Oleh Arina Islami, Wartawan Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency)
Generasi muda selalu jadi harapan dalam setiap peradaban. Sebab dalam jiwa anak muda, sedikitnya terdapat dua hal yang tertanam, pertama ialah keberanian dan kedua yakni kreativitas.
Jika menengok sejarah, gerakan-gerakan anak muda lah yang memberikan gebrakan baru dan menjadi pelopor sebuah perubahan. Mulai dari sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia seperti Sumpah Pemuda, Bandung Lautan Api, dan Peristiwa Rengasdengklok.
Semakin kita tarik ke belakang, tampak perjuangan Muhammad Al-Fatih pemuda yang menaklukkan Konstantinopel, Shalahuddin Al-Ayubi yang berhasil merebut kembali Masjidi Al-Aqsa dari tangan Tentara Salib, serta Zubair bin Awwam yang menjadi pejuang sejati di usia muda untuk melawan musuh Allah dalam perang Badar, Uhud, dan Khaibar.
Baca Juga: Saatnya Wanita Generasi “Z” Beraksi
Masih banyak lagi kiprah para pemuda zaman dulu yang sepertinya akan terlampau panjang jika kita sebut satu per satu.
Mari kita melihat di masa kini. Ribuan mahasiswa Eropa dan Amerika menggemakan “Free Palestine” di jantung kota negara-negara pro-Israel dan di lingkungan kampus-kampus yang menjalin kerja sama dengan Zionis. Para mahasiswa bahkan mendirikan perkemahan selama beberapa pekan untuk aksi solidaritas Palestina.
Aksi Solidaritas Palestina oleh mahasiswa itu dipublikasikan kepada dunia melalui media sosial (medsos). Universitas-universitas yang bekerja sama dengan Zionis Israel akhirnya mendapat sanksi moral dari masyarakat Internasional.
Begitu gencarnya pergerakan itu berdampak pada divestasi dan pemutusan kerja sama akademis dari sejumlah kampus. Mahasiswa menang!
Baca Juga: Thufanul Aqsa, Perjuangan Menuju Kebebasan
Zaman sekarang, terutama anak muda, pasti memiliki minimal satu akun medsos. Akun-akun inilah yang menjadi corong bagi anak muda mengampanyekan segala hal, termasuk dukungan terhadap Bangsa Palestina.
Pada Mei 2024, tagar #AllEyesOnRafah viral, menjadi trending berhari-hari di berbagai platform, di antaranya X dan Instagram. Tagar ini diinisiasi oleh generasi muda yang “bermain” medsos. Viralnya tagar ini, semakin memantik dukungan dari berbagai pihak bahkan berhasil bikin Zionis keringat dingin. Kelompok penjajah itu lantas berusaha menyebarkan propaganda dengan membuat tagar tandingan yaitu #WhereWereYourEyesOnOctober7.
Tidak hanya itu, di dalam negeri sendiri, berbagai masalah baru diusut setelah viral di medsos. Mulai kasus korupsi, kekerasan seksual, hingga mafia tanah baru ditelusuri setelah para pemuda koar-koar di medsos. Rupanya, netizen lebih bisa diandalkan daripada aparat penegak hukum.
Ingat ketika Presiden Jokowi berkunjung ke Lampung setelah viral seorang anak muda mengkritik jalanan rusak di provinsi tersebut? Jalan rusak itu kemudian diperbaiki.
Baca Juga: Enam Tips Hadapi Musim Penghujan
Ingat ketika seorang ibu melaporkan tindakan pelecehan seksual yang dialami anaknya ke kepolisian namun laporan itu mandek selama dua bulan? Sang Ibu kemudian melaporkan kejadian itu di medsos. Para pemuda ramai menviralkan kasus itu hingga akhirnya polisi “terbangun” dan mengusut laporan tersebut.
Efektivitas medsos sudah tidak bisa dipandang sebelah mata. Medsos saat ini bukan sebatas tempat curhat belaka, namun sudah menjadi medan pertempuran untuk menyuarakan kebenaran dan menentang kebiadaban. Medsos bahkan menjadi wadah berserikat dan menggalang massa.
Maka tidak berlebihan jika kita menyebut bahwa senjata generasi muda saat ini adalah media sosial (medsos). Apa yang terjadi di dalam layar gawai, sudah tidak bisa disebut maya. Kekuatan jari bahkan mengalahkan kecepatan laju peluru.
Namun selayaknya senjata, selalu bermata dua; bisa menghunus yang salah atau malah menusuk yang benar. Oleh karena itu, sebagai penggerak dan agen perubahan, generasi muda harus dibekali dengan ilmu dan iman sehingga dapat melahirkan tindakan-tindakan mengagumkan yang berpihak pada keadilan dan kebenaran.
Baca Juga: Sampah Menumpuk, Salah Siapa?
Pasal 1 ayat 1 UU Kepemudaan menyebutkan “Pemuda adalah warga Negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun.” []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: BPS: Pengangguran Terbanyak Lulusan SMK