Gaza, 24 Muharram 1438/ 25 Oktober 2016 (MINA) – Seorang anggota Brigade Izzudin Al-Qassam, sayap bersenjata gerakan Hamas, sahid pada Senin (24/10) dalam terowongan bawah tanah yang runtuh menimpa dirinya.
Pernyataan yang dirilis oleh Al-Qassam, mengidentifikasi korban sebagai Amir Jaber Abu Tuima dari kota Khan Yunis di selatan Jalur Gaza.
Sebelumnya pada Sabtu, seorang pejuang Al-Qassam juga tewas dalam runtuhnya terowongan. Demikian Maan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Selama ini sejumlah warga Palestina di Gaza tewas dalam jaringan terowongan besar yang terletak di bawah tanah, yang sebagian besar digunakan untuk penyelundupan keperluan militer di utara dan selatan.
Baca Juga: Tentara Israel Cemas Jumlah Kematian Prajurit Brigade Golani Terus Meningkat
Pasukan Israel mengklaim telah menemukan dua terowongan penyeberang dari Jalur Gaza ke Israel sejak serangan Israel di Gaza pada tahun 2014.
Para pejabat Israel menuduh Hamas telah “mempersiapkan” perang dengan Israel dan mengancam tindakan balasan terhadap Jalur Gaza secara keseluruhan, atas tindakan militer Israel sejak perang 2014.
Terowongan yang dibuat Hamas juga sebagai sumber penerimaan pajak, tempat masuknya senjata dari selatan, maupun untuk penyediaan kebutuhan yang sangat mendesak untuk warga Gaza – yang telah terjebak di bawah pengepungan Israel selama satu dekade, berupa makanan, obat, dan bahan infrastruktur.
Institut Studi Palestina melaporkan tahun 2012 bahwa pihak berwenang Hamas telah menghitung 160 kematian dalam terowongan sejak blokade Israel dimulai pada tahun 2007, dan pada bulan Agustus 2014, al-Jazeera melaporkan bahwa angka itu telah menjadi 400 orang.
Baca Juga: Anakku Harap Roket Datang Membawanya ke Bulan, tapi Roket Justru Mencabiknya
Mayoritas dari 2 juta warga Palestina di Jalur Gaza di bawah tekakan karena kelanjutan dari blokade militer yang diberlakukan oleh Israel dan ditegakkan oleh Mesir di perbatasan selatan.
Kehancuran dari tiga serangan Israel selama enam tahun terakhir meyebabkan, kerusakan air, kebersihan, energi, dan fasilitas medis, ditambah dengan rekonstruksi lambat karena blokade yang dipimpin PBB pada bulan September yang memperingatkan bahwa Gaza bisa “dihuni” tahun 2020. (T/Mo13/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza