Perth, 15 Rajab/4 Mei 2015 (MINA) – Abdul Rahman (20) dan Abdul Abdullah (29), dua seniman Muslim bersaudara untuk pertama kalinya mendapat kesempatan dari Pemerintah Autralia Barat untuk memamerkan karya seninya Art Gallery of Western di Kota Perth, Australia.
Radio Australia ABC menyebutkan, Abdul Rahman Abdul Abdullah (29) mengatakan, mereka dibesarkan sebelum peristiwa aksi teror 9/11 di AS yang mengubah wajah kehidupan Muslim di negara barat. Karenanya, mereka berdua memiliki pengalaman pribadi yang sangat berbeda.
Mereka mengasah keterampilan mereka sebagai seniman secara terpisah. Tapi banyak hasil karyanya yang sama-sama mengeksplorasi identitas Muslim di Australia.
“Identitas agama dan budaya saya sudah sangat dipolitisasi,” kata Abdul Abdullah.
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Selamat dari Pemakzulan
“Saya pikir saya berada di puncak usia bagi para Muslim di Australia, yang dibesarkan dengan bayang-bayang pemberitaan bahwa Muslim adalah orang-orang yang jahat,” tambahnya.
Lain halnya dengan Abdul Rahman, di mana perspektif soal Muslim pada jamannya lebih memiliki nostalgia yang baik.
Abdul Rahman mengatakan bahwa semasa masa kecilnya di tahun 1980-an, hampir tak pernah ada gambaran soal Muslim di media.
“Karenanya, menjadi seorang Muslim itu hanya terlihat di rumah,” ujarnya.
Baca Juga: Jumat Pagi Sinagog Yahudi di Meulbourne Terbakar
“Kami tidak diberitakan sama sekali di media. Pada tahun 80-an yang dianggap orang-orang jahat adalah para komunis,” tambahnya.
Nostalgia inilah yang tercermin dalam seni patung karya Abdul Rahman, salah satunya replika tubuh domba yang baru disembelih. Domba ini terbuat dari silikon.
“Ini adalah proses menyembelih domba di halaman belakang rumah kami, saat saya masih kecil,” jelasnya. “Ayah kami menyembelih domba-domba sendiri, agar bisa mendapatkan daging halal, karena masih jarang tersedia di negara-negara barat,” ujarnya.
Ia menambahkan, baginya itu adalah pengalaman merasakan kedekatan dengan sang ayah, dan banyak kegiatan ibadah lainnya yang dilakukan di rumah yang ia cintai.
Baca Juga: Taliban Larang Pendidikan Medis Bagi Perempuan, Dunia Mengecam
Sementara bagi adiknya, Abdul, lukisan dan fotografi lebih mencerminkan frustrasi yang dialami masyarakat Muslim.
“Seri fotografi saya melihat pengalaman umat Muslim, tapi lebih luas yakni kelompok yang terpinggirkan atau para migran,” katanya.
Menurutunya, semua karyanya tentang perasaan yang ditolak, tidak diterima, atau diserang.
Abdul memotret dirinya sendiri dan dengan mengenakan kostum, mengenakan topeng dari film Planet of the Apes.
Baca Juga: PBB akan Luncurkan Proyek Alternatif Pengganti Opium untuk Petani Afghanistan
“Ini merujuk pada upaya membuat orang terlihat sebagai monster, bahwa mereka adalah penjahat,” imbuhnya.
Terlepas dari karyanya yang sarat dengan politik, Abdul Abdullah mengatakan bahwa ia dan saudaranya tidak dilihat sebagai juru bicara untuk Islam atau komunitas mereka.
“Ini bukan tugas kami sepenuhnya,” ujarnya.
“Kami adalah seniman yang juga Muslim, menghasilkan karya yang dipengaruhi oleh agama kita, tapi bukan berarti kita adalah mewakili umat Muslim,” kata mereka.
Baca Juga: Polisi Mulai Selidiki Presiden Korea Selatan terkait ‘Pemberontakan’
Kedua saudara ini pun memiliki kepribadian yang periang dan penuh humor. Bekerja di bidang yang sama dengan nama yang sangat mirip, kadang orang-orang seringkali tertukar atau berpikir bahwa mereka adalah satu orang.
Abdul Rahman mengatakan ia mendapat ucapan selamat berkali-kali dalam sebuah kompetisi foto yang digelar di Sydney, tahun lalu, padahal yang masuk menjadi finalis adalah Abdul.
“Jika orang-orang melihat kami berdua di ruangan yang sama, mereka baru sadar bahwa kita adalah dua orang yang berbeda.” (T/anj/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Korut Tegaskan Dukungan kepada Rusia dalam Menghadapi Ukraina