Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seribu Penghafal Quran untuk Seribu Pulau

Ali Farkhan Tsani - Selasa, 26 November 2019 - 14:20 WIB

Selasa, 26 November 2019 - 14:20 WIB

5 Views

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA

 

“Anak-anak SD mau belajar Quran saja kami sudah senang,” ujar H. Junaedi, mengawali perbincangannya dengan Penulis.

Ahad, 24 November 2019, Penulis menemuinya di kediamannya, yang sekaligus sebagai Rumah Quran Al-Asilah Pulau Todung , Kepulauan Seribu, Jakarta.

Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa

Semangat besarnya adalah ingin agar anak-anak di wilayah yang berjumlah penduduk sekitar 5.000 jiwa itu menjadi generasi Qurani.

“Kami ingin anak-anak itu bisa baca Quran, bahkan hafiz Quran, mengerti agama, sebagai bekal hidupnya,” imbuhnya.

Ia juga tergugah ketika pernah mengumpulkan anak-anak usia menengah, SMP-SMA, banyak yang belum lancar membaca Quran.

Maka, sejak Agustus 2019 lalu, ia bersama istrinya, dan adiknya, Ustaz Sidiq membangun Rumah Quran di rumahnya, di Jalan Lapangan Hijau RT 002 RW 04 Kelurahan Pulau Tidung, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Jakarta.

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

Ada sekitar 40 santri usia SD yang kini sedang belajar Quran. Sebagian besar masih kelas Iqro, belajar membaca Quran. Beberapa lainnya mulai menghafal Quran.

Berangkat dari keprihatinan dan kegalauan hatinya, melihat anak-anak usia pelajar SD dan Menengah, hampir tiap sore, malam, pulang bsekolah banyak main game melalui gadgdet masing-masing.

“Kami sering melihat kalau ke masjid Maghrib, Isya, masya-Allah anak-anak bukannya ke masjid, malah pada main handphone,” ujarnya.

Ia khawatir apa yang dilihat anak-anak di handphone seperti internet dan media sosial, dan akan menjadi pola hidup anak-anak. Padahal anak-anak sekarang adalah asetr dan harapan umat dan bangsa, masa depan, tambahnya.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

Ia dan keluarganya tidak punya modal mapa-apa, selain tekad, semangat, dan sebidang ruangan depan dan belakang di rumahnya.

Bagian depan untuk menginap dan belajar santri-santri putra, dan bagian belakang untuk santri-santri putri.

Ia pun membangun Rumah Quran dengan modal hutang material ke sahabatnya yang mau menghutangkan material.

Ia belum bisa memecahkan masalah bagaimana untuk bisyaroh (gaji) tiga orang guru Quran yang mengajar penuh di Rumah Qurannya. Asatidz mengajar seusai anak-anak pulang sekolah, siang, sore hingga malam dan pagi ba’da Subuh.

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

Pelajaran pokoknya Al-Quran, plus pelajaran agama Islam seperti Fiqih Ibadah, Akhlaq, Kisah Nabi dan Sahabat, serta Bahasa Arab.

Santri-santri sepulang sekolah langsung ke asrama, hingga menginap dan bangun sebelum Subuh.

“Awalnya kami memprogramkan anak-anak makan bersama kami juga di rumah quran ini, supaya lebih disiplin dalam menjalankan program-program. Kami pernah tawarkan sekali makan lima ribu rupiah, karena kami belum mampu menanggungnya,” ujarnya.

Namun karena umumnya dari kalangan dhuafa, dan memang kondisi pekerjaan orangt tua yang belum mampu. Maka, urusan makan di rumah masing-masing.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

Seribu Penghafal Quran

Dengan keyakinan akan berdiri dan berkembangnya Rumah Quran, untuk menjadi Pesantren Tahfidzul Quran, H.Junaedi dan Ustaz Sidiq, Allah pertemukan dengan Pengurus Yayasan Tahfidzul Quran Daarut Tarbiyah Indonesia (DTI) berpusat di Bekasi, Jawa Barat.

Pengurus Yayasan DTI berkunjung ke Pulau Tidung dalam Program Spiritual Journey, dan menginap di Musholla Nurul Hikmah, tidak jauh dari Rumah Quran Al-Ashilah.

Di Musholla itulah, mereka bertemu dalam forum silaturrahim dan kajian Akhlaq Sunnah.

Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?

Dalam perbicangan dicanangkanlah Program Seribu Penghafal Quran untuk Seribu Pulau.

“Sekitar tiga tahun lalu, kami berniat ingin mengembangkan program Tahfidzul Quran di Kepulauan Seribu, tapi belum ada gambaran di lapangan, ini jadi social mapping kami,” ujar Ketua Yayasan DTI Bekasi, Ustaz Ahmad Nawawi.

Dia berharap program tersebut dapat menjangkau pulau-pulau lainnya di Kepulauan Seribu.

“Kami juga akan programkan santri-santri kami untuk mengabdi mengembangkan Program Al-Quran di Kepulauan Seribu,” imbuhnya.

Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang

Program Program Seribu Penghafal Quran untuk Seribu Pulau akan menggandeng pihak-pihak terkait, seperti Pemda setempat, instansi terkait, masjid dan musholla, sekolah-sekolah, ulama dan tokoh masyarakat setempat, serta para kontributor atau donatur.

“Kita berharap akan terlahir generasi Qurani dari kepulauan Seribu ini, generasi yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa,” imbuhnya.

Di Pulau Tidung, terdapat 2 masjid, 5 musholla, 3 SD, 1 MI, 1 SMP, 1 MTs, 1 SMK dan 1 MA. (A/RS2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia