Sering Berbohong dan Sebar Hoaks Bukti Zionis Kebingungan Melawan Pejuang Palestina

Oleh: Rendi Setiawan, Jurnalis MINA
Sejak melancarkan serangan ke Gaza Palestina pada Sabtu, 7 Oktober 2023, Israel berulang kali membuat pernyataan publik yang menarasikan kejahatan pejuang Palestina.
Hanya saja, dari berbagai propaganda yang dilemparkan ke publik, tak ada satu pun yang memiliki cukup bukti, malah menjurus informasi hoaks. Jika ada penghargaan, negeri Zionis ini pantas mendapat Hoaks Award International selama bulan Oktober dan November 2023.
Tentu saja, publik masih ingat propaganda awal yang dimuntahkan Zionis, yaitu kebohongan soal pemenggalan bayi oleh pejuang Palestina. Sampai-sampai, Presiden AS Joe Biden harus menanggung malu karena telah ikut menyebar-luaskan berita bohong tersebut.
Lewat pejabat Gedung Putih, orang nomor satu di Amerika Serikat itu diklaim belum melihat apa pun, termasuk gambar bayi yang dipenggal. Gedung Putih pun mengklarifikasi pernyataan Presiden Biden yang kadung ramai dipublikasikan media-media besar di Eropa.
Terbongkarnya kebohongan propaganda 40 bayi dipenggal oleh pejuang Palestina tak membuat Zionis jera. Lagi-lagi, Zionis kembali meluapkan informasi maupun tuduhan palsu terhadap para pejuang Palestina.
Kali ini objeknya rumah sakit. Sebagai bentuk cuci tangan tak mau disalahkan, Zionis menuduh Jihad Islami telah mengebom Rumah Sakit Baptis, sebuah rumah sakit tertua di Gaza Palestina.
Tak tanggung-tanggung, Zionis sampai repot-repot membuat klaim video yang dianggapnya sebagai kebenaran. Dalam video yang disebar melalui akun media sosialnya, Zionis menuduh roket Jihad Islami gagal meluncur dan jatuh ke Rumah Sakit Baptis.
Tuduhan itu pun pada akhirnya dibantah oleh banyak pihak, salah satunya Desmond Travez yang menghabiskan 40 tahun di militer Irlandia, dan menjadi bagian dari Misi Pencari Fakta PBB yang beranggotakan tiga orang, yang menyelidiki kejahatan perang selama serangan Israel ke Gaza pada 2008 hingga 2009.
Dalam wawancaranya dengan TRT World, Travez mengatakan,
“Saya telah menyelidiki roket-roket yang ditembakkan dari Gaza namun gagal keluar dari Gaza selama konflik-konflik di masa lalu dan saya tidak menganggap bahwa roket-roket tersebut sangat mematikan ketika menimbulkan dampak. Dalam dua atau tiga kasus, saya memeriksa kerusakan yang ditimbulkannya dan kerusakannya dapat diabaikan. Oleh karena itu, apa pun yang terjadi di rumah sakit di Gaza, menurut saya bukan disebabkan oleh roket Jihad Palestina.
Seorang ahli yang pendapatnya saya hormati di Barat, mengemukakan pendapat berdasarkan besarnya dampak ledakan dan suara ledakan, dan pendapat mereka adalah bahwa ini adalah dampak dari sebuah rudal atau bom berpemandu 100 hingga 250 kilogram. Ada banyak bom dan rudal Barat yang termasuk dalam kategori seperti itu dan bom serta rudal tersebut tersedia bagi anggota NATO di Barat. Dan memang sesuai dengan kekuatan pertahanan Israel.”
Setelah tuduhan itu terbongkar, Israel juga melontarkan tuduhan lain kepada pejuang Palestina bahwa mereka telah menggunakan rumah sakit sebagai pusat komando militer. Pernyataan itu pun telah dibantah oleh Hamas. Bahkan, Zionis sempat menghapus video klaim mereka terkait ada senjata di Rumah Sakit Al Shifa, beberapa kali.
Sejauh ini, Zionis mencoba mengendalikan informasi yang tersedia di Gaza. Hal ini sejalan dengan langkah Zionis yang memutus jaringan internet serta mengusir warga dari Gaza utara ke wilayah selatan.
Dalam wawancara dengan TRT World, Travez mengemukakan pendapat yang menarik.
“Konflik antara Palestina dan Israel penuh dengan tuduhan dan kontra-tuduhan. Pengalaman pribadi saya adalah pernyataan yang dibuat oleh pihak yang berperang terhadap pihak lain tidak dapat dan tidak boleh dipercaya sampai dapat dibuktikan secara fisik.”
Mengapa Israel enggan bekerja sama dengan Misi Pencari Fakta PBB? Travez berpandangan bahwa mereka tahu merekalah yang menyerang dan informasi apa pun yang mereka berikan akan mempermalukan mereka. Mereka harus mengatakan informasi bohong, yang dapat dengan mudah diverifikasi.
Lain Zionis, lain Al Qassam
Berbeda dengan kelakuan Zionis, Al Qassam justru selalu mendapat sambutan hangat dari masyarakat internasional. Juru Bicara Al Qassam, Abu Ubaidah beberapa kali membuat pernyataan publik yang membuat publik internasional berdecak kagum.
Yang menarik adalah kehadiran Abu Ubaidah di layar kaca ponsel selalu dinantikan oleh orang-orang di seluruh dunia. Mereka seolah sedang menunggu apa yang hendak dibicarakan Abu Ubaidah.
Karisma Abu Ubaidah semakin meningkat sebab apa yang dia disampaikan sesuai dengan bukti dan fakta di lapangan. Abu Ubaidah selalu memberi bukti terkait apa yang telah terjadi, bukan apa yang akan terjadi.
Karena kevalidan informasi yang disampaikan, Abu Ubaidah menjadi sosok yang bahkan kata-katanya lebih dipercaya penduduk Israel dibanding kata-kata Netanyahu, si perdana menterinya sendiri. Abu Ubaidah menjadi sosok yang ancamannya direspons serius penduduk Israel dibanding janji manis Netanyahu.
Selama bertahun-tahun, dan khususnya sejak 2006, Abu Ubaidah menjadi tokoh ikonik bagi warga Palestina, dan akhirnya di seluruh Timur Tengah dan dunia Islam.
Dilihat dari unggahan media sosial dan liputan media di luar kawasan ini, tampaknya citra Abu Ubaidah telah berkembang untuk mewakili sesuatu yang jauh lebih besar daripada Palestina dan sekitarnya. Dengan kata lain, Abu Ubaidah kini menjadi fenomena internasional.
Zionis yang mengandalkan propaganda kebohongan membuktikan mereka tengah kebingungan cara menghadapi pejuang Palestina. Dengan segala alutsista mutakhir yang dimiliki, Zionis gagal menumbangkan ketangguhan pejuang Palestina selama 40 hari lebih berperang.
Padahal, jika ditarik ke belakang, Zionis beberapa kali mampu menyudahi perlawanan negeri-negeri Arab, termasuk perang singkat selama 6 hari melawan trio Mesir, Suriah, dan Yordania pada Juni 1967 silam. (A/R2/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)