Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seniman Kashmir Suarakan Protes Lewat Lagu

Ali Farkhan Tsani - Kamis, 7 Juli 2022 - 12:06 WIB

Kamis, 7 Juli 2022 - 12:06 WIB

3 Views

Srinagar, MINA – Sarfaraz Javaid , seorang seniman Kashmir di wilayah yang dikuasai India, berirama dalam video musik, memetik gitar dan melantunkan suara merdunya yang serak terdengar di hutan, menyerukan keadilan bagi warganya.

“Mendung macam apa yang menyelimuti langit? Itu telah mengubah duniaku menjadi gelap. Mengapa rumah ini dipercayakan kepada orang asing?” senandung lagunya.

Seperti dikemukakan Religion News, nada-nada lagunya seperti nyanyian rintihan bagi Kashmir yang berpenduduk mayoritas Muslim yang tertindas, di wilayah Himalaya yang begitu indah.

Liriknya sedih tetapi mewah dalam simbolisme liris yang diilhami oleh tasawuf, sebuah tradisi Islam.

Baca Juga: Mesir dan Saudi Dukung Lebanon, Kecam Serangan Israel

“Saya hanya mengekspresikan diri dan berteriak, tetapi ketika harmoni ditambahkan, itu menjadi sebuah lagu,” kata Javaid, mengikuti jejak ayah dan kakeknya, yang juga penyair.

Javaid dan rekan-rekannya membentuk tradisi musik baru yang memadukan rock Sufi progresif dengan hip-hop dalam ekspresi aspirasi politik yang tegas.

Mereka menyebutnya “musik sadar,” yang menggambarkan unsur-unsur Islam dan puisi spiritual, dicampur dengan metafora agama berisi kritikan atas tindakan pembatasan beberapa kebebasan berbicara di Kashmir tanpa keadilan.

Ia juga berusaha menjembatani ketegangan antara tradisi Muslim dan modernisme di wilayah Kashmir.

Baca Juga: Houthi Rilis Video Pemboman Kapal Tanker di Laut Merah

“Ini seperti melampiaskan emosi yang terpendam selama puluhan tahun,” kata Javaid.

Kashmir memiliki tradisi puisi lisan yang berusia berabad-abad yang sangat dipengaruhi oleh syair-syair Islami, yang sering dipakai saat puji-pujian di masjid.

Kashmir juga pernah menyaksikan munculnya musik protes dalam bahasa Inggris hip-hop dan rap, lagu baru perlawanan.

Penyanyi-penulis lagu Roushan Illahi, yang tampil dengan nama MC Kash, adalah pionir genre ini, membuat musik yang marah dan menarik yang menjadi seruan bagi kaum muda untuk menggunakan sajak dan ketukan yang tajam untuk menantang kedaulatan India atas wilayah itu.

Baca Juga: Yaman Klaim Serang Lokasi Penting di Tel Aviv dengan Drone

Pemerintah pusat Delhi kemudian secara tegas membatasi kebebasan berekspresi seniman mengenai masalah di Kashmir. Termasuk beberapa pembatasan terhadap media, perbedaan pendapat dan praktik keagamaan.

Sering diinterogasi oleh polisi mendorong Kash ke titik di mana dia hampir berhenti membuat musik.

Beberapa rekannya terus melakukan rekaman, tetapi dengan memasukkan bahasa kode, atau menjauh dari politik sama sekali.

Namun demikian, banyak artis yang tetap berpegang pada musik dan melambungkan ketenaran, lagu-lagu mereka dibagikan secara luas di media sosial.

Baca Juga: Dato’ Rusly Abdullah, Perjalanan Seorang Chef Menjadi Inspirator Jutawan

“Musik sadar” telah berkembang lebih jauh karena beberapa artis mulai memasukkan lirik Urdu dan Kashmir.

Pada sore hari biasanya sekelompok seniman muda berkumpul di studio rumah komposer Zeeshan Nabi di pinggiran kota Srinagar, kota utama Kashmir.

Mereka memenuhi ruangan studio dengan penuh semangat memperdebatkan esensi metafora dan referensi agama dalam karya mereka.

Zeeshan Nabi menyatakan optimismenya bahwa kondisi tertekan itu bersifat sementara.

Baca Juga: Hambali bin Husin, Kisah Keteguhan Iman dan Kesabaran dalam Taat

“Untuk berapa lama kalian bisa mencengkeram? Penindas hanya dapat menindas sampai sekitar waktu tertentu,” ujarnya.

“Kami adalah pemimpi,” imbuh rekannya, Arif Farooq, penyanyi hip-hop yang menggunakan nama panggung Qafilah, sambil tertawa kecil. (T/RS2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Erdogan: Dunia Tidak Boleh Diam Atas Tindakan Israel

Rekomendasi untuk Anda

Dunia Islam
Internasional
Asia
Asia
Dunia Islam
Dunia Islam
MINA Preneur
Indonesia
Palestina
MINA Sport