Paris, 2 Safar 1437/14 November 2015 (MINA) – Asisten profesor hubungan internasional di Universitas Qatar, Remi Piet menilai, para penyerang di Paris pada Jumat malam, berhubungan dengan konflik di Suriah.
Piet mengatakan, Sabtu (14/11), hubungan serangan itu dengan konflik Suriah kuat terbukti karena saksi mendengar salah satu penyerang berteriak “ini untuk Suriah” sebelum membunuh secara brutal.
“Ada juga plot serupa yang dibongkar pada Agustus, di mana warga negara Perancis yang pulang dari Suriah tiga bulan sebelumnya, mengaku berencana menyerang sebuah gedung konser di Paris. Metode ini sama, jadi kemungkinan serangan terhubung,” ujar Piet, Al Jazeera melaporkan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Dugaan itu tidak mengejutkan mengingat posisi Perancis di Suriah. Prancis selalu berada di garis depan dalam konflik Suriah dan telah terlibat sejak awal ketika mengambil posisi yang kuat menentang pemerintah Bashar Al-Assad, kemudian melawan Islamic State (ISIS/Daesh) di lapangan dan akan terus berlanjut.
Baca Juga: Pusat Budaya dan Komunitas Indonesia Diresmikan di Turki
Menurutnya, posisi Perancis tidak akan berubah, sebab Paris sangat menginginkan Presiden Assad mundur dari kekuasaannya.
“Saya tidak melihat Hollande, menjelang akhir kepresidenannya, mengubah hal tentang keterlibatannya (di Suriah),” katanya.
Namun Piet menolak jika pelaku penyerangan dihubungkan dengan pengungsi.
“Jika dihubungkan ke pengungsi yang datang dari Suriah, adalah kesalahan, karena pengungsi adalah korban pertama ISIS dan Perancis adalah negara yang belum relatif menyambut banyak pengungsi,” tambahnya. (T/P001/R02)
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)