Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seri Rezeki: Kunci Rezeki ke (2) Takwa

Bahron Ansori - Jumat, 29 Maret 2019 - 13:12 WIB

Jumat, 29 Maret 2019 - 13:12 WIB

12 Views

Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA

Jika dalam tulisan sebelumnya, kunci rezeki yang pertama adalah Istighfar dan Taubat, maka kunci rezeki yang kedua adalah Takwa. Setiap Muslim pasti ingin menjadi orang yang bertaqwa. Namun, apa dan seperti apa takwa itu, dalam tulisan ini akan dibahas juga hakikat takwa itu sendiri. Bagaimana orang yang bertakwa bisa mendapat jaminan dari Allah untuk tidak ragu dengan rezekinya? Berikut ulasannya.

Definisi Takwa

Para Ulama telah banyak menjelaskan apa yang dimaksud dengan takwa. Di antaranya, Imam Ar-Raghib Al-Ashfahani rahimahullah misalnya. Mendefinisikan, “Takwa adalah menjaga jiwa dari perbuatan yang membuatnya berdosa, hal itu dengan meninggalkan apa yang dilarang, dan menjadi lebih sempurna dengan meninggalkan sebagian yang dihalalkan.” (Al-Mufrodat fii Gharibil Qur’an, hal.531)

Baca Juga: Memilih Pemimpin dalam Islam

Lalu, Imam An-Nawawi mendefinisikan Takwa dengan, “Menaati perintah dan (meninggalkan) larangan-Nya.” Maksudnya, menjaga diri dari kemurkaan dan adzab Allah. (Tahriru Alfahzt Tanbih, hal. 322)

Sementara itu, Imam Al-Jurjani mendefinisikan takwa, “Takwa adalah menjaga diri dari perbuatan yang dapat mengakibatkan mendapat siksa, baik dengan melakukannya (yang diharamkan) ataupun meninggalkannya (yang dihalalkan).” (Kitabut Ta’rifat, hal.68)

Merujuk pada definisi takwa di atas, maka jika ada orang yang melakukan perbuatan dosa; menatap yang haram, mendengar hal maksiat dan melakukan sesuatu yang Allah larang, termasuk memelihara hati yang culas, hasad dan niat buruk, itu artinya dia bukan orang yang bertakwa.

Dengan kata lain, orang yang tidak berhati-hati dalam menjalani kehidupan ini dan melanggar semua larangan Allah Ta’ala, dia bukanlah orang yang bertakwa. Orang-orang yang seperti inilah kelak akan mendapat kerugian yang besar di akhirat.

Baca Juga: [Hadist Arbain ke-12] Tinggalkan yang Tidak Bermanfaat

Takwa dan Rezeki

Banyak dalil baik dari al Quran maupun as Sunnah yang menjelaskan bahwa takwa adalah salah satu kunci rezeki di antara sekian banyak kunci rezeki lainnya. Terkait takwa sebagai kunci rezeki ini, Allah Ta’ala sudah berfirman,

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا ، وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

“Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. Dan dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (Qs. Ath-Thalaq: 2-3)

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-11] Ragu-ragu Mundur!

Dalam ayat di atas, Allah menjelaskan setiap orang-orang yang merealisasikan ketakwaannya, akan diberikan balasan oleh Allah dengan dua hal. Pertama, ”Allah akan membukakan jalan keluar baginya.” Artinya, Allah akan menyelamatkannya –sebagaimana dikatakan Ibnu Abbas ra.- dari setiap kesusahan dunia maupun akhirat. (Tafsirul Qurthubi, 18/159).

Sungguh, penyelamatan Allah kepada hamba-Nya di hari kiamat adalah nikmat yang jauh amat besar bila dibanding nikmat lainnya. Sebab tidak ada satupun manusia kelak yang akan selamat di akhirat kecuali atas kasih sayang Allah semata.

Kedua, “Allah akan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” Ini artinya, Allah akan memberinya rezeki yang tak pernah diharapkan dan dibayangkan.” (Zaadul Masir, 8/291-292). Masya Allah, setiap rezeki yang diterima orang beriman adalah nikmat tak terhingga. Dan, rezeki dari Allah bukan semata-mata berupa materi.

Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan, “Makna (ayat di atas), adalah siapa yang bertakwa kepada Allah dengan melakukan apa yang diperintahkan-Nya dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya, niscaya Allah akan memberinya jalan keluar (dari setiap kesulitan) serta rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka, yakni dari arah yang tidak pernah terlintas dalam benaknya.”(Tafsir Ibnu Katsir, 4/400)

Baca Juga: Enam Prinsip Pendidikan Islam

Di ayat lain, Allah Ta’ala telah menjelaskan,

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Qs. Al-A’raf: 96)

Ayat di atas sangat jelas memberikan gambaran kepada setiap Muslim, bahwa jika sebuah komunitas itu beriman, beramal shaleh, maka sudah sepantasnya mereka akan mendapatkan keberkahan dari Allah secara melimpah yang diturunkan dari langit bahkan akan dikeluarkan keberkahan itu dari dalam perut bumi. Namun, sayang sekali, penduduk suatu negeri itu lebih senang mengikuti hawa nafsunya dengan melalaikan segala perintah Allah Ta’ala, maka wajar akhirnya mereka akan mendapatkan azab dari Allah.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-10] Makanan dari Rezeki yang Halal

Setidaknya ada beberapa ayat lain yang menjadi penegas bahwa orang yang bertakwa rezekinya akan dijamin oleh Allah Ta’ala. Di antara ayat-ayat lain itu adalah, Allah berfirman,

وَلَوْ أَنَّهُمْ أَقَامُوا التَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِمْ مِنْ رَبِّهِمْ لَأَكَلُوا مِنْ فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ أَرْجُلِهِمْ مِنْهُمْ أُمَّةٌ مُقْتَصِدَةٌ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ سَاءَ مَا يَعْمَلُونَ

“Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil dan (Al Quran) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas dan dari bawah kaki mereka. Di antara mereka ada golongan yang pertengahan. Dan alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka.” (Qs. Al-Ma’idah: 66)

Allahuakbar…ayat di atas semakin menambah keyakinan orang beriman, bahwa siapa pun dari setiap Muslim yang berusaha sungguh-sungguh mengamalkan kandungan dari al Qur’an dan as Sunnah, maka Allah jamin pasti akan menurunkan rezeki kepada para pengamal syariat-Nya dari bawah kaki mereka (bumi). Namun, sayang lebih banyak di antara manusia itu yang menzalimi dirinya sendiri dengan meninggalkan aturan al Qur’an dan as Sunnah.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya

Bahkan, dalam Qs. Jin ayat 16, Allah Ta’ala juga mengatakan dalam firman-Nya,

وَأَلَّوِ اسْتَقَامُوا عَلَى الطَّرِيقَةِ لَأَسْقَيْنَاهُمْ مَاءً غَدَقًا

“Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezki yang banyak).” (Qs. Al-Jin: 16).

Pilihannya ada pada kita, apakah kita mau menjadi hamba Allah yang bertakwa dengan berusaha semaksimal mungkin menjalankan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala apa yang telah dilarang-Nya untuk mendapatkan jaminan rezeki dari Allah? Atau sebaliknya, wallahua’lam. (A/RS3/P1)

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Khutbah Jumat
Khutbah Jumat
Tausiyah