Brussels, 17 Sya’ban 1438/14 Mei 2017 (MINA) – Gelombang serangan siber sejak Jumat lalu telah mencapai lebih 200.000 sasaran di sekitar 150 negara, menurut kepala badan kepolisian Uni Eropa.
Direktur Europol, Rob Wainwright mengatakan kepada program ITV Peston pada hari Ahad bahwa serangannya tidak pandang bulu. Dia khawatir jumlah tersebut akan bertambah ketika banyak orang kembali bekerja pada hari Senin (15/5).
Wainwright menyebut hack yang cepat menyebar itu “unik”, karena alat tilang digunakan bersamaan dengan worm, yang berarti bahwa infeksi pada satu komputer dapat menyebar secara otomatis melalui keseluruhan jaringan.
“Jangkauan global ini belum pernah terjadi sebelumnya. Jumlah terakhir adalah lebih dari 200.000 korban di setidaknya 150 negara, dan korban tersebut, banyak di antaranya adalah bisnis, termasuk perusahaan besar,” katanya, demikian Al Jazeera memberitakan yang dikutip MINA.
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina
Dia mengatakan, beberapa bank di Eropa telah terpengaruh.
“Kami telah memperhatikan beberapa waktu bahwa sektor kesehatan di banyak negara sangat rentan, mereka memproses banyak data sensitif,” katanya.
Wainwright mengatakan, Europol bekerja sama dengan FBI di Amerika Serikat untuk melacak orang-orang yang bertanggung jawab. Diduga ada lebih dari satu orang yang kemungkinan terlibat.
Dia mengatakan bahwa TKP semakin di bawah tanah, yang berarti “sangat sulit” untuk mengidentifikasi pelaku atau lokasi mereka.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
“Kami dalam perjuangan yang sangat sulit melawan sindikat kejahatan siber yang semakin canggih, yang menggunakan enkripsi untuk menyembunyikan aktivitas mereka,” katanya. (T/RI-1/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu