 (MINA) – Media-media Israel melaporkan, munculnya perdebatan di antara petinggi Israel mengenai berapa banyak biaya yang ditanggung dalam agresi militer terbarunya ke Jalur Gaza “Operation Protective Edge” memiliki dampak praktis terhadap anggaran entitas itu.
Radio Israel melaporkan Senin kemarin, sebagai akibat dari perkiraan yang lebih rendah dari biaya perang, Kementerian Keuangan tidak mungkin memberikan semua uang yang diperlukan Kementerian Pertahanan untuk memenuhi biaya perang terbaru di Jalur Gaza selama 51 hari itu.
Moshe Ya’alon, Menteri Pertahanan Israel mengatakan, operasi militer terbarunya ke Gaza setidaknya menghabiskan biaya sembilan miliar Shekel atau sekitar 29,5 triliun rupiah. Biaya operasi itu diperlukan untuk penggunaan berlebihan bahan peledak, mesin dan kendaraan militer, termasuk sistem pertahanan Iron Dome.
“Biaya satu unit pencegat Iron Dome senilai 110 ribu US Dolar (sekitar 1,306 miliar rupiah). Hal ini bermanfaat, dari satu sudut pandang keuangan, tetapi masih mahal,” kata Ya’alon.
Baca Juga: Tentara Israel Cemas Jumlah Kematian Prajurit Brigade Golani Terus Meningkat
Kementerian Pertahanan Israel menuntut setidaknya banyak peningkatan alokasi pada Anggran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) entitas itu yang kini sedang proses negosiasi.
Namun, Kementerian Keuangan Israel melihat hal-hal berbeda mengatakan dalam laporannya bahwa para pejabat yang dekat dengan Menteri Keuangan Yair Lapid percaya bahwa biaya perang hanya menghabiskan 6,5 miliar Shekel atau sekitar 21,3 triliun rupiah, hampir sepertiga lebih kecil dari perkiraan militer Israel.
Dengan demikian, tuntutan Kementerian Pertahanan tidak beralasan, ujar pembantu Lapid yang tidak disebutkan namanya sebagaimana dikutip harian Israel National News.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mendukung posisi Ya’alon itu. Dia berpendapat untuk meningkatkan anggaran keamanan dan mengurangi defisit Israel. Lapid kemudian mengkritik pernyataan Netanyahu karena memutuskan secepatnya menaikkan pajak setelah netanyahu datang ke Kementerian, menyatakan bahwa dirinya tidak berniat menyetujui anggaran yang akan berdampak negatif terhadap masyarakat kelas menengah.
Baca Juga: Anakku Harap Roket Datang Membawanya ke Bulan, tapi Roket Justru Mencabiknya
Sumber yang dekat dengan Netanyahu menyalahkan Lapid untuk perdebatan saat ini, dengan alasan bahwa langkah-langkah yang diambil Lapid sebenarnya adalah upaya untuk membubarkan koalisi dan memaksa pemilu baru, di mana ia berharap untuk menjadi Pemimpin Oposisi.
Sebaliknya, Yesh Atid, partai yang mengusung Lapid itu, mengklaim penundaan anggaran militer itu hanya karena perselisihan profesional, dan Netanyahu telah menciptakan “krisis landasan imajiner” untuk melayani kebutuhan politiknya.
Netanyahu dan Lapid diharapkan akan bertemu di Selasa sore waktu setempat untuk membahas permintaan anggaran dana tambahan untuk Kementerian Pertahanan Israel. Jumlah tersebut sekitar 11 miliar shekel lebih dari usulan awal yang inging ditetapkan Lapid dalam anggaran militer.
Potong Anggaran Kementerian
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
Sebelumnya dalam pertemuan Ahad (31/8) lalu, Netanyahu, Yaalon dan Lapid menambahasan pemotongan anggaran sejumlah dua persen dari total anggaran belanja setiap kementerian pemerintah Israel -selain pertahanan- untuk menambah sekitar dua miliar shekel atau berkisar 6,5 triliun rupiah dalam menutupi biaya perang terbaru ke Gaza.
Menurut dokumen yang dikeluarkan kantor kabinet mengenai hasil pertemuan pekanan beberapa waktu lalu, pemotongan anggaran terbesar akan dikenakan pada Kementerian Pendidikan Israel, yang diminta untuk menyerahkan anggaran sejumlah 480 juta shekel atau sekitar 1,57 triliun rupiah.
Kementerian Pelayanan dan Kesejahteraan sosial diminta untuk 62,6 juta Shekel atau sekitar 205 miliar rupiah dan pengeluaran Kementerian Kesehatan akan dipangkas sebesar 43 juta Shekel atau sekitar 141 miliar rupiah.
Menteri Kesejahteraan Israel, Meir Cohen pun melakukan protes, mengatakan tidak ada lagi dana pada anggarannya untuk dipangkas.
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon
“Dari siapa yang akan kita ambil? Dari mereka yang memiliki apa-apa untuk dimasukkan ke dalam sandwich anak-anak mereka di sekolah?” ia mengatakan pada radio militer Israel.
Kantor Netanyahu sendiri, yang bertanggung jawab untuk badan-badan intelijen baik dalam mau pun luar negeri, Komisi Energi Atom dan kementerian lainnya, akan kehilangan anggaran belanjanya sekitar 33 juta Shekel atau berkisar 108 miliar rupiah.
Pada Kementerian Luar Negeri Israel, yang sejak lama terganggu akibat berkurangnya alokasi anggaran dan krisis awal tahun ini akibat pemogokan para diplomat senior yang menolak perintah Menteri Luar Negeri dari kantornya di Yerusalem, harus memangkas anggaran belanja sebesar 11,9 juta shekel atau sekitar 39 miliar rupiah.
Anggaran Belanja Israel 2014 itu sendiri merupakan paket penghematan yang bagi Lapid sendiri penting untuk kesehatan ekonomi entitas itu.
Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka
Anggaran belanja yang direncanakan itu telah memotong dana sejumlah tiga miliar shekel atau sekitar 9,82 triliun rupiah dari anggaran pertahanan tapi setelah lobi keras dari Ya’alon, sekitar 2,75 miliar shekel atau berkisar sembilan triliun rupiah dapat kembali ke kas pertahanan.
Lapid memperingatkan pada saat itu bahwa jika anggaran pertahanan tidak segera dipangkas maka akan mngakibatkan krisis anggaran pada sektor kesehatan, pendidikan dan sosial.(T/R05/R11)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Hamas Sambut Baik Surat Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant