Mogadishu, MINA – Asosiasi wartawan Somalia, Ahad (16/6), mengecam tindakan polisi yang mengancam akan menembak wartawan yang mencoba mengakses tempat kejadian bom mobil di dekat parlemen.
Para pekerja pers juga memperingatkan tentang ‘situasi yang memburuk’ bagi pers negara yang terletak di Tanduk Afrika itu.
Polisi di sebuah pos pemeriksaan di dekat lokasi insiden serangan bom mobil pada Sabtu di Mogadishu, yang menewaskan delapan orang dan diklaim oleh kelompok Al-Shabaab, menghentikan sekelompok wartawan dari kelompok-kelompok berita internasional, termasuk Jama Nur Ahmed dari Al Jazeera.
“Ketika para jurnalis mencoba menjelaskan kepada polisi tentang misi pelaporan mereka, seorang perwira polisi menembakkan dua peluru (ke udara) dan kemudian mengarahkan senapannya ke kepala Jama Nur, menurut Jama Nur Ahmed dan dua rekan lainnya,” ujar Somali Journalists Syndicate (SJS) dalam sebuah pernyataan seperti dilansir Ahram Online.
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20
Dalam kelompok itu juga terdapat wartawan dari Reuters, AFP, dan kantor berita Turki Anadolu, diikuti oleh gelombang kedua wartawan yang sama-sama tidak diberikan akses.
“Para jurnalis mengatakan petugas kepolisian mengatakan kepada mereka bahwa mereka memiliki tata tertib untuk membatasi liputan wartawan di tempat-tempat serangan dan mengancam setiap jurnalis yang mencoba mengambil video akan ditembak mati atau peralatannya,” kata SJS.
Serikat pekerja pers menuduh polisi Somalia memperlakukan wartawan “sebagai penjahat”, mencegah mereka dari melakukan pekerjaan mereka untuk melaporkan peristiwa di negara itu.
“Ini adalah gejala dari situasi yang memburuk terhadap wartawan di Somalia.”
Baca Juga: Rwanda Kirim 19 Ton Bantuan Kemanusiaan ke Gaza
Dikatakan pada 14 Mei polisi menyita peralatan wartawan, menahan seorang juru kamera, dan memukuli dua orang lainnya yang mencoba melaporkan ledakan Mogadishu lainnya.
Kantor berita AFP telah mendokumentasikan beberapa insiden dalam beberapa bulan terakhir tentang wartawan diintimidasi dan diancam dan peralatan mereka disita ketika mencoba melaporkan serangan-serangan Shabaab.
SJS meminta Kementerian Informasi, komisaris polisi, dan kantor perdana menteri untuk membuka penyelidikan, “dan mengambil langkah-langkah yang tepat terhadap mereka yang bertanggung jawab.”
“Kami menyerukan kantor-kantor tertinggi pemerintah termasuk Kantor Perdana Menteri untuk campur tangan agar wartawan dapat melaporkan secara bebas dan akurat tanpa rasa takut,” kata pernyataan itu. (T/R11/RI-1)
Baca Juga: Korban Tewas Ledakan Truk Tangki di Nigeria Tambah Jadi 181 Jiwa
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Presiden Afsel Minta Dunia Tekan Israel Hentikan Serangan di Gaza