Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sertijab, Kabasarnas Launching Buku Bekerja dengan Hati

Syauqi S - Kamis, 31 Januari 2019 - 17:19 WIB

Kamis, 31 Januari 2019 - 17:19 WIB

5 Views ㅤ

Jakarta, MINA – Di akhir masa tugasnya, Kepala Basarnas Marsekal Madya (Purn) M. Syaugi meluncurkan sebuah buku berjudul “Bekerja dengan Hati”.

Launching buku tersebut dilaksanakan setelah seremoni serah terima jabatan (sertijab) Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Kabasarnas) dari M Syaugi kepada Kabasarnas yang baru, Marsekal Madya TNI Bagus Puruhito, Kamis (31/1) pukul 09.00 WIB.

Acara yang berlangsung di ruang serbaguna Gedung Basarnas tersebut dihadiri oleh Ketua DPR RI Bambang Soesatyo, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Gubernur Lemhanas Letjen (Purn) Agus Widjojo, dan perwakilan dari puluhan kementerian dan lembaga, serta mitra Basarnas.

Launching buku diawali dengan pemutaran triller buku, dilanjutkan oleh sambutan Sekretaris Utama Basarnas Dianta Bangun.

Baca Juga: AWG Gelar Webinar Menulis tentang Baitul Maqdis

“Selama memimpin Basarnas, beliau kami juluki sebagai Elang. Itu sesuai dengan perfoma dan karakter beliau. Tatapan matanya tajam, cengkeramannya kuat, powerfull, dan totalitas,” ungkapnya.

Sestama menambahkan, seekor elang mendapatkan didikan yang ekstrem. Sejak lahir, induknya telah membuatkan sangkar bukan dari daun yang empuk atau buliran-buliran serat daun, tetapi dengan ranting-ranting. Tidak hanya itu, ketika sayap-sayapnya tumbuh, sang induk sekali waktu menjatuhkan anak elang itu agar belajar terbang.

“Adagium ini simetris dengan beliau (M Syaugi). Mendapat didikan yang tegas dan penuh kedisiplinan sejak usia muda, hingga beliau memiliki karakter yang kuat saat memimpin Basarnas,” lanjutnya.

Elang, lanjut Dianta Bangun, memiliki umur yang panjang hingga 70 tahun. Elang bertransformasi pada usia 40 tahun. Setelah itu, ia akan terbang kembali ke sarangnya yang jauh tinggi di pegunungan. Ia melepaskan paruhnya, kuku-kuku tajamnya, melepaskan sayap dan bulu-bulunya yang tua, dan bertapa selama 180 hari. Setelah tumbuh, dia akan keluar lagi dengan paruh, cakar, dan bulu yang baru. Dia akan kembali terbang, mengarungi angkasa dan kembali menguasai cakrawala di sisa hidupnya.

Baca Juga: 30 WNI dari Suriah Kembali Dievakuasi ke Indonesia   

“Kami berharap, Bapak Syaugi juga seperti elang itu. Setelah purnatugas, beliau akan tampil lagi di publik, memberikan kontribusi yang positif kepada bangsa dan negara khususnya bagi para generasi muda,” pungkas Sestama.

Sementara Ketua DPR RI dalam sambutannya mengungkapkan apresiasi yang tinggi atas terbitnya buku tersebut.

“Buku ini akan menjadi literasi bagi generasi muda yang butuh bacaan-bacaan bermutu tentang pengalaman-pengalaman hidup yang sarat dengan nilai, falsafah, dan dinamika tentang kehidupan,” ungkapnya.

Bambang Soestyo bahwa sempat berdiskusi dengan Gubernur Lemhanas untuk menjadikan buku tersebut sebagai buku wajib ada dan dibaca di Lemhanas.

Baca Juga: Banjir di Makasar Rendam Rumah Dinas Gubernur dan Kapolda

“Saya belum membaca seluruh isi buku ini, tetapi dari melihat cover dan judulnya, saya sudah bisa memahami konten buku yang dibagikan Pak Syaugi kepada masyarakat,” kata dia.

Bambang Soesatyo menambahkan, “Pak Syaugi belum selesai. Purna tugas itu hanya selesai dari aspek pekerjaan formal, tetapi secara tanggung jawab sebagai putra bangsa, beliau tetap harus berkiprah untuk kemajuan bangsa ini.”

Selebihnya, Ketua DPR RI tersebut memberikan ucapan selamat kepada Marsekal Madya Bagus Puruhito sebagai Kabasarnas.

“Semoga, beliau dapat meneruskan tugas-tugas dan lebih meningkatkan lagi Basarnas dalam tugas-tugas membantu masyarakat yang tertimpa musibah,” pungkasnya.

Baca Juga: Angkatan Kedua, Sebanyak 30 WNI dari Suriah Kembali ke Tanah Air

Sementara M Syaugi mengucapkan terimakasih atas terbitnya buku tersebut.
“Saya menjabat Kabasarnas selama 2 tahun kurang 6 hari. Selama di Basarnas, telah merubah hidup saya. Saya sudah puluhan kali memimpin operasi SAR dengan high quality, seperti gempa di Lombok Nusa Tenggara Barat, gempa dan tsunami di Palu dan sekitarnya, tragedi jatuhnya Lion Air JT-610, hingga terakhir tsunami Selat Sunda.
Kalau jiwa saya dibelah, sebagian jiwa saya militer dan sebagian lagi Basarnas. Saya mencintai institusi ini,” ungkapnya.

Terkait peluncuran buku, Syaugi berharap akan memberikan kontribusi bagi para pegawai di lingkungan Basarnas dan masyarakat di seluruh Tanah Air.
“Buku ini sebagai representasi diri saya dan berharap akan memberikan manfaat bagi para pembaca,” tandasnya. (R/R11/B05)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Antisipasi Macet saat Nataru, Truk Barang akan Dibatasi Mulai 21 Desember

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia