Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Serangan Orlando Tidak Terkait Agama

illa - Kamis, 16 Juni 2016 - 12:58 WIB

Kamis, 16 Juni 2016 - 12:58 WIB

338 Views

Oleh: Illa Kartila – Redaktur Senior Miraj Islamic News Agency/MINA

Tragedi penembakan di Orlando, Amerika Serikat (AS) yang menewaskan 50 orang dan mencederai puluhan korban  lainnya, diyakini tidak ada kaitannya dengan Islamagama yang mengajarkan para penganutnya antara lain hidup damai, kasih sayang, rukun dan saling tolong menolong antara sesama manusia.

Keyakinan tersebut diperkuat oleh beberapa tokoh dunia di antaranya calon presiden AS dari Partai Demokrat, Hillary Clinton yang meminta warga AS untuk tak saling menyalahkan dan tidak menjadikan insiden penyerangan itu sebagai alasan untuk membenci kelompok agama tertentu.

“Kita tidak bisa menjelekkan dan menyatakan perang terhadap suatu agama. Itu sangat berbahaya,” kata Hillary kepada jaringan televisi MSNBC.

Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir

Namun dia menegaskan, dirinya setuju dengan kebutuhan langkah yang lebih tegas untuk mencegah aksi serangan individual dan lebih mengawasi dunia maya. Baik Hillary maupun Presiden Barrack Obama menggunakan tragedi  Orlando itu sebagai sarana untuk mengusulkan aturan pengawasan kepemilikan senjata api yang lebih ketat.

Hillary tampaknya berusaha sebisa mungkin menghindari terjebak dari isu yang menyebut serangan itu sebagai ‘teroris radikal Islam’. “Menurut pandangan saya, jauh lebih penting apa yang kita lakukan daripada apa yang kita katakan,” katanya kepada CNN.

Meski cukup bukti untuk menunjukkan bahwa aksi Omar Mateed – pelaku penembakan di Orlando – kemungkinan besar didasari kebenciannya terhadap kelompok homoseksual, tetapi berbagai diskusi dan perdebatan di AS hampir selalu mengarah kepada ISIS dan terorisme domestik.

Kelompok Muslim Amerika Serikat juga mengecam aksi penembakan di kelab malam Pulse, Orlando, Ahad lalu itu. Kepala kelompok advokasi Muslim AS, Dewan Hubungan Amerika-Islam, Nihad Awad menilai insiden itu adalah aksi kebencian.

Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia

“Ini adalah sebuah aksi kejahatan berlatar kebencian, kami mengecamnya dengan sangat,” kata Awad kepada pers seperti dikutip Middle East Online. Ia juga menyebut anggota kelompok ISIS menyimpang.

Awad mengatakan aksi di Orlando tidak sejalan dengan prinsip Amerika dan Muslim. “Biar saya perjelas, kami tidak menoleransi segala macam bentuk ekstremisme,” kata dia. FBI telah merilis informasi bahwa pelaku terinspirasi oleh ISIS.

Pelaku Omar Mateen (29 tahun) dilaporkan menghubungi 911 sebelum aksinya dan mengatakan janji setia pada ISIS. Awad menyerukan persatuan dan mendesak para politisi untuk tidak mengekploitasi kejadian Orlando.

Awad  juga membawa pesan untuk para pendukung ISIS. “Anda tidak berbicara untuk kami, anda tidak mewakili kami, anda adalah penyimpangan, mereka tidak menjalankan keyakinan kami. Mereka tidak pernah masuk dalam agama yang indah ini.”

Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh

Ia juga memperingatkan kejadian-kejadian seperti di Orlando hanya bermaksud memecah belah AS.  Ia meminta semua orang, terutama politisi menghormati korban dan keluarganya, juga tidak mengeksploitasi ketakutan masyarakat.

Pernyataan Awad merujuk pada komentar Donald Trump – calon presiden AS dari Partai Republik –  yang menegaskan AS butuh larangan terhadap Muslim.

Jangan tuding muslim teroris

Pemimpin spiritual Tibet, Dalai Lama, menyebut pembantaian di klub malam gay di Orlando, Florida, AS yang menewaskan 50 orang adalah ‘tragedi sangat serius’.

Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh

Dalai Lama juga mengatakan, adalah salah besar jika menilai semua muslim sebagai teroris potensial. Semua agama ada beberapa pengikutnya yang jahat dan pengacau.

Pemimpin spiritual Tibet itu seperti hendak menyindir kandidat Presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump, yang terkesan anti imigran dan Islam.

Dalam laporannya pada Selasa (14/6), Reuters menyebutkan, Dalai Lama dimintai pandangannya tentang kasus Orlando dan larangan Trump untuk imigran Muslim masuk AS. Menurut Dalai Lama, Trump mempunyai hak mengeluarkan pendapat. Namun, pandangan kandidat Presiden AS itu harus dipersoalkan.

Dalai Lama mengatakan, jika dia mempunyai kesempatan, dia akan meminta penjelasan Trump. “Apa alasannya? Lebih terinci.”

Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung

Pasca serangan di Orlando, Florida, Trump kembali mengemukakan gagasan kontroversialnya yakni membangun tembok pembatas, melarang imigran dan Muslim masuk ke AS. Dalam setiap komunitas agama, kata Dalai Lama, termasuk agama Buddha, ‘ada beberapa orang jahat.’ “Namun, Anda tidak bisa menggeneralisasi.”

“Beberapa individu muslim melakukan aksi teror, tetapi kita tidak bisa mengatakan ‘semua muslim itu teroris.’ Saya pastikan itu adalah pandangan yang salah,” kata Dalai Lama.

Lima puluh orang, termasuk pria penyerang, tewas dalam insiden penembakan di klub malam Orlando itu. Penembakan massal tersebut merupakan yang terburuk dalam sejarah AS.

Menurut mantan istri Mateen – Sitorai Yusifiy – pria itu dulunya adalah seorang gay. Dia telah mengunjungi klub malam dalam beberapa kali kesempatan dan memiliki “kecenderungan gay”, demikian laporan yang disiarkan laman Standard.co.uk.

Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel

Hal itu diperkuat oleh pernyataan seorang pengunjung tetap Pulse Nightclub, Kevin West. Dia mengaku Mateen telah mengirim pesan kepadanya lewat aplikasi kencan gay selama sekitar satu tahun. West awalnya melihat pria itu di luar klub malam sekitar satu jam sebelum ia mulai melakukan penembakan.

Yusifiy yakin Mateen memiliki permasalahan kesehatan mental. “Beberapa bulan setelah kami menikah, saya melihat dia tidak stabil, bipolar, dan bisa mendadak marah-marah. Saat itulah saya mulai mencemaskan keselamatan saya,” kata Yusifiy, seperti dikutip The Guardian,

Omar Mir Seddique Mateen (29), adalah warga AS keturunan Afghanistan. Menurut pihak berwenang, Mateen yang lahir di AS sebenarnya telah diawasi pemerintah selama beberapa waktu, namun tidak menjadi target untuk penyelidikan kasus tertentu.

Kepala Kepolisian Orlando, John Mina mengatakan serangan itu sudah direncanakan dengan baik. Hal itu terlihat dari perlengkapan yang dibawanya dalam penyerangan. Mateen melengkapi dirinya dengan senjata serbu laras panjang, sebuah pistol, dan beberapa senjata lain. Sebelumnya polisi juga mengungkapkan adanya ledakan yang dikendalikan dalam peristiwa tersebut.

Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel

Mateen saat ini ditetapkan sebagai pelaku utama penembakan di Orlando. Dari keterangan salah satu anggota FBI, Mateen diketahui membeli setidaknya dua senjata api secara legal dalam seminggu terakhir.

Pria yang diduga mengidap gangguan jiwa itu menurut klaim Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), adalah salah satu pejuang mereka. Namun, Yusifiy tidak yakin akan hal itu, karena walaupun Mateen memegang kepercayaan dan menjalankannya, dia tak memiliki tanda-tanda radikalisme. (R01/P4)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Catatan Perjalanan Dakwah ke Malaysia-Thailand, Ada Nuansa Keakraban Budaya Nusantara

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Khadijah
MINA Health
Kolom
Kolom