Sepenggal Kisah Pemred MINA dan Keajaiban Fakta Al-Quran

Oleh: Sakuri, Redaktur Senior Kantor Berita

Ismet Rauf, wartawan Kantor Berita Antara sejak tahun 1967, yang kini menggawangi Kantor Berita Miraj News Agency (MINA) sebagai Pemimpin Redaksi  (Pemred), mengisahkan sepenggal pengalaman berdialog dengan ibu kostnya, di Wina, Austria. Ibu itu adalah wanita Kristen Protestan berusia 50-an tahun yang hidup bersama suaminya.  Ismet bertugas di Wina sebagai korespoden Kantor Berita Antara untuk markas besar PBB ketiga di kota itu. Dua ibukota  PBB lainnya adalah New York dan Jenewa Swiss. Kejadiannya 44 tahun silam pada tahun 1976.

“Suatu Ahad saat minum teh petang, Ibu angkat (kost moeder) saya  menanyakan kepada saya, mengapa membaca Al Qur’an dalam bahasa Arab,” kata Ismet mengawali kisahnya yang dikirim melalui pesan singkat kepada penulis.

“Kamu cari saja yang dalam bahasamu sendiri (mother language),” kata Ibu angkatnya dengan nada perintah sebagaimana ditirukan  Ismet.

“Maam, kitab suci kami Al-Qur’an hanya dalam satu bahasa. Tak seperti kitab suci Kristen yang demikian banyak diterjemahkan sehingga isinya banyak bertentangan satu sama lain, malahan tak jelas lagi mana yang asli.”

“Malahan Tuhan menjaga Al Qur’an dengan berbagai cara. Salah satunya adalah adanya jutaan muslim yang hafal Al-Qur’an di luar kepala. Bisakah anda menghafal satu halaman saja dari novel Gulag yang sedang anda baca? Kata-kata nya, kalimatnya harus sama,” jawab Ismet balik bertanya. Berterus-terang adalah lazim  dalam pergaulan barat.

“Mana bisa, anak muda?” kata ibu angkatnya itu kepada anak muda yang baru berusia 31 tahun, tidak lain adalah lawan bicaranya, Ismet.

“Kalau Tuhan berkehendak, semuanya bisa, maam. Semuanya karena Allah,” papar Ismet. Yang bertahun-tahun menjadi jamaah pengajian sesudah subuh di Masjid Agung Al-Azhar Kebayoran Baru, dengan Buya Hamka sebagai guru utama.

Kost moeder saya terperangah, mulai tahu ia apa itu Islam,” kenang Ismet mengakhiri dialog dengan penulis.

Al-Qur’an dalam penjagaan Allah

Dalam dialog di atas sang jurnalis muda kala itu sudah memiliki kematangan spiritual (baca aqidah pemahaman Islam yang baik) dengan mengatakan,  Tuhan menjaga Al Qur’an dengan berbagai cara, salah satunya adalah adanya jutaan muslim yang hafal Al-Qur’an di luar kepala.

Hal itu sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Hijr ayat 9,

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

“Sungguh Kami telah menurunkan Adz-Dzikr (Al Qur’an), dan Kami pula yang benar-benar akan menjaganya“. (QS. Al-Hijr: 9).

Di sisi lain dialog itu semacam golden key, kunci emas pembuka pintu Keajaiban fakta Al-Qur’an yang lain.

Al-Qur’an merupakan satu dari sekian banyak mukjizat yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam yang masih terjaga hingga hari ini dan hari akhir nanti, dan wujudnyapun masih bisa kita lihat sampai sekarang.

Berbeda dengan mukjizat yang Allah turunkan kepada Nabi Musa berupa tongkat yang atas ijin dan irodah-Nya mampu menjelma menjadi ular dan mencaplok ular-ular para tukang sihir Firaun.

Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Thoha ayat 69,

وَأَلْقِ مَا فِي يَمِينِكَ تَلْقَفْ مَا صَنَعُوا ۖ إِنَّمَا صَنَعُوا كَيْدُ سَاحِرٍ ۖ وَلَا يُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ أَتَىٰ

“Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. “Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang”. (Thoha ayat 69).

Dan yang lebih dahsyat lagi tongkat itu dengan sekali ketukan membelah laut.

Allah berfirman dalam surat dalam Al-Qur’an Surat Asy-Syu’ara’ ayat 63,

فَأَوْحَيْنَا إِلَىٰ مُوسَىٰ أَنِ اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْبَحْرَ ۖ فَانْفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرْقٍ كَالطَّوْدِ الْعَظِيمِ

“Lalu Kami wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu”. Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar”. (Asy-Syu’ara’-63).

Dimanakah sekarang tongkat Nabi Musa yang Allah berikan sebagai mukjizat? Jawaban pastinya sudah tidak diketemukan lagi.

Kemukjizatan Al-Qur’an

Berlainan dengan mukjizat yang Allah berikan kepada Nabi Musa, mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad hingga kini dan masa yang akan datang masih ada.

Banyak ayat dalam menyebut tentang fakta kemukjizatan itu, antara lain :

Pertama kemukjizatan Al Quran yang diinformasikan Allah dalam Surah An-Nisa 56, tentang  organ tubuh yang dapat merasakan sakit hanya sebatas kulit.

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِنَا سَوْفَ نُصْلِيهِمْ نَارًا كُلَّمَا نَضِجَتْ جُلُودُهُمْ بَدَّلْنَاهُمْ جُلُودًا غَيْرَهَا لِيَذُوقُوا الْعَذَابَ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَزِيزًا حَكِيمًا

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (An-Nisa 56).

Ayat ini memberikan informasi kemukjizatan dalam dunia sain ilmu kedokteran bahwa yang dapat merasakan sakit sebatas kulit, kulit sebagai reseptor rasa sakit.

Prof Dr Tagatat Tejasen asal Thailand saat menghadiri Konferensi Kedokteran Saudi ke-6 di Jeddah pada Maret 1981  menjadi awal kisah pertemuannya dengan keajaiban mukjizat Al Quran itu.

Dalam konferensi yang berlangsung selama lima hari itu, sejumlah ilmuwan Muslim menyodori Tejasen beberapa ayat Alquran yang berhubungan dengan anatomi.

Tejasen yang beragama Buddha mengatakan bahwa agamanya juga memiliki bukti-bukti serupa yang secara akurat menjelaskan tahap-tahap perkembangan embrio.

Namun setahun kemudian, pada Mei 1982, saat Tejasen menghadiri konferensi kedokteran yang sama di Dammam, Arab Saudi, ia justru meminta maaf karena sudah memeriksa kitabnya namun  tidak ada referensi darinya yang dapat dijadikan bahan penelitian kitabnya dan memastikan bahwa tidak ada referensi darinya yang dapat dijadikan bahan penelitian.

Iapun lalu menerima saran para ilmuwan Muslim untuk membaca sebuah makalah penelitian karya Keith Moore, seorang profesor bidang anatomi asal Kanada. Makalah itu berbicara tentang kecocokan antara embriologi modern dan apa yang disebutkan dalam Alquran.

Tejasen tercengang saat membacanya. Sebagai ilmuwan di bidang anatomi, ia menguasai dermatologi (ilmu tentang kulit).

Dalam tinjauan anatomi, lapisan kulit manusia terdiri atas tiga lapisan global, yakni epidermis, dermis, dan subcutis. Pada lapisan yang terakhirlah, yakni subcutis, terdapat ujung-ujung pembuluh darah dan syaraf.

Makalah itu tidak saja menunjukkan keberhasilan teknologi kedokteran dan perkembangan ilmu anatomi, tetapi juga membuktikan kebenaran Alquran.

Akhirnya ia masuk Islam dengan mengucapkan syahadat “Lailahaillallah Muhammadar Rasulullah, tiada tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah.

Kedua, kemukjizatan Al Quran yang diinformasikan Allah dalam Surat Surat Al Furqan 53 tentang Sungai di Bawah Laut.

Allah berfirman,

وَهُوَ الَّذِي مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ هَٰذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ وَهَٰذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ وَجَعَلَ بَيْنَهُمَا بَرْزَخًا وَحِجْرًا مَحْجُورًا

“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan) ; yang ini tawar lagi segar dan yang lain masin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (Q.S Al Furqan:53).

Jacques Yves Costeau, seorang ahli oceanografer dan ahli selam terkemuka Perancis yang kerap muncul dalam TV `Discovery’, sepanjang hidupnya menyelam ke perbagai dasar samudera di seantero dunia dan membuat filem dokumenter tentang keindahan alam dasar laut untuk ditonton di seluruh dunia.

Pada suatu hari saat melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba ia menemui beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya kerana tidak bercampur/tidak melebur dengan air laut yang masin di sekelilingnya, seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya.

Fenomena aneh ini membuat Costeau penasaran dan mendorongnya untuk mencari penyebab terpisahnya air tawar dari air masin di tengah-tengah lautan. Ia mulai berfikir, jangan-jangan itu hanya halusinansi atau khalayan sewaktu menyelam. Waktu pun terus berlalu setelah kejadian tersebut, namun ia tak kunjung mendapatkan jawaban yang memuaskan tentang fenomena ganjil tersebut.

Sampailah pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor Muslim, kemudian ia pun menceritakan fenomena aneh itu. Profesor itu teringat pada ayat Al Quran tentang bertemunya dua lautan (Surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez . Ayat itu berbunyi “Marajal bahraini yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhun laa yabghiyaan,  yang artinya: “Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.” (Q.S. Ar-Rahman:19-20) .

Kemudian dibacakan surat Al Furqan ayat 53 di atas.

Dalam beberapa kitab tafsir, ayat tentang bertemunya dua lautan tapi tak bercampur airnya ditafsirkan sebagai lokasi muara sungai, di mana terjadi pertemuan antara air tawar dari sungai dan air masin dari laut, padahal di muara sungai tidak ditemukan mutiara.

Maka tafsir yang mengatakan lokasi itu adalah muara sungai yang tidak ditemukan mutiara di dalamnya harus dikaitkan dengan ayat berikutnya yaitu pada ayat 22,

يَخْرُجُ مِنْهُمَا اللُّؤْلُؤُ وَالْمَرْجَانُ

“Dari keduanya keluar mutiara dan marjan”. (Ar-Rahman ayat 22).

Mendengar ayat-ayat Al Qur’an yang dibacakan, terpesonalah Costeau melebihi kekagumannya melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Al Qur’an ini mustahil disusun oleh Muhammad yang hidup di abad ke tujuh, suatu zaman saat belum ada peralatan selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang jauh terpencil di kedalaman samudera. Benar-benar suatu mukjizat, berita tentang fenomena aneh 14 abad yang silam akhirnya terbukti pada abad 20. Costeau pun berkata bahawa Al Qur’an memang sesungguhnya kitab suci yang berisi firman Allah, yang seluruh kandungannya mutlak benar. Dengan seketika dia pun memeluk Islam.

Kembali pada penggalan kisah dialog Ismet dengan ibu kostnya, Setelah ia menghunjamkan pertanyaan “Bisakah anda menghafal satu halaman saja dari novel Gulag yang sedang anda baca? kata-kata nya, kalimatnya harus sama.”

“Mana bisa, anak muda?” kata ibu angkatnya itu kepada anak muda yang tidak lain sekarang menjadi Pemred MINA itu.

Apakah akhirnya ia masuk Islam seperti Prof. Dr. Tagatat Tajasen dan Jacques Yves Costeau pak Ismet? Wallah a’lam. (A/RS5/R2-P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.