New Delhi, MINA – Sebuah serikat pekerja yang mewakili karyawan di 11 pelabuhan utama India telah mengumumkan penolakannya untuk menangani pengiriman berisi senjata untuk pendudukan Israel selama perang yang sedang berlangsung melawan Jalur Gaza.
Dikutip dari MEMO, Rabu, (21/2), keputusan ini menyusul laporan baru-baru ini mengenai pengiriman drone buatan India ke Tel Aviv.
Federasi Pekerja Transportasi Air India (WTWFI) mengeluarkan pernyataan pada 14 Februari yang menyatakan pendirian mereka untuk menolak memuat atau membongkar muatan bersenjata dari Israel atau negara lain mana pun yang terlibat dalam perang di Palestina.
“Kami, para pekerja Pelabuhan, bagian dari serikat pekerja, akan selalu menentang perang dan pembunuhan terhadap orang-orang tak berdosa seperti perempuan dan anak-anak,” kata serikat pekerja dalam sebuah pernyataan.
Baca Juga: Satu-satunya Dokter Ortopedi di Gaza Utara Syahid Akibat Serangan Israel
“Perempuan dan anak-anak hancur berkeping-keping dalam perang. Para orang tua tidak dapat mengenali anak-anak mereka yang tewas dalam pemboman yang terjadi di mana-mana,” tambahnya.
Serikat pekerja, yang terdiri dari lebih dari 3.500 karyawan di 11 pelabuhan milik pemerintah di India, menyerukan “gencatan senjata segera”, sambil menambahkan, “Memuat dan membongkar senjata-senjata ini membantu memberikan organisasi kemampuan untuk membunuh orang-orang yang tidak bersalah.”
Selain itu, Sekretaris Jenderal WTWFI, Narendra Rao, menegaskan bahwa resolusi tersebut sejalan dengan Federasi Serikat Buruh Dunia dan pilihan kolektif tersebut dibuat dalam pertemuan dengan serikat buruh internasional di Athena pada awal perang.
Rao menyatakan, “Saat itu kami memutuskan bahwa kami akan melakukan apa yang kami bisa dan tidak menangani kargo bermuatan senjata apa pun, yang akan membantu pendudukan Israel membunuh lebih banyak perempuan dan anak-anak seperti yang kami lihat dan baca setiap hari di berita.”
Baca Juga: Paraguay Resmi Kembalikan Kedutaannya di Tel Aviv ke Yerusalem
Dia mengatakan pernyataan itu dikeluarkan untuk mengungkapkan solidaritas terhadap Palestina.
Sejak 7 Oktober, Israel telah melancarkan serangan dahsyat di Jalur Gaza, yang mengakibatkan puluhan ribu korban jiwa, yang sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan, ditambah dengan bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan kerusakan infrastruktur dan properti yang nyata, menurut laporan Data Palestina dan internasional. Hal ini menyebabkan pendudukan Israel menghadapi gugatan pelanggaran Konvensi Genosida di hadapan Mahkamah Internasional. (T/B03)/P1
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Abu Ubaidah Serukan Perlawanan Lebih Intensif di Tepi Barat