Dengan Satu Kaki, Sepak Bola Beri Harapan Bagi Eliwa, 17 Tahun, di Gaza

, MINA – Mohammed Eliwa yang berumur 17 tahun dari Jalur Gaza, bermain sepak bola dengan luar biasa hanya dengan satu kakinya. Eliwa menggunakan kruk logam, ia dapat menangani bola dengan lembut dan menuju ke arah area penalti untuk mencetak gol agar timnya meraih poin selama turnamen lokal yang terdiri dari enam tim .

Turnamen sepak bola bagi orang-orang Gaza yang diamputasi ini diselenggarakan oleh Asosiasi Palestina untuk Orang Amputasi dan Komite Palang Merah Internasional (ICRC), yang diadakan di Taman Bermain Palestina di Kota Gaza pada pekan kemarin, Sabtu (13/4), demikian dilansir dari Xinhua yang dikutip MINA.

Pemuda yang masih belia itu kehilangan kaki kanannya pada November tahun lalu, setelah dia ditembak oleh pasukan Israel saat ikut berpartisipasi dalam protes setiap pekannya yang dikenal dengan aksi “Great Return of March” yang dimulai pada 30 Maret tahun lalu.

“Saya kehilangan kaki kanan saya, tetapi saya tidak pernah kehilangan harapan,” kata Eliwa kepada Xinhua sambil bersandar pada tongkatnya.

Lelaki itu mengatakan, dia telah mempraktikkan hidupnya secara normal walau dengan kondisi cacatnya, dan Eliwa menambahkan dengan berkata “Saya melakukan apa yang saya sukai, yaitu bermain sepakbola.”

Eliwa mengatakan, partisipasinya dalam turnamen ini adalah sebagai pesan bahwa orang-orang dengan kebutuhan khusus atau dengan kondisi cacat, memiliki kemauan, tekad dan impian untuk hidup secara normal seperti orang-orang yang sehat.

“Mimpi saya adalah mewakili Palestina di kompetisi internasional,” kata Eliwa dengan bangga.

Menurut Kementerian Kesehatan Palestina di Jalur Gaza, setidaknya terdapat 136 warga Palestina yang mengalami amputasi di anggota tubuh bagian bawah atau atas setelah mereka ditembak pasukan Israel dalam aksi Great Return of March yang dilakukan setiap pekan di perbatasan Jalur Gaza.

Sepak bola yang menjadi olahraga cukup favorit di Gaza, menjadikan olahraga satu ini memiliki club-club, seperti yang satu ini, sepak bola bagi orang-orang yang diamputasi atau kondisi cacat. Satu Timnya sendiri terdiri dari tujuh pemain, pemain lapangan merupakan mereka yang diamputasi pada bagian ekstremitas bawah dan kipernya adalah ia yang diamputasi bagian ekstremitas atas.

Pemain lapangan menggunakan kruk lengan bawah, dan bermain tanpa prostesis (kaki buatan) mereka. Pemain juga tidak boleh menggunakan tongkat untuk memajukan, mengontrol atau memblokir bola. Tindakan seperti itu akan dihukum dengan cara yang sama seperti pelanggaran handball.

Performa luar biasa para pemain membuktikan bahwa sepakbola tidak eksklusif untuk orang yang sehat.

Selain itu ada juga Mohammed Kalloub yang berusia 30 tahun, salah satu pemain sepak bola, kakinya diamputasi setelah dia ditembak oleh pasukan Israel di Gaza pada 2011.

“Cedera itu memengaruhi saya secara negatif pada awalnya karena saya diisolasi di dalam rumah. Dan saya menjadi pengangguran,” kata Kalloub setelah pertandingan.

Dia menambahkan bahwa berlatih sepak bola telah membuatnya menjadi orang yang berbeda, dan hal itu memberinya semacam hiburan dengan memiliki teman dan rekan satu tim di lapangan serta di luar lapangan.

“Saya berharap akan ada tim nasional untuk pemain sepak bola yang diamputasi untuk bersaing di kompetisi Arab dan internasional,” katanya sambil tersenyum.

Selama beberapa hari terakhir, Sekretaris Jenderal Federasi Sepakbola Amputasi Dunia Simon Baker telah melatih enam tim turnamen.

Baker, yang kehilangan kaki kanannya karena kecelakaan di tempat kerja pada tahun 2004 dan menggunakan anggota badan buatan, diundang oleh ICRC untuk mempersiapkan turnamen tersebut.

Sementara itu, Suhair Zaqout, Juru Bicara ICRC di Gaza mengatakan, organisasinya mensponsori orang-orang cacat yang disebabkan oleh konflik militer dan berusaha untuk mengintegrasikan mereka ke dalam masyarakat melalui rehabilitasi psikologis dan fisik.

“Orang-orang dengan kebutuhan khusus dapat mewakili negara mereka dalam kompetisi olahraga regional dan internasional,” ujarnya.

Menurut statistik resmi, Jalur Gaza memiliki lebih dari 25.000 orang yang terluka dalam 10 tahun terakhir, ratusan di antaranya menderita amputasi.

Pendudukan Israel melakukan blokade ketat di Jalur Gaza, yang merupakan tempat tinggal bagi lebih dari dua juta orang. Selain blokade, pasukan Israel juga melancarkan tiga operasi militer besar-besaran terhadap Gaza dalam 10 tahun terakhir, yang menyebabkan ribuan warga Palestina syahid dan terluka. (AT/Ais/R01)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.