Seorang Traveler Ceritakan Sensasi Mengunjungi Al-Aqsa

(Foto: SMART 171)

Jatinangor, MINA – Rahmadianti, seorang penulis yang juga traveler, menceritakan pengalamannya ketika mengunjungi , di acara Al-Aqsa Awareness Week (AAW), Senin (26/10), yang dilakukan secara virtual lewat YouTube .

Siaran pers yang diterima MINA, Selasa (27/10), menyebutkan, Al-Aqsa Awareness Week sebagai Pekan Pengingat Al-Aqsha yang digelar Smart 171 berlangsung pada 26-30 Oktober 2020.

SMART 171 (Solidarity of Muslim for Retaken) adalah sebuah lembaga sosial masyarakat yang fokus bergerak di bidang kepalestinaan.

Berdiri sejak Mei 2016, SMART 171 memiliki visi menjadi LSM yang berjuang membebaskan Al-Quds dan secara aktif, taktis, dan sinergis.

Dian bercerita ketika masuk Al-Aqsa, ia dan rombongannya harus mengantre cukup lama. Penjagaan tentara Israel sangat ketat.

Sepanjang antrean, ia hanya melihat warga Palestina lanjut usia.

Anak muda jarang sekali diberikan izin untuk beribadah di sana.

“Ketika saya akan masuk ke Masjid Al-Aqha untuk shalat subuh, saya dihadang oleh tentara Israel dan tidak diberi izin masuk karena saya memakai syal bendera dan Palestina. Saat itu saya sadar, mereka sangat takut dengan simbol yang berhubungan dengan Palestina. Masuk ke dalam Masjid Al-Aqsha akan mengobarkan semangat umat muslim untuk kembali menguasai ,” ujar Dian.

Tidak banyak orang yang diizinkan oleh tentara Israel masuk ke dalam komplek Al-Aqsa. Namun, Dian melihat suasana masjid tetap hidup. Para jamaah yang boleh masuk melaksanakan kegiatan seperti mengaji, shalat, dan mendirikan majelis ilmu.

Selama tiga hari di sana, Dian melakukan shalat subuh dan zuhur di Masjid Al-Aqsa. Kapasitas masjid mencapai lima ribu jamaah, tapi hanya sedikit yang diperbolehkan shalat di dalam. Kondisi yang sangat timpang bagi Yahudi yang hendak beribadah di tembok ratapan.

“Saya melihat orang Yahudi yang datang ke tembok ratapan itu banyak sekali. Berbeda dengan di Masjid Al-Aqsa yang tidak banyak Muslim yang boleh masuk oleh tentara Israel,” cerita Dian.

Salah satu peserta, Nur Aulia dari Bekasi mengatakan bahwa ia baru tahu kalau di sana Israel melakukan kejahatan dengan merekayasa apa terjadi.

Rekayasa itu agar pengunjung atau turis berpikir bahwa Israel itu orang-orang yang baik dan cinta damai. Padahal, di balik pencitraan itu Israel menindas masyarakat Palestina.

Selain mengunjungi komplek Al-Aqsa, Dian juga mengunjungi Kota Al-Khalil atau Hebron dan beberapa situs Islam lainnya. Sepanjang jalan, kota Al-Khalil terlihat seperti kota mati.

Sudah lebih dari 20 tahun Kota Al-Khalil dimarjinalkan oleh Israel. Toko-toko terlihat tua dan tak terurus, tertutup rapat. Warga tak diizinkan berjualan tanpa alasan yang jelas. Jalanan pun banyak yang rusak.

“Israel secara sengaja menghancurkan jalanan aspal dan memasang tiang kawat di beberapa titik kota tersebut untuk mencoba mengusir warga Palestina dari Kota Hebron untuk pergi agar Israel bisa menguasainya,” jelas Dian.

Dian dan rombongannya juga berkunjung ke Masjid Ibrahim. Di bawahnya terdapat maqam Nabi Ibrahim, Nabi Ishak, Nabi Yakub, dan istri mereka.

Dalam video yang diambil Dian sendiri, ia menjelaskan masjid tersebut telah Israel bagi dua. Setengah masjid, setengah sinagog.

Di akhir, Dian berpesan agar para peserta, khususnya para milenial untuk terus memupuk rasa ingin tahu dan rindu kepada Al-Aqsa dan Palestina. Terlepas dari jarak yang memisahkan Indonesia dan Palestina.

Al-Aqsa Awareness Week digelar sepekan penuh menghadirkan acara seminar, talkshow, bedah film, dan kampanye lari virtual untuk Palestina.(L/R1/P1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.